logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 6 Ngambek

Sepanjang perjalanan Hayu menekuk bibir karena kesal. Ternyata ucapan Aksa tadi hanya iseng. Laki-laki itu malah membeli soft drink dan beberapa camilan.
"Udah gede tapi kekanakan. Dasar bocah," rutuk Hayu dalam hati.
"Mau?" Aksa menyodorkan sebungkus snack kentang dengan rasa barbeque. Dia lapar sejak tadi, ingin mengajak gadis di sampingnya ini makan di luar, tetapi suasana kurang mendukung.
Hayu menggeleng. Sebenarnya dia suka, tetapi suasana hatinya sedang tidak baik. Jadi wanita itu hanya ingin cepat tiba di rumah dan beristirahat. Apalagi gara-gara si berondong itu datang, dan dia batal berkencan dengan Bayu. Itu membuat moodnya langsung anjlok.
"Kok diem?" tanya Aksa sembari melirik Hayu dengan penasaran.
Hayu menoleh dan mendapati Aksa sedang asyik mengunyah sambil menyetir. Itu membuatnya semakin ilfeel. Wanita itu mengabaikannya dan mengambil ponsel di tas, lalu membuka beberapa pesan. Salah satunya dari Bayu.
'Kalau udah nyampai di rumah, kabarin.'
Begitu isi chat-nya, simple, tetapi membuat Hayu mengulum karena senang. Ternyata, Bayu perhatian juga. Dengan cepat wanita itu mengetikkan balasan.
'Masih di jalan.'
"Siapa?" tanya Aksa saat melirik ke arah gadis itu. Hatinya panas saat melihat sang pujaan hati tersenyum sendiri.
"Mau tau aja," ucap Hayu dengan mata masih terfokus ke layar ponsel.
Aksa memilih diam dan mengabaikan, lalu melajukan mobil dengan tenang, sesekali bersiul dan bernyanyi. Snacknya sudah habis dalam sekejap.
Tak lama, mobil berbelok ke sebuah jalan dan memasuki kompleks perumahan elite. Bangunan mewah dengan berbagai model berderet di sepanjang jalan. Rata-rata, penghuninya memang para pejabat atau pengusaha terkenal.
Mobil Aksa terparkir cantik di depan sebuah rumah besar dua tingkat. Setelah mematikan mesin, dia hendak membukakan pintu. Namun, tak jadi karena Hayu sudah keluar duluan.
Hayu berjalan dengan cuek, meninggalkan Aksa sendirian tanpa mengucapakan terima kasih.
"Assalamualaikum," ucapnya saat membuka pintu yang tidak terkunci. Wanita itu langsung masuk dan meletakkan tas di meja.
Sarah yang melihat itu menjadi heran dan bertanya, "Eh, Aksa mana? Kok gak disuruh masuk?"
"Di depan," jawabnya singkat lalu naik ke atas.
"Loh, kok kamu gitu?" tanya Sarah tak suka. Wanita paruh baya itu bergegas keluar dan menemui calon menantunya.
"Aksa, sini," sapanya ramah.
"Tante." Aksa meraih tangan Sarah dan menciumnya dengan penuh hormat. Di depan calon mertua, dia harus bersikap sopan untuk mengambil hati.
"Masuk dulu. Tante bikin minuman," ajaknya sembari membuka pintu rumah lebih lebar.
"Lain kali aja, Tante. Hayu kayaknya marah sama saya."
Aksa sengaja mengatakan hal itu agar Sarah tahu kalau tadi mereka sempat berselisih paham.
"Kenapa?"
"Tadi dia mau pulang sama pacarnya. Tapi karena saya jemput, jadinya batal," ucapnya santai sembari tersenyum.
Mendengar itu, Sarah menjadi tak enak hati. Setelah ini dia akan menegur Hayu agar bersikap sedikit sopan. Sekalipun dia tidak menyukai Aksa, paling tidak putrinya pandai berbasa-basi.
"Oh, maaf kalau gitu. Nanti Tante bilangin Hayu. Dia itu memang suka gitu, moody."
Aksa tersenyum menang. Rencananya untuk mempengaruhi keluarga Hayu sedikit demi sedikit mulai berhasil. Sarah pasti merasa tak enak hati dan akan memarahi putrinya.
"Saya pamit, Tante. Salam dari mama. Katanya kapan-kapan gantian, makan di rumah kami."
Aksa bergegas meninggalkan tempat itu. Sepanjang perjalanan dia tersenyum senang. Ada banyak rencana yang sudah tersusun rapi agar Hayu bisa menerima cintanya.
Aksa bukanlah tipe lelaki yang pantang menyerah jika ditolak. Dia akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan yang satu ini, bagaimanapun caranya.
***
Sepanjang makan malam semua orang terdiam dan sibuk dengan piring masing-masing. Hayu begitu menikmati makanannya sehingga tak banyak bercerita seperti biasa. 
"Tadi pas nganter pulang, Aksa bilang kamu ngambek," ucap Sarah membuka pembicaraan.
Mendengar mamanya berbicara seperti itu, raut wajah Hayu berubah. Dia yang tadinya bersemangat makan, jadi hilang selera. Diaduknya nasi dengan malas.
"Aku kan gak nyuruh dia jemput. Kenapa malah datang? Katanya mama yang nyuruh," jawab Hayu.
Kenapa di saat makan begini, mereka justeru membicarkan Aksa?  Pendekatannya dengan Bayu jadi gagal karena ulah bocah itu.
"Dia datang ke sini mau ajak kamu jalan. Tapi kamu belum pulang. Jadi mama suruh aja ke kantor."
Sarah mengambilkan tambahan lauk ke piring suaminya. Hari ini, dia memang memasak lebih banyak, karena mengira Aksa akan ikut makan malam setelah menjemput putrinya. Namun, anak itu malah menolak dan memilih pulang. Jadi, ada kelebihan lauk yang mungkin akan disimpan di feezer untuk dihangatkan besok hari.
Danu menatap wajah anak dan istrinya bergantian, kemudian kembali fokus dengan makanannya. Laki-laki itu hanya diam sembari mendengarkan karena malas meladeni ucapan dua wanita ini.
"Aku males, Ma. Jangan paksain," kata Hayu seraya meletakkan sendok di piring dan mengambil air, kemudian meminumnya pelan.
"Habiskan makanan kamu," tegur Sarah. Dia memang tidak suka jika penghuni rumah ini menghamburkan rezeki. Apalagi tadi tadi Hayu mengambil porsi yang cukup banyak. Sayang kan kalau dibuang?
"Omongan mama bikin aku gak selera makan," jawabnya malas sembari melanjutkan makan dengan memotong daging menjadi bagian yang lebih kecil. Dalam beberapa suap, semua habis tak bersisa.
Hayu meninggalkan ruang makan setelah piringnya bersih, lalu naik ke atas. Besok weekend dan dia ingin di rumah saja. Mungkin wanita itu akan menonton channel favorit, tetapi jika Bayu mau mengajaknya jalan, itu pasti lebih menyenangkan.
Hayu mengambil ponsel dan mencari tempat makan yang ingin dikunjungi, kemudian sengaja memposting-nya di Instagram.
'Enaknya kalau dinner di sini besok malam.'
Begitulah caption yang Hayu tulis dengan foto sebuah restoran Jepang yang baru launching di mall. Dalam sekejap, muncul berbagai macam komentar dari teman-temannya.
Ada yang menggoda kalau dia harus mengakhiri masa lajang, agar ada yang menemani makan malam. Selain itu, ada juga yang terang-terangan mengajaknya kencan. Itu komentar dari beberapa laki-laki yang pernah mendekatinya saat masih kuliah atau di tempat kerja.
Saat melihat di pemberitahuan kalau Bayu yang memberikan love pada postingannya, jantung Hayu berdetak kencang. Semoga lelaki itu mengerti dengan kode yang dia berikan. Wanita itu merasa gengsi kalau harus mulai duluan. Benar saja, tak lama sebuah pesan di WhatsApp muncul.
"Besok malem dandan yang cantik. Aku jemput jam 7."
Pesan singkat dari Bayu itu sukses membuat debaran di dada Hayu bergemuruh semakin kencang. Dia meloncat di kasur karena kegirangan, lalu berjalan menuju lemari pakaian dan memilih baju mana yang akan dipakai besok, mencocokkan warnanya dengan sepatu dan tas. Tak lupa membongkar kotak perhiasan biar matching satu dengan yang lain.
Selama ini Hayu memang menjaga jarak dengan laki-laki Namun, mungkin ini saatnya dia harus berubah dan mulai membuka diri, mengingat usia yang sudah cukup matang, juga omelan mama yang memintanya untuk segera mencari pendamping hidup.
Bayu adalah sosok yang menarik dan juga baik hati. Selama ini mereka cocok saja saat berada di kantor. Jadi, apa salahnya dia mencoba?

Komentar Buku (165)

  • avatar
    RayyanKharis

    ceritanya menarik 👍

    21/08/2022

      0
  • avatar
    DITAPUSPAADYTIA

    eleh authour akhirnya tamat terharu sama perjuangan aksa dia lelaki idaman untung akhir nya bersama dan gak ada pelakor kirain sed ending gara2 muncul si tama itu ternyata gak.lega bahagia. permasalah dapat di selesaikan bersama best 😭 cuman gak da adegan dewasa yg lebih wah doang nih kaya cerita lain 😍

    15/08/2022

      4
  • avatar
    uj4N6nY4_ikon

    sumpah bacaannya ringan dan gak bikin bosen,konfliknya juga gak berat-berat amat,bikin baper pembaca,gregetan pokoknya.Untung gak ada pelakor yang bisa memisahkan Hayu&Aksa.Mungkin karena mereka bisa memegang teguh komitmen mereka dan memupuk rasa cinta diantara mereka. POKOKNYA WAJIB BACA!!

    14/02/2022

      1
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru