logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Satu Atap Dua  Dapur

Satu Atap Dua Dapur

Fitri Dwiana


hilangnya kresek belanjaan

SATU ATAP DUA DAPUR
BAB 1
"Dek, dingin-dingin gini kayaknya enak deh kalau makan mie rebus, apalagi diberi irisan cabe. Pasti seger pedas- pedas gimana gitu." Sambil mempraktekan bunyi menyeruput kuah mi.
Aku yang sedang melipat baju, menengok ke arahnya. 
"Habis ini tak masakin, Mas. Tak selesaikan dulu, ya, ini melipat bajunya tanggung tinggal dikit lagi." Kupercepat gerakan tanganku supaya cepat selesai. Tidak butuh waktu lama akhirnya selesai juga. Segera ku tata ke dalam lemari. 
Ku nyalakan kompor, ku ambil panci dan mengisinya dengan air. Segera ku letakkan panci di atas kompor untuk kurebus. Sementera itu kuammbil sayuran di kulkas, tak lupa cabe dan telur. Tapi saat mau mengambil mie instant aku terkejut karena sudah tidak ada. Seingatku kemarin aku habis belanja dan ku letakan mi di rak dekat aku menaruh bumbu. Kucoba mencari lagi di laci bagian bawah kompor, tetap tidak ketemu. Aneh kenapa bisa hilang, atau jangan-jangan dibawa tikus. Tapi berat loh apa tikusnya kuat sedangkan di dalam kresek itu bukan hanya mie instan saja isinya melainkan ada gula pasir dan juga kopi. Lagi aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Aku matikan kompor, air yang sudah mendidih akhirnya kutinggalkan saja. Kucoba bertanya sama Mas Rudi barangkali dia yang menyimpannya.
"Mas, lihat kresek warna hitam dekat rak bumbu, isinya mie instan, gula  sama kopi. Kucari dari tadi kok gak ketemu. Apa, Mas menyimpannya. Mi nya gak ada jadi belum ku masak," tanyaku pada Mas Rudi.
"Enggak, Dek. Lah mungkin Adek lupa naro nya, kalau gak ketemu ya udah beli lagi aja." Usulnya seraya berdiri merogoh dompet dalam saku lalu diambilnya uang satu lembar warna merah lalu diberikanya padaku.
"Baiklah sabar, Ya, biar aku beli lagi aja. Ini nanti kembaliannya buat aku, ya!" Sambil kumainkan alis naik turun. 
Tak butuh waktu lama, aku sampai di warung Mpok Ijah, karena memang letaknya tak jauh dari rumah. 
"Mpok mi instan lima, yang rebus yah!" ucapku keras. Karena mpok ijah sedang mendengarkan radio jadi biar kedengaran.
"Eh kamu, Is ngagetin aja. Lah bukannya kemarin kamu baru aja ngeborong emi, kok sekarang dah beli lagi. Emang udah habis?" selidiknya keheranan.
"Ehm ... itu buat stok aja Mpok, biar gak kehabisan," terangku padanya. Gak mungkin kan aku bilang kalau mi nya hilang. 
"Berapa semuanya."
" Lima belas ribu, Is," jawab Mpok ijah seraya menyerahkan belanjaan. 
"Ini uangnya," kuserahkan lembaran uang warna merah yang tadi di beri sama Mas Rudi. Setelah mengambil kembalian aku bergegas pulang, mungkin Mas Rudi sudah menunggu.
Dengan cekatan tanganku mengeksekusi mie instan ini, tak lupa aku tambahkan sayur dan telur yang tadi telah kupersiapkan, tak ketinggalan juga irisan cabe rawit biar makin mantap. Tak butuh waktu lama akhirnya selesai juga. Segera ku panggil Mas Rudi untuk makan. Dengan lahap dia memakannya sampai-sampai berkeringat, mungkin saking nikmatnya.
Usai makan langsung kubereskan bekas kami makan. Saat asik mencuci mangkok, aku menyipitkan mata, kulihat ada buntelan kresek hitam di dekat rak dapur milik ibu mertuaku. segera aku selesaikan pekerjaan. Karena penasaran, aku beranikan mengintip, degh ... aku terkejut melihat isi kresek hitam itu. Ternyata isinya adalah belanjaan yang aku cari tadi. Aku heran kenapa kresek hitam ini ada di rak milik Ibu. Jangan heran karena memang di rumah ini ada dua sisi dapur. Satu sisi milikku dan sisi lain milik Ibu. Kami memasak makanan kami sendiri-sendiri.
Memang aku masih tinggal satu atap dengan ibu mertua, karena ibu yang meminta kami tinggal di sini. Semenjak Ayah Mas Rudi meninggal, Ibu meminta kami untuk pindah ke sini. Alasanya dirumah tidak ada laki-laki, Ibu takut kalau ada apa-apa, memang sebelumnya kita mengontrak rumah, karena belum mampu untuk membeli rumah. Akhirnya kami menyetujui permintaan Ibu untuk tinggal di rumah ini. Ibu juga yang memintaku walaupun kita satu atap tapi harus masak sendiri-sendiri. Akhirnya kami membagi dapur menjadi dua sisi. 
"Kok ini belanjaanku ada di sini," batinku heran. Ah ... atau ku tanyakan saja pada Ibu! Besok pagi ajalah, mungkin sekarang Ibu sudah tidur. Karena aku juga merasa sudah mengantuk akhirnya ku putuskan untuk tak menanyakan ini pada Ibu. Aku beranjak dari dapur, kulihat Mas Rudi juga sudah tertidur di depan tv. Mungkin dia ketiduran. Kucoba membangunkanya agar pindah ke kamar. "Mas, bangun ayo pindah ke kamar!" Kutepuk pelan pundaknya, agar dia tidak kaget.
"Loh, Mas ketiduran." Sambil menguap dia beranjak pergi ke kamar.
Kumatikan tv, dan ikut menyusul Mas Rudi di belakangnya. Kuganti bajuku dengan piyama tidur, begitupun kusuruh Mas Rudi untuk mengganti pakainya. Kurebahkan tubuh di samping suamiku. 
"Mas tau gak, tadi aku tak sengaja melihat belanjaan yang tiba-tiba hilang Mas? aku melihat kresek belanjaan itu ada di rak dapur milik Ibu," jelasku padanya, seraya ku pakai selimut untuk menutup tubuh ini karena rasanya dingin sekali.
"Yang bener kamu, Dek? mungkin salah lihat, barangkali itu belanjaan milik Ibu sendiri," tukas Mas Rudi, seperti tidak percaya.
"Ah tapi bener kok, Mas. Bukanya aku lancang, tapi karena penasaran aku mencoba melihat isinya dan memang isinya sama persis dengan belanjaan yang aku beli," ujarku pada Mas Rudi.
"Ya kalau kamu penasaran coba besok tanyakan saja sama Ibu, tapi yang baik kalau bertanya biar ibu gak tersinggung. Sudah sekarang tidur."
Sehabis sholat subuh, aku langsung memasak, setelah sebelumnya aku belanja di depan gang. Di sini tukang sayur sudah datang bahkan sebelum subuh. Kulihat ibu juga sudah terbangun. Kelihatannya dia juga hendak memasak, karena adik iparku kerja shift pagi makanya Ibu memasak pagi sekali untuk bekal kerja. Setelah lama berfikir akhirnya kucoba memberanikan diri bertanya perihal belanjaanku yang ada di rak Ibu. 
"Bu, apa Ibu lihat kresek belanjaan warna hitam yang saya letakkan dekat rak bumbu milik saya?" tanyaku hati-hati.
"Gak, Ibu gak tau," jawabnya tanpa menoleh sedikitpun padaku. 
"Hemm ... maaf bu tapi sepertinya saya lihat ada di rak milik ibu," jawabku padanya. Ibu menoleh sepertinya raut mukanya berubah tidak bersahabat. Seperti orang yang mau marah. Atau jangan-jangan memang Ibu sengaja mengambilnya.
"Apa maksudmu, Is? Apa kamu menuduh Ibu yang ngambil belanjaanmu. Kalau masalah kresek hitam yang ada di rak , itu belanjaan Ibu sendiri. Memangnya di dunia ini hanya ada satu kresek warna hitam." ketus Ibu.
"Tapi kemarin saya lihat isinya sama kok, Bu." 
"Oh kamu lancang sekali membuka barang Ibu. Berani sekali kamu, Is, ingat disini kamu itu cuma numpang jangan sok ya!" bentak Ibu padaku. 
"Maaf kan saya kalau sudah lancang membukanya. Tapi kenapa isinya bisa sama persis dengan punya saya."
"Mana Ibu tahu, yah mungkin kebetulan. Sudah kamu ganggu saja, lihat gara-gara kamu pekerjaanku gak selesai-selesai, sudah sana pergi. Timbang belanjaan seberapa aja diributin. Palingan juga gak ada seratus ribu," gerutunya.
Tapi kenapa sepertinya memang Ibu sengaja mengambil. Padahal, kan kalau ibu meminta pasti aku berikan. Kenapa harus diam-diam mengambilnya.
bersambung ....

Komentar Buku (39)

  • avatar
    Slamet Budiono

    jadi ga sabaran kelajutanya suka banget ceritanya kehidupan rumah tangga bikin jengkel sm mertuanya bikin yng berani tu mantunya biar ga dizollmi terus biar mertuanya takut 👍👍👍👍jangan terlalu lama nunggu kelanjutanya sukses mantap sekaleeee

    21/01/2022

      4
  • avatar
    MirulBotak

    good

    14d

      0
  • avatar
    TriyanaRiska

    jadi ngga sabar cerita berikutnya

    22d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru