logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

episode 7

"Agatha dimana?"
Farel datang menghampiri salah satu bangku kantin berwarna biru, ada Meisya dan Steva. Karena biasanya Agatha selalu menghabiskan waktu istirahatnya bersama mereka. Tapi sekarang Farel tidak melihat Agatha disana, adanya hanya dua temannya itu yang kini menikmati siomay.
Mendengar suara berat di sela-sela aktivitas mereka sekarang, Meisya dan Steva dengan kompak langsung menengadah dari jajanannya itu.
Dan, di dekat meja itu sudah berdiri menjulang Farel bersama sohibnya yang bernama Restu Adhitama. Itu dia yang diam-diam disukai oleh Steva, cowok berkulit sawo matang yang macho dan merupakan teman sekelasnya juga, sebelas IPS-2.
Dan, Steva selalu grogi saat dia berada di radius dekat dengannya.
"Lo nyari, Atha?" Meisya meminum sedikit es jeruknya. "gue juga gatau tuh, soalnya tadi abis bel dia udah keluar kelas duluan, au kemana."
"Lo juga gak liat Agatha dimana, Stev?" dan persis, Restu sekarang melempar pandangannya ke Steva.
"Hah!" cewek itu terlihat linglung. "Atha.. engga, gue belom liat. Daritadi gue sama Meisya doang,"
"Biasanya dia kemana kalo gak sama kalian?" Farel kembali bertanya, sambil melipat tangan di dada.
"Au, sering ke perpus sih dia kalo lagi gaenak makan. Tapi gatau juga deng, kalo ke toilet juga barangkali. Kan gue bukan CCTV, yang setiap saat memantau orang lagi dimana, sama siapa, dan ngapain.. lo cari aja,"
Ternyata masih tidak ada hasil juga pencarian Farel. Ia lalu memutar bola mata sambil menginteruksi Restu untuk pergi dari sana. "Cabut,"
Dan, ketika dua punggung kokoh itu berlalu bersama menjauh dari area kantin, Steva berdecak sebal. Dalam hati masih ingin Restu disana, tapi Meisya tidak bisa mengulur waktu.
"Lu ngapa dah, bete amat itu muka apa kanebo kering?"
"Elu sih, malah ngusir, Restu jadi ikut cabut kan? Bukannya ngomong apaan kek basa-basi dulu gitu, biar mereka tetep disini sebentar."
"Ngomong apaan, Say, kan yang dicariin Atha, bukan Steva, dan Atha-nya juga gak ada disini yaudah ngapain lagi? Kali gue kepo sama si Farel; emang lo ada perlu apa, Rel nyariin Atha? Apa ada pesen ke Atha biar gue yang sampein? Hêêê.. bikin ilfeel kali. Lagi lu sekelas ini ama Restu, kurang puas ya emang liat dia berjam-jam sampe belo itu mata?"
Steva memasukkan satu sendok siomay ke mulutnya dengan gemas. "Kan sekelas bukan berarti sering ngobrol! Kaya tadi dia nanya ke gue."
"Elaah.. jaman udah emansipasi wanita keles, ngomong duluan lah."
"Iya, ngomongnya gini.. Restu, i love you, lo mau gak jadi cowo gue? Gue udah lama loh, suka sama lo.. jadi lo mesti jadi pacar gue gaboleh engga.. yayaya.." Steva mengedipkan mata beberapa kali, sambil tersenyum, yang kelihatannya seperti dibuat-buat.
"TAPI MUKA GUE TARO TEMPAT SAMPAH DULU BARU BERANI!!"
Gelak tawa Meisya yang terbahak-bahak langsung menyembur melihat bagaimana ekspresi muka Steva tadi.
"Gue ambilin tempat sampahnya dulu ya, Stev.." ujarnya sambil beranjak dari tempat duduk berniat mengambil tempat sampah yang berada di pojok kantin, masih terpingkal-pingkal.
"BAWA SINI YANG GEDE!!"
Sementara keduanya ngapain gajelas di kantin sekolah, kini Farel dan Restu sedang menyusuri lorong demi lorong koridor yang ramai. Masih mencari-cari perihal keberadaan Agatha.
"Kemana sih tu cewek, gak biasanya ngilang gini." Farel bergumam sambil mengedarkan pandangannya.
Restu juga sama, seluruh ruangan yang mereka lewati dia sisir bahkan sambil berjalan mundur. Lalu ke depan lagi, hingga tidak sengaja di kejauhan ia melihat bayangan Agatha, yang sedang berjalan beriringan bersama tiga cowok.
"Eh, Rel! Agatha tuh!" Restu menunjuk ke arah itu sambil menepuk sebelah pundak Farel.
"Mana?" dan dia segera mengikuti arah telunjuk Restu. Di arah pintu kaca yang besar, alias pintu masuk/depan, SMA Taruna Bangsa.
Dan, dua kubu itu terus melangkah ke arah yang berlawanan. Agatha juga sudah melihat Farel dan Restu yang berjalan kearahnya. Hingga sedikit demi sedikit jarak mereka semakin menipis. Sorot mata Farel selalu menusuk, persis seperti pacar yang posesif dan lagi cemburu.
Padahal bukan.
"Darimana aja?"
Tepat, mereka berhadapan sekarang. Agatha tidak berekspresi apa-apa selain datar. Saga yang berada di sisi kanannya tetap stay cool mendapat tatapan kurang bersahabat dari Farel. Lalu, Rendy dan Iksan juga hanya saling melempar pandangan.
"Ini siapa?"
Lagi, Farel angkat suara, tapi mata tetap tertuju pada Saga, yang postur badannya lebih tinggi tiga senti.
"Namanya Saga, anak baru di kelas gue." balas Agatha pelan, dan malas. "emang kenapa?"
Tonjolan lidah nampak di sebelah pipi Farel, saat melihat Saga dari atas sampai bawah lalu naik lagi. Memang, dari segi tinggi dan tegapnya bentuk badan, lalu yang tak kalah penting; tampang, Saga terlihat sedikit lebih dominan dari pada Rendy dan Iksan.
"Bilangin sama dia, tolong jaga jarak sama lo, minimal tiga jengkal. Atau dia bakal berhadapan sama gue."
Masih sama, lawan bicaranya Agatha tapi tatapan Farel tertuju pada Saga. Disertai gerkan tangan mengusir tepat di depan wajah itu. Tak salah lagi, Farel memang cemburu.
Saga tau diri, dia selangkah mundur sambil mengangkat bahu dan telapak tangan. So, what gitu loh. Saga bukan tipikal yang suka cari masalah.
"Emang salah, gue jalan bareng-bareng sama temen-temen gue, Rendy, Iksan juga.." tantang Agatha. "lo gak ada hak ya, buat ngatur gue."
Farel membuang muka dan menghela napas panjang, sambil memasukkan tangan ke dalam saku celana. Tenyata Agatha memang keras kepala padahal ia sudah mengadukannya pada Bagas supaya dilaporkan ke Armand, dan supaya beliau sendiri yang memberi ketegasan kalau Agatha memang harus memperbaiki sikap pada Farel.
Tapi, sampai sekarang masih sama.
"Udahlah, cabut yok."
Agatha yang merasa jengah baru saja ingin berlalu dari hadapan Farel, tapi lengannya langsung ditahan.
"Tunggu,"
"Apa lagi?" tanya cewek itu.
Farel mengambil sesuatu di saku jaket bombernya, lalu meletakkan itu di atas telapak tangan Agatha. Satu lembar tiket nonton konser musik.
"Nanti sore jam tiga gue jemput ya,"
Dan Farel tersenyum sekilas sambil menepuk-nepuk pelan puncak kepala Agatha. Sementara cewek itu masih terbengong memerhatikan kertasnya, sebelum akhirnya Farel dan Restu berlalu pergi, dengan meninggalkan sebuah kedipan dan gerakan jari telunjuk bersamaan dengan jempol.
Oleh Farel.
Agatha mengerjap melihatnya. "Itu anak sehat gak sih? Ngapain coba,"
"Tiket apaan sih, Tha, emang?" Iksan yang kepo langsung mendekat dan mengambil alih kertas itu.
"Konser musik Slank," gumam cewek itu. "Band kesukaannya dia,"
"Waww.. gue juga mau ini," celetuk Rendy sambil ikut nimbrung.
"Yaudah buat lo aja lah, males gue."
Dan, Agatha berlalu mendahului mereka kembali ke kelas. Bersamaan dengan bel masuk yang langsung berbunyi. Saga, Rendy, dan Iksan buru-buru menyusul langkahnya.
Di kelas ternyata Meisya sudah masuk lebih dulu, kini cewek itu sedang kipas-kipas dengan bukunya. Agatha langsung mendudukkan pantat di kursi sebelah Meisya, diikuti cowok-cowok yang muncul dari arah pintu.
"Eh, lu dari mana aja sih, Tha, dicariin tadi sama Farel."
Agatha hanya diam dan menopang dagu dengan sebelah tangan.
"Heh, Tha! Gue kaga seriusan kali, nih gue balikin." ujar Rendy sambil menaruh tiket itu di atas meja Agatha, lalu duduk di bangkunya sendiri.
Sementara Saga dan Iksan juga menempati bangkunya masing-masing. Kemudian menghadap ke samping, atau ke arah Agatha.
"Apaan nih," buru-buru Meisya menyambar kertas itu dan melihat tulisan yang tertera disana. "ini dari siapa, Tha? Farel ya?"
"Siapa lagi kalo bukan dia, udahlah gausah cemberut, Tha, ikutin aja, mo disamperin juga kan?" celetuk Iksan, sambil melipat kaki di atas kaki satunya. "ya itung-itung sambil elu porotin aja lah, dompetnya, kalo lo emang bete banget ama dia."
Disertai dengan alis naik turun. Dan empat pasang mata itu langsung beralih menatap kearahnya. Iksan lalu tersenyum dengan watados.
"Waeww.. ide anda sangat cemerlang sekali, mister.. bikin itu orang jadi kere.." Rendy mengangguk beberapa kali. Lalu mengambil buntelan kertas di kolong meja dan dilempar kuat-kuat menuju ke arah Iksan.
"LU MAU NGAJARIN ATHA JADI CEWE MATRE HAH?!!"
Tapi Iksan dengan sigap langsung merunduk dan melindungi kepala dengan kedua tangannya. "Woy!! Apaan seh!! Gua cuma nyampein argumen gue doang!!"
"Alah!! Argumen apaan sesat lo!!" Rendy memukul mejanya sambil berdiri. "udah, Tha, gausah dengerin omongannya Suprapto gamutu!!"
"Heh!! Lu kok tau nama babe gua?!!"
"Kenapa?!! Kaget?!! Bhahahahaa!!"
"Huuuuu... bangke lo!!"
Buntelan kertas tadi dilempar balik oleh Iksan sampai mendarat di kepala Rendy. Suara mereka yang keras mendominasi kelas. Saga sendiri tertawa melihat aksi dua temannya itu. Demikian dengan Agatha-Meisya.
"Ini anak berdua kenapa jadi ribut sendiri sih?" Meisya geleng-geleng kepala. "padahal Farel itu ya... udah ganteng, tajir.. tapi Atha cuek."
"Huuuuu!! Lu mah liat dari tampang doang!! Buat apaan juga cover bagus tapi dalemnya tai!! Buat dipajang?!! Lu doyan emang tai, hah?!!"
Lagi, Rendy berkoar-koar di bangku belakang Saga, dan tak ada hentinya mengundang gelak tawa seluruh makhluk penghuni kelas. Padahal Meisya tadi hanya bergumam saja.
"Heh!! Mulut lo tuh najis banget sih!! Kalo ngomong gak pernah disaring!!" Diserai gebrakan di meja, sebelah tempurung lutut Meisya naik di kursi sambil terus memaki-maki Rendy.
"Katanya ketua kelas!! Ketua apaan kalo kaya begitu?!! Bukannya ngasih contoh yang baik malah omongannya jorok!! Jijik tau gak gue dengernya?!! Punya mulut tapi kaya gak pernah disekolahin!! Mending balik ke TK aja sana!! Biar itu mulut ngerasain dilempar spidol sama penghapus!! Sama papan tulisnya sekalian kaloperlu!!"
"AH MASYAAA..." Rendy hanya memasang muka meledek.
"Apa?!!"
Dan mereka malah ribut sendiri. Agatha hanya menepuk jidat lalu membenamkan kepala pada lekukan tangannya. Dalam hati berdoa supaya nanti sore hujan dan Farel tidak jadi mengajaknya nonton konser itu.
Ketika membuka kelopak matanya, Agatha tidak sengaja bertemu dengan mata Saga. Dimana kini dia sedang melihat jam tangannya. Agatha yang tiba-tiba kikuk sendiri buru-buru menegakkan badan hadap ke depan.
Apa iya besok dirinya harus pindah dari tempat duduk kesayangan itu supaya tidak sering kontak mata dengan Saga seperti barusan tadi?
Tapi tak lama, sebuah tangan sudah berada di depan muka Agatha. Tangan yang membawa sebuah permen dan ada tulisannya.
Sans aja kali😋
Saat ia menengok, tak lain dan tak bukan ternyata itu tangan Saga.

Komentar Buku (32)

  • avatar
    FahriZul

    saya sangat suka

    05/07

      0
  • avatar
    NgarsoDenbagus

    ceritanya bagus

    14/06

      0
  • avatar
    SiapaGa tau

    bucin sekali

    11/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru