logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 3 Pertemuan Dua Ayah

Satu bulan kemudian.
Setya memasuki kantor Danu dengan tenang. Bertemu dengan salah satu pejabat pemerintahan di kota ini, membuatnya sedikit merasa gugup. Harusnya, untuk membicarakan hal penting seperti ini, dia bertamu ke rumah. Namun, dia sudah memikirkan sebelum mengambil keputusan.
Apa yang hendak disampaikan kali ini sifatnya masih wacana dan belum tentu juga disepakati. Jadi, Setya memilih untuk datang ke kantor saja. Lagipula, Danu sibuk sekali karena sering berpergian keluar kota, sesuai dengan jabatannya sebagai kepala instansi suatu dinas.
Semoga saja pertemuan ini membawa kabar baik. Setya tak tega melihat putranya yang setiap hari galau karena memikirkan cinta. Aksa terlihat uring-uringan di rumah, kadang merenung dan mengurung diri di kamar. Besoknya dia kembali ceria, tertawa, dan bernyanyi tidak jelas sambil bersorak kegirangan. Pernah juga seharian putranya tidak mau makan, tetapi nanti malah makan banyak sekali. Persis seperti dirinya yang dulu jatuh cinta kepada Rani. 
Danu menyambut kedatangan Setya dengan gembira. Mereka berdua bersalaman kemudian berpelukan.
"Gimana, Dek? Ada angin apa ke sini? Apa ada proyek baru?" tanya Danu saat mempersilakan Setya duduk.
"Proyek apa toh, Mas. Ini silaturahmi biasa aja." Setya memanggilnya dengan sebutan 'mas' karena usia Danu memang lebih tua.
"Iya, gimana? Ada yang bisa Mas bantu?" tanya Danu serius.
Setya terbatuk, kemudian berkata, "Begini. Ini tentang ... anak-anak kita."
Setya mengucapkannya dengan hati-hati karena takut menyingung perasaan Danu. Hari itu saja dia ditegur habis-habisan karena perbuatan Aksa.
"Oh, yang waktu itu. Mas ngerti. Udahlah gak usah dibahas lagi. Aksa juga udah minta maaf. Kami juga udah lupa," ucap Danu bijak. Namanya anak muda, dia mengerti saja.
"Yang itu memang udah selesai. Aku juga udah negur Aksa. Anaknya memang begitu, tapi baik, kok. Gak pernah macam-macam dia," ucap Setya memuji. Bagaimanapun dia harus menonjolkan kelebihan putranya agar Danu bisa mempertimbangkan lamarannya nanti.
"Iya, masih muda. Biasalah kayak kita dulu. Suka iseng, main-main." Danu memang tidak terlalu menanggapi serius kejadian itu, walaupun sempat marah.
Setya menelan ludah sembari berpikir ulang bagaimana cara untuk menyampaikan maksud kedatangannya.
"Gini, Mas. Soal yang waktu itu, waktu Aksa meluk Hayu. Sebenarnya dia gak  main-main," ucapnya tenang.
"Maksudnya?" tanya Danu kebingungan.
"Aksa beneran suka sama Hayu. Dia mau serius." Akhirnya kata-kata itu terucap dari bibir Setya. 
Dahi Danu berkerut, mencoba mencerna kata-kata Setya. Dia masih tak mengerti.
"Aksa menyukai Hayu, dari dulu. Aku datang ke sini buat ngelamar anakmu, Mas."
Setya menarik napas lega setelah itu terucap, sembari berharap semoga saja Danu bisa memaklumi.
Danu tergelak. Suaranya menggema di seantero ruangan. Setya tidak menyangka jika ucapannya malah membuat lelaki itu tertawa. Dia sedang serius, tetapi malah direspons begitu.
"Sorry."
Danu merasa tak enak hati atas sikapnya. Bukannya tidak ingin menanggapi, tetapi dia merasa ini benar-benar lucu.
"Kok bisa?"
"Iya. Memang begitulah, Mas. Makanya waktu itu dia nekat, karena Hayu menghindar terus waktu Aksa coba dekati," jelas Setya.
"Gini, Dek Setya. Hayu itu memang begitu sama laki-laki. Dia menjaga jarak. Menjaga diri dan gak mau terlalu dekat. Sekalipun sekolah di luar negeri, dia gak macam-macam."
Danu menjelaskan kelebihan anaknya dengan detil. Didikan mereka cukup keras, bahwa anak perempuan harus pintar menjaga diri untuk masa depan. Jangan sampai Hayu terjerat ke dalam pergaulan bebas, sehingga akan merugikan dirinya sendiri. 
Setya menarik napas lagi, lalu berkata, "Balik ke pembicaraan yang tadi. Jadi gimana dengan lamaran Aksa untuk Hayu?"
Danu berjalan ke sudut ruangan dan mengambil beberapa kaleng minuman dingin dari kulkas. Di ruangannya memang disediakan snack untuk menjamu tamu.
"Minum dulu, Dek," ucapnya sembari meletakkan beberapa soft drink di meja.
Setya mengambil satu dan mulai menikmatinya.
"Soal ini, mas belum bisa memutuskan. Pertama, namanya cinta gak bisa dipaksakan. Biarlah nanti mas sampaikan kepada Hayu apakah dia mau atau gak," kata Danu bijak.
Setya menganguk dan menyimak.
"Kedua, usia mereka terpaut jauh. Aksa lebih muda, masih kuliah lagi." Ini yang menjadi bahan pertimbangan Danu, karena itu dia tidak mau langsung mengiyakan.
"Aksa sekarang bekerja di kantorku, Mas. Dia mau magang, demi Hayu."
Mendengar itu tawa Danu semakin kencang. Semua orang di keluarga mereka juga tahu kalau sejak dulu Aksa tidak mau mengikuti jejak papanya menjadi seorang notaris.
Aksa memilih menjadi arsitek. Padahal, jika mau, dia bisa mengambil jurusan hukum dan meneruskan usaha orang tuanya.
"Serius, Dek?" tanya Danu setelah puas tertawa. Kali ini wajahnya tampak serius.
"Iya, Mas. Katanya dia mau nabung buat ngelamar anakmu. Nanti kalau lulus kuliah, mau buka kantornya sendiri," jawab Setya sembari menghabiskan minumannya.
Perbincangan dua ayah ini serius sekali, hingga tak terasa cukup menghabiskan banyak waktu.
"Baguslah kalau gitu. Selesaikan aja dulu kuliahnya. Nanti kalau udah beres, bolehlah kita bicarakan lagi," saran Danu bijak.
Sekalipun mereka bertalian saudara, Danu tetap ingin anaknya mendapatkan suami yang bertanggung jawab. Pengalamannya sendiri, dulu saat menikahi Sarah, statusnya masih mahasiswa. Padahal sudah semester terakhir dan tinggal menyusun skripsi. Jadinya, semua sempat terbengkalai, mundur satu tahun dari rencana awal. Istrinya sendiri tidak melanjutkan kuliah karena terlanjur hamil. Itu sebabnya Hayu diminta untuk menyelesaikan pendidikan sebelum menikah.
"Aksa maunya sekarang, Mas. Kalau nunggu dua atau tiga tahun lagi, ya kelamaan. Apa Hayu udah ada calon?" tanya Setya penasaran.
"Setau mas sih, belum. Selama ini Hayu belum mengenalkan siapa pun sebagai pacar. Mas sama mbakmu juga sering tanya. Usianya juga, kan makin nambah. Anak itu asyik kerja, jalan-jalan entah ke mana," jelas Danu panjang lebar.
Danu cukup mengkhawatirkan keadaan putrinya. Dua puluh tujuh tahun itu usia yang cukup matang bagi seorang wanita. Memang sih, menikah itu tidak ada batasan usia, bukan perlombaan juga. Namun, biasanya para orang tua akan merasa khawatir jika mendekati tiga puluh tahun, anaknya belum ada yang melamar.
Anak-anak zaman sekarang memang berbeda dengan dulu. Mereka lebih bebas menentukan pilihan hidup, tidak terlalu terburu-buru memutuskan untuk mengikat janji dengan lawan jenis. Mereka masih suka menikmati hidup dalam kesendirian sambil menunggu masa itu tiba.
"Kita dekatkan aja mereka, gimana? Masalah nanti cocok atau gak, kan bisa sambil jalan. Kalau seandainya belum jodoh, ya mau diapakan lagi," usul Setya.
Danu menimbang cukup lama. Sebenarnya saran dari Setya bagus juga. Dia juga segan jika ingin menolak.
"Benar juga katamu, Dek. Gimana kalau weekend ini kalian makan malam di rumah. Nanti mas minta mbakmu masak."
Tiba-tiba saja ide seperti itu berkelebat di kepala Danu saat mengingat mereka masih ada pertalian darah. Selama ini, mereka memgenal Aksa sebagai anak baik-baik. Menjodohkannya dengan Hayu bisa semakin mempererat tali kekeluargaan.
"Oke, Mas. Aku setuju. Kalau gitu aku pamit. Makasih atas waktunya."
Keduanya bersalaman dan kembali berpelukan erat. Senyum terpancar di wajah Setya saat keluar dari ruangan itu. Pulang nanti dia akan menceritakan semua. Untuk urusan cinta, Aksa memang berbeda dengannya. Anak itu manja. Biarlah, sebisanya dia akan membantu jika memang putranya berniat serius.
"Nak, papa sudah tepati janji. Sekarang waktunya kamu berusaha. Sama seperti papa dulu yang berjuang mendapatkan mamamu," gumam Danu dalam hati sambil berjalan menuju parkiran. Sekarang, saatnya dia kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertunda.
***
"Jadi gimana, Pa?" tanya Aksa saat mereka makan malam.
"Siap-siap aja. Begitu ada kabar berkunjung ke sana, kita langsung berangkat," jawab Setya tenang.
Senyum di bibir Aksa merekah. Laki-laki itu bersiul sembari bernyayi, saat kembali ke kamarnya setelah menyelesaikan makan malam.

Komentar Buku (165)

  • avatar
    RayyanKharis

    ceritanya menarik 👍

    21/08/2022

      0
  • avatar
    DITAPUSPAADYTIA

    eleh authour akhirnya tamat terharu sama perjuangan aksa dia lelaki idaman untung akhir nya bersama dan gak ada pelakor kirain sed ending gara2 muncul si tama itu ternyata gak.lega bahagia. permasalah dapat di selesaikan bersama best 😭 cuman gak da adegan dewasa yg lebih wah doang nih kaya cerita lain 😍

    15/08/2022

      4
  • avatar
    uj4N6nY4_ikon

    sumpah bacaannya ringan dan gak bikin bosen,konfliknya juga gak berat-berat amat,bikin baper pembaca,gregetan pokoknya.Untung gak ada pelakor yang bisa memisahkan Hayu&Aksa.Mungkin karena mereka bisa memegang teguh komitmen mereka dan memupuk rasa cinta diantara mereka. POKOKNYA WAJIB BACA!!

    14/02/2022

      1
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru