logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 6

Kulepas Kau dengan Ikhlas 6
Part 6
POV Arya
Resepsi pernikahan yang kacau, akibat ulah Aira, seakan diri ini terhina. Banyak tamu undangan yang kasak kusuk, bisik-bisik tentang kejadian Aira mengatakan istriku dan mengucapkan selamat, serta melepasku dengan ikhlas, oh sial apa maksudnya dia.
Keesokan hari nya, aku pulang ke rumah yang kami tinggali bersama selama 5 tahun, Lusi istri baruku pun ikut datang, rencana memang Aku, Lusi, dan Aira tinggal bersama.
Tok... Tok... Tok...
Pintu kuketuk.
"Aira, sayang Mas, pulang tolong buka pintu nya," ucapku sambil terus mengetuk pintu.
Kemana dia, ah iya akukan punya kunci cadangannya, gegas masuk ke mobil, ambil kunci rumah di tas, segera buka pintu.
"Lama banget sih, Mas, aku dah capek nih pengen rebahan," rengek Lusi padaku.
"Iya, sabar ya sayang, nih Mas, baru ambil kunci rumah di tas dalam mobil," jawabku sambil memasukkan kunci rumah.
Ceklek
Suara kunci pintu rumah berhasil ku buka, gegas memasuki rumah, terlihat begitu kotor, seperti tidak pernah di bersihkan, buka pintu kamar dan memeriksa lemari, pakaian Aira semua sudah tak ada, kosong. Kemana dia, kenapa pergi dari rumah tanpa pamit.
"Mas, kamarku dimana, capek nih pengen tidur," rengek Lusi lagi.
"Tidur di sini aja ya sayang, sepertinya Aira, dah pergi dari rumah ini," jawabku sambil membenamkan kepala Lusi pada dada bidangku.
Ah, lebih baik ku telepon Aira saja, dia ada di mana. Kuambil handphone dalam saku celana, mencari nama Aira, setelah ketemu langsung ku pencet tombol panggil.
Dert... Dert... Dert...
Beberapa kali sambungan telepon, akhirnya di angkat juga oleh Aira.
"Hallo, Assalamualaikum mas," jawab Aira di balik sambungan telepon.
"Iya Waalaikumsalam, Aira, kamu di mana, kenapa rumah kosong dan sangat kotor?" jawabku dengan nada tinggi. Ya, aku tak mau rumah terlihat kotor, berantakan, harus rapi saat aku berada di rumah. Aira biasanya membersihkan rumah pagi menjelang subuh, karena saat itu dia pulang dari manggung, dia akan tidur saat aku sudah berangkat kerja.
"Aku di rumah mama mas, kenapa kan sudah ada istri baru mu suruh dia yang beberes rumahmu itu. Oh iya tunggu surat dari pengadilan agama ya mas aku sudah mendaftarkan gugatan ceraiku," jawab Aira, tegas. Sepertinya dia tak main-main dengan ucapannya saat di acara resepsi pernikahanku dengan Lusi, tempo hari.
"Apa, pulanglah dulu ada yang akan aku jelaskan tentang semuanya, mari kita bicarakan dengan baik-baik dan dari hati," ucapku mencoba merayu Aira agar dia mau kembali lagi ke rumah ini, dan tetap mau menjadi istriku.
"Apalagi yang mau di jelaskan mas, semuanya sudah jelas, bahkan sudah dua minggu mas tidak pulang kerumah dan betah di rumah ibumu, dan terjawab sudah alasannya," jawab Aira sekenanya.
"Iya pulanglah dulu kita bicarakan di rumah saja ya jangan di telepon," jawabku lagi.
"Baiklah Mas, jika itu yang kamu mau mari kita bicarakan segalanya, aku akan datang bersama kedua orangtua ku, Assalamualaikum," jawab Aira mengakhiri sambungan telepon dariku.
💔💔💔💔
Hari ini aku datang ke rumah yang alamatnya telah di kirim Aira lewat pesan WA, untuk memudahkan kuminta juga share lokasinya.
Tapi tunggu dulu, ini bukan alamat rumah orang tua Aira yang lama, karena rumah itu beda kecamatan dengan alamat rumah yang di berikan Aira, apa mungkin dia beli rumah baru dan tidak memberi tahukan padaku.
Setelah sampai di rumah Aira yang baru, disambut oleh orang tua Aira. Di ruang tamu aku berbincang santai dengan papa Aira, ayah mertuaku. Orang yang sangat bijaksana menyikapi setiap permasalahan.
"Apa kabar, Pa?" tanyaku berbasa-basi
"Baik, Nak Arya, kamu sendiri bagaimana kabarnya?" jawab dan tanya Pak Hutama padaku. Membuatku semakin canggung menghadapi situasi seperti ini.
Tak lama Aira, muncul dengan tampilan yang semakin cantik saja, membuat aku merasa bersalah telah menduakan cintanya dulu.
"Nah, Aira sudah datang, sekarang tolong jelaskan tentang masalah rumah tangga kalian, pada kami semua nak Arya." Papa memulai pembicaraan ini.
"Begini, sebelum saya menjelaskan mengapa saya menikah lagi, saya ingin meminta maaf pada Aira, mama dan papa, maaf telah menyakiti hati kalian dengan cara menikah lagi." ucapku memulai pembicaraan, semua pun diam mendengarkan tanpa menyelanya.
"Saya menikahi Lusi karena dia sedang mengandung anak saya, usia kandungannya memasuki 4 minggu, semua terjadi karena khilaf." ujarku memulai penjelasannya.
"Semua terjadi karena Aira, begitu sibuk dengan dunianya sendiri seolah acuh dengan kebutuhan seorang pria yang telah beristri, Juga karena desakan ibu yang menginginkan cucu dan belum bisa Aira penuhi." ujarku melanjutkan penjelasan nya.
Ku lihat Aira ingin membalas perkataanku, tapi tidak jadi karena papa memegang tangan dan menggelengkan kepala tanda bahwa jangan menyela dengar dulu penjelasan nya.
"Saya melihat, ibu begitu dekat dengan Lusi dan Rani. Sedang Aira, seolah selalu menjaga jarak dengan keluarga saya, padahal inginnya Aira bisa dekat dengan ibu, memasak bersama, belanja bersama, saat ibu sakit bisa menjaganya, tapi saat saya minta Aira selalu berkata harus manggung, harus nyanyi seolah tak ada waktu, seolah karir dan pekerjaannya yang paling penting." ucapku lagi.
"Baiklah, mas, semua sudah jelas bukan bahwa aku ini istri yang tidak bisa menyenangkan suami, mertua juga ipar." Ucap Aira setelah beberapa saat hening tak ada penjelasan dariku.
"Apa mas tahu, untuk apa aku bekerja keras selama ini?" tanyanya Aira.
"Apa mas sudah memenuhi kebutuhan rumah tangga kita?"
"Apa mas tahu alasan mengapa, aku tidak pernah mengajak ibumu belanja, atau menjaganya ketika sakit? Ibumu menolaknya, mengusirku secara halus dengan sindiran pedas, aku memang orang yang baperan, apa yang orang katakan bisa membuat hatiku terluka, untuk itulah aku tak pernah mau menjaga saat beliau sakit, yang bisa ku berikan hanya sejumlah uang, sebagai ganti tenaga yang tidak bisa aku berikan.
"Kau tahu? Dua minggu yang lalu aku datang ke rumah ibumu, aku ingin bertanya kenapa tak pernah kau angkat telepon dari ku, saat akhirnya menjawab pun nada bicaramu terdengar tinggi, seolah tak mau ku ganggu, selama itu pula komunikasi kita terputus," ucapan Aira membuatku kaget, dan kualihkahkan pandangan pada ibu, meminta penjelasan, tapi ibu hanya menjawab dengan mengangukkan kepalanya, seolah berkata nanti ibu jelaskan.
"Disana aku melihat seorang wanita cantik, sedang bercanda gurau dengan ibu, terlihat sangat akrab, aku merasa iri, seandainya bisa aku sedekat itu dengannya, aku pasti sangat bahagia, tak akan pernah aku memaksamu pindah rumah. Wanita yang di kenalkan ibu sebagai sepupu, ternyata adalah calon istri keduamu," penjelasan Aira seolah menampar diri ini.
"Kau tahu dengan pasti, sesibuk aku manggung, selelah apapun sepulang nyanyi, aku sempatkan bersihkan rumah, memasakkan makanan untukmu, menyediakan pakaian yang akan mas gunakan bekerja," ucap Aira lagi.
"Aku memang istri yang tidak becus mengurus suami mas, untuk itulah lebih baik lepaskan aku, aku sudah melepasmu dengan ikhlas, aku tidak mau di madu, kumohon lepaskan aku," ucap Aira sambil terisak.
"Baiklah, jika itu yang kamu inginkan Aira Maheswari binti Agus Riyanto hari ini dengan di saksikan orang tua kita, aku talak kamu dengan talak 1." ucapku lantang pada akhirnya, tak bisa ku biarkan Aira menderita, aku sudah menghianatinya.
Aku dan Ibu pamit undur diri dari rumah orang tua Aira, keputusan sudah di ambil semoga ini langkah yang tepat untuk kami semua.
TBC

Komentar Buku (224)

  • avatar
    DamayantiHetty

    bagus, bisa buat penasaran, jd punya wawasan Baru... Di tunggu banget ya... Cerita selanjutnya... 😊 mksh byk

    26/01/2022

      0
  • avatar
    ZilaAmey

    i can read and i like this story

    1h

      0
  • avatar
    RahayuningtyasSelfi Aprilia

    good

    1d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru