logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

CINTA DI SMA : Serendipity in Magnanimous

CINTA DI SMA : Serendipity in Magnanimous

donutmissme


1.Awal Musibah

Titan mengamati luka di lututnya yang berdarah dan lebam biru-biru. Berusaha mengingat-ingat apa saja dosa yang telah ia lakukan dari kemarin hingga harus berakhir berurusan dengan Tristan, si tukang bolos SMA Garuda.
Satu hari yang lalu ...
"Titan mau ke kantin beli es kopi. Rev, lo temenin Titan mau, nggak?" tanya Titan sambil mengipas-ngipas wajahnya yang kemerahan sehabis lari maraton untuk pengambilan nilai Olahraga.
"Nggak deh. Gue mau cepetan ke toilet, kebelet sekalian mau cepet-cepet ganti baju biar nggak kena semprotnya Bu Damara. Lo aja sendiri." Rheva memilih menelantarkan temannya dan masuk zona aman.
"Rev, lo pasti mau boker sekebon lagi," tebak Titan.
"Nah pinter emang lo jadi sahabat gue, kayak cenayang nebaknya. Udah ngerti gitu sampe urusan perut gue." Rheva cengegesan.
"Yaudah, Titan ke kantin kalau gitu. Udah nggak nahan ini hausnya." Titan lalu berdiri sambil menepuk-nepuk celananya, membersihkan debu yang menempel.
"Inget, jangan kelamaan lo di kantin. Jangan semua lo pengen beli, lo kan juga belom ganti baju." Rheva memperingati Titan yang notabenenya memang doyan banget makan.
"Iya-iya. Nitip baju ganti Titan ya. Bawain ke toilet biar nggak usah bolak-balik." Titan lalu beranjak menuju kantin sendirian.
"Aman." Rheva pun juga beranjak namun ke arah yang berlawanan, menuju kelas XII IPA 4 yang terletak di ujung lantai dua SMA Garuda.
Sampai di kantin yang memang lenggang karena masih jam pelajaran, Titan langsung nyelonong ke kiosnya Mang Asep. Begitu panggilan pemilik kios tersebut.
"Mang, es kopinya dong satu!" ucap Titan ke Mang Asep.
"Lah si Eneng kenapa dah mukanya merah banget? Shy-shy cat ya ketemu Mang Asep?" Mang Asep mengeluarkan seribu jurus gombalan recehnya.
"Aduh, shy-shy berak kucing iya kali. Cepetan atuh nggak nahan kepanasan ini." Titan mulai mengomel, sudah biasa dikerjai oleh Mang Asep.
"Masalahnya Mang Asep nggak bawa es batu hari ini, Neng. Gara-gara mati lampu kemarin jadi meleleh semua es di kulkas rumah Mang Asep, gimana nih?"
"Alamak. Tega banget sih PLN sama Titan. Titan bakar kantornya baru tau." Oke, sampai sini Titan mulai ngawur.
"Aduh si Eneng mah ada-ada aja. Gimana kalau beli kopi panas setengah cup sama air mineral dingin baru nanti dicampur?" tawar Mang Asep sambil menunjuk kulkas minuman yang terpajang di depan kios.
"Itu mah Mang Asep yang untung. Yaudah deh yang penting es kopi jadinya. Cepetan ya nanti keburu Bu Cemara ngajar," ujar Titan benar-benar tidak sabaran. Dalam hati juga sudah kalang kabut takut terlambat dan harus berhadapan dengan amukan sang guru yang terkenal mampu membuat segala jenis spesies siswa membandel jadi kiceup.
"Bu Cemara siapa, Neng? Guru baru?" Mang Asep kebingungan, secara dia sudah kenal baik dengan guru-guru di SMA Garuda. Namun, tak tahu ada yang namanya Bu Cemara.
"Itu yang doyannya marah-marah kalau upacara. Yang kalau sekali buka mulut depan mikrofon langsung bersabda."
"Itu mah Bu Damara atuh Neng, namanya," ucap Mang Asep membenarkan sembari membuatkan kopi panas.
"Eh iya, terserah mau apalah itu namanya," ujar Titan tak peduli, "cepetan Mang, lima menit lagi bel pelajaran kedua. Titan campur sendiri aja nanti kopi sama air dinginnya di kelas kalau sempat." lanjutnya buru-buru sembari mengambil air mineral dingin di kulkas.
"Nih, Neng. Hati-hati bawanya." Mang Asep menyerahkan kopi panas dalam gelas kertas.
"Oke, Mang. Nih uangnya pas ya." Titan mengeluarkan jumlah uang total Rp.7.000,00. Saking seringnya makan di kantin Mang Asep, ia sampai hafal semua harga dagangannya. Sungguh pelanggan yang baik dan tidak mau merepotkan sang penjual untuk berbicara berlebih.
"Makasih, Neng," balas Mang Asep sambil menerima uang tersebut.
Titan segera menuju toilet. Di depan toilet perempuan ia berpapasan dengan Bimo, ketua kelasnya. Toilet perempuan memang bersebelahan dengan toilet laki-laki. Cowok itu nampaknya juga baru selesai berganti baju sehabis olahraga tadi.
"Eitsss... Bimoli, nitip kopi sama airnya Titan ya! Lo minum sedikitpun Titan sumpahin lo jadi mandul!" Tanpa menunggu persetujuan dari Bimo ataupun merasa bersalah dengan panggilan serta kutukan yang ia berikan barusan, Titan langsung masuk ke dalam toilet perempuan.
"Lama banget lo di kantin dah. Udah mau bel ganti jam pelajaran ini," ujar Rheva yang sudah selesai dengan ritual ngeden dan ganti bajunya. Ia hendak keluar toilet.
"Wah... tungguin dong," Titan memelas.
"Ogah, entar gue kena amuk bu killer. Gue duluan, itu baju lo ada di samping wastafel." Rheva melenggang keluar dari toilet, dengan segala bentuk tidak berpriketemanannya.
"Elah, punya temen satu kagak pernah mau nungguin. Untung aing teh sabar dan mandiri," Titan mengoceh sambil bergegas ganti baju. Setelah itu ia segera naik ke lantai dua menuju kelasnya yang ada di ujung.
Kelas masih berisik. Guru killer belum datang rupanya. Keberuntungan memihak Titan. Ia menghembuskan napas lega lalu duduk di kursinya yang berada dekat jendela. Ia menyimpan baju ganti di laci meja dan mulai membuka bungkus plastik botol air mineralnya. Belum sempat ia menghirup aroma kopinya, tiba-tiba terdengar sebuah alarm tanda bahaya.
"WOY PARA MANUSIA!!! BU DAMARA LIMA METER LAGI NYAMPE!!!" Alarm XII IPA 4, yaitu Arham memberi komando sambil mengintip dari jendela di sisi lain kelas.
Serentak semua murid ngacir ke kursi masing-masing. Segala rutinitas seperti bergosip, selfie, bahkan nobar yang iya-iya pun terhenti serentak, bersiap menyambut datangnya sang "iblis" SMA Garuda.
Titan juga kalang kabut. Pasalnya, Bu Damara tidak memperbolehkan membawa minuman dari kantin kecuali air mineral. Tidak ada juga tempat menyelundupkan kopinya karena guru tersebut selalu merazia laci dan tas para murid sebelum pelajaran dimulai. Maklum, guru PPKN. Disiplin dan teganya mungkin turunan penjajah kolonial jaman dulu.
"Aduh, mesti diapain nih kopi. Mampus kalolau ketahuan Bu Cemara."
Tiba-tiba lalu muncul ide di otaknya. Dengan penuh keyakinan Titan membuka jendela di samping tempat duduknya dan membuang kopi tersebut ke bawah dengan mulusnya.
"PAAANAAAASSS!!!"
Terdengar jeritan dari bawah. Titan melongok kekuar jendela, mendapati seorang cowok yang tidak sengaja ia siram sedang memegang rokok dengan beberapa temannya dengan benda yang sama di masing-masing tangan. Mereka spesies yang selalu ada di tiap sekolah, kaum bolos.
"Aduh, mampus kena orang lagi," ujarnya dengan polos.
"PANAS BANGET SIALAN!!!" Si korban mengumpat sambil masih kepanasan dan meringis. Cowok itu mendongak ke atas, mencari siapa pelaku kejahatan yang barusan menganiayanya. Ia mendapati seorang cewek yang tampak terkejut sedang melongok padanya dengan muka cengo.
"LO-" Belum sempat ia memaki cewek itu, jendela sudah ditutup di atasnya.
•••••

Komentar Buku (238)

  • avatar
    Trisna Wayan

    seru banget ceritanya😍😍😂komedi sama romantisnya dpt banget😍

    10/04/2022

      2
  • avatar
    halimahNur

    Ya Allah Bagus bangett cerita nya sampek sampek aku sedih senang,kakak plisss lanjut dong cerita nya😊🙏🙏🙏🙏😍😍❤❤❤❤

    26/01/2022

      7
  • avatar
    qi__ra01

    bagus banget kaaa, baca nyaa salting salting sendiri, ketawa ketawa sendirii, btw aku pinjem yaa kaa cerita nya buat tugas sekolahhh, bagus bangettt

    25d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru