logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 2 : Selamat Datang di Arkhturian

Selepas bangun dari tidurku hari ini aku lebih bersyukur. Masih enak jadi pegawai yang biasa saja. Enggak perlu ke hutan apalagi berubah wujud jadi makhluk lain. Termasuk minum susu Unicorn yang rasanya... wueek! Aku tidak terlalu suka minum susu.
"Wah besok Sabtu, libur nih. Bagus! Aku bisa ngopi bareng Mila."
Kebetulan Oda teman sekantorku baru saja melakukan grand opening Coffe Shop miliknya. Ada diskon khusus kalau teman-teman kantor yang datang dan pesan menu kopinya. Kesempatan emas buatku yang suka ngopi dan ngeteh. Berbeda dengan Mila, dia hanya suka ambil spot fotonya bukan fokus ke apa yang dipesannya.
"Yang penting nanti malam aku harus Whatsapp si Mila. Bahaya tuh anak suka lupa kalau nggak di WA."
***
Sembari santai menikmati cemilan yang sudah kusiapkan. Segera saja ku kirim pesan Whatsapp ke nomor Mila. Takutnya kalau dia tidur duluan.
"Mila..."
"Hei..."
"Yaaa..."
"Jangan lupa besok ke Coffe Shop-nya Oda ya."
"Hah? Ngapain?"
"Kerja! Nggak lah...kita ngopi dong. Oda tadi kan bilang sebelum kita pulang. Besok tuh Grand Opening Coffe Shopnya dia."
"Ooh... kira-kira ada Donat-nya nggak ya?"
Idiih... ini anak diajakin ke Coffe Shop kok malah tanya "Donat". Memang iya sih kadang ada menu cemilannya disana. Tapi hanya sebagai pendamping minum kopi.
"Yaah... mungkin ada."
"Kalau nggak ada Donatnya kalah sama yang franchaise ternama itu."
"Dih baiknya kamu tanya sama Oda sendiri deh. Dia kan yang punya. Lagipula besok pasti rame banyak teman-teman yang kumpul."
"Iya iya iya...! Tenang aja aku pasti datang kok."
Tenang rasanya kalau Mila sudah berkata "iya". Ah saatnya santai dulu didepan TV. Siapa tahu ada acara menarik. Tapi kok Aku tak kuat menahan rasa kantukku lagi.
***
"Bangun, Dit..."
"Siapa itu?"
"Meredith Bangun!"
Sontak Aku segera terbangun. Rasanya aku tak asing mendengar nama Meredith. Oh ya itu nama yang pernah disebut sama orang tua bernama Bathlazor. Eh tapi itu bukan namaku. Namaku kan... duh kok tiba-tiba amnesia sendiri.
"Jaga ucapanmu! Bathlazor itu tetua di Arkhturian. Beliau sangat di hormati disini."
"Hah? Kamu bisa baca pikiranku?"
"Memangnya kenapa? Sudahlah ikut denganku dulu... Aku mau memperkenalkan yang lainnya dulu padamu."
"Kamu tuh aneh ya! Aku sendiri belum tahu siapa kamu."
"Apa Tetua Bathlazor tidak memperkenalkanku sebelumnya?"
Aku hanya menggelengkan kepala. Apa jenis seperti dia yang disebut Elf? Seperti di buku buku dongeng. Pakaian klasik dengan sepatu boot dari kulit. Dia selalu membawa satu buku besar dan tebal di tangan kanan. Rambutnya hitam lebih mirip ke model potongan jenis bob. kulitnya yang putih dengan ujung telinganya lancip.
"Kenapa kau melihatku seperti itu?"
"Ah, tidak apa!"
"Sepertinya pakaianku untuk sementara waktu cocok ya untukmu."
Mataku membelalak ketika mendengar kata "pakaianku". Aku melihat dari ujung kaki sampai ke bagian dada. Iya, Aku pakai pakaian yang hampir sama dengannya. Tapi tidak apa, Aku juga tidak terlalu suka pakai rok atau gaun.
"Tapi kalau ada waktu, Kita ke penjahit buat pakaian perempuan yang sesuai untukmu."
"Aku lebih suka pakaian yang ini. Sebentar, siapa namamu?"
"Keldirk..."
Namanya susah disebut jika didengar apakah pakai huruf depan "K" atau "C" pokoknya itu deh. Dia mengajakku ke rumah teman-temannya. Nantinya Aku pun akan sering bertemu dengan mereka. Keldirk seperti pemandu wisata. Menjelaskan apa saja yang dilewati.
"Kalau lurus ke Utara dari rumahku ada pasar utama. Tidak hanya para Elf yang berbelanja disana. Banyak makhluk pendatang yang ikut berbelanja disana."
"Seperti apa mereka?"
"Seperti para Penyihir, Elf Hitam, dan yaah banyak lagi. Kalau belok ke kanan ada pusat pelayanan surat, penjahit dan pemukiman para Elf Hitam."
"Kalau sekarang kita ke mana?"
"Ke arah Selatan. Rumah Elfhalia, si ahli tanaman."
Baru berjalan sebentar saja sudah disambut berbagai macam tanaman. Sebenarnya banyak tanaman yang tidak asing seperti Jagung dan pohon Kelapa. Eh, aneh rasanya disini ada pohon kelapa. Ini kan bukan daerah pesisir pantai.
"Hati-hati..."
"Kenapa?"
"Tanaman disini sekilas biasa, tapi sebenarnya mereka adalah penjaga rumah Elfhalia."
Tiba-tiba kakiku jadi gemetar. Salah langkah nanti terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan. Bisa jadi Aku malah dimakan sama tanaman ini. Aku sudah membayangkan tanaman aneh yang bisa memakan manusia seperti di film.
"Elfhalia...! Keluarlah...!"
"Ya...! Siapa?"
"Ini Aku, Keldirk."
"Hei! Kau mau curi start?! Aku duluan yang datang kesini."
Muncul Elf laki-laki lain dari timur. Dia membawa busur di punggungnya dan sebilah pedang yang diletakkan di samping sabuk pengikat bajunya. Rambutnya yang pirang dan panjang sedikit diikatnya seperti ekor kuda.
"Lio! Aku kan kesini hanya mau...."
"Mau apa?! Kau pasti mau bersaing denganku mendapatkan hati Elfhalia."
"Ini kenapa sih Keldirk, kok dia bikin ribut duluan?"
"Kau juga siapa?! Mau ikutan bersaing denganku?"
"BERHENTI...!"
Sosok Elf perempuan cantik dengan gaun berwarna putih muncul dihadapan kami bertiga. Diatas kepalanya dia memakai makhkota rangkaian daun dan bunga. Mungkin hanya sekedar hiasan di kepalanya saja.
"Lio yang mulai duluan. Aku kemari cuma mau memperkenalkan Meredith."
"Ng... hai! Makhkota bunga mu cantik."
"Terima kasih, Meredith."
"Tunggu sebentar! Jadi, dia ini perempuan ya. Tapi kenapa tampilannya seperti...."
"Dia pinjam pakaianku sementara waktu."
Elf yang dipanggil Lio itu memperhatikanku betul. Dia melihat dari atas ke bawah dan itu buatku tak nyaman.
"Apaan sih?!"
"Tapi menurutku dia seperti laki-laki. Ah! Aku jadi lupa kan tujuanku kesini...."
Baik Elfhalia, Keldirk maupun aku saling berpandangan. Melihat sikap Elf satu ini yang sangat sangat aneh. Dia mengeluarkan bunga apa dari saku celananya. Lalu menyerahkannya pada Elfhalia. Yaah... layaknya seseorang yang jatuh cinta. Tapi bukannya diterima bunga itu, melainkan Elfhalia memanggil nama seseorang atau entah itu apa.
"Parouki... tugasmu!"
Pohon kelapa itu bisa bergerak. Ternyata buah kelapa itu bukan buah tapi...mulut. Dia cukup menggigit kerah pakaian Lio. Lalu melemparkannya jauh.
"Aku tidak akan menyerah Elfhalia!"
"Terserah apa katamu."
"Dia tidak akan mati kan?"
"Lio itu Panglima perang terlatih. Terlempar sejauh apa dia masih hidup."
Padahal sampai aku tak lagi bisa melihatnya. Berarti nyawa dia banyak juga! Tanpa kusadari ada yang merambat di tubuhku.
"Eh apaan nih?"
"Venus, hentikan! Dia baik kok."
Tanaman yang melilitku itu dipanggilnya Venus. Memang sekilas bentuknya mirip Venus Fly Trap tanaman pemakan serangga. Dia menunjukkan pinggir mulutnya yang runcing seperti ingin mencabikku.
"Ayo lepaskan dia!"
Akhirnya tanaman bernama Venus itu melepaskanku. Lilitannya memang kuat nyaris buatku pingsan.
"Mau masuk ke dalam? Aku baru saja buat teh Rosella."
"Ng... tidak. Kurasa aku mau pulang saja ke rumah Keldirk. Ada sesuatu yang mau kubicarakan dengannya. Daaah...!"
"Eeh tapi...."
Keldirk kudorong supaya berbalik arah kembali ke rumahnya. Kurasa lain kali saja ke rumah Elfhalia. Sudah kapok buat hari ini kerumahnya. Mungkin aku perlu pestisida biar si Venus tidak lagi melilitku.
"Kenapa sih?"
"Sudahlah! Masuk ke rumahmu dulu."
Bukan lagi si pemilik pintu yang menutup tapi malah aku. Kujelaskan semua sampai akhirnya Keldirk hanya mengangguk.
"Iya deh, padahal aku suka teh Rosella...."
"Lain kali bisa minum teh itu, yang penting jelaskam dulu ke aku."
"Baiklah... gayamu sudah seperti petugas bagian imigrasi di depan gerbang perbatasan."
"Satu! Jelaskan bagaimana bisa namaku Meredith disini? Padahal namaku kan Ka...."
"Memang itu kan namamu! Duh... sepertinya amnesiamu belum hilang."
"Dua! Kenapa Aku bisa disini bersamamu?"
"Sebenarnya kau memang asli sini tapi lama menghilang. Sampai akhirnya kau ditemukan oleh anggota khusus dari galaksi dalam keadaan Amnesia. Makanya sampai dengan ingatanmu kembali kamu sementara waktu denganku."
"Untuk apa?"
"Jadi, partnerku dulu. Aku bekerja untuk kerajaan Arkhturian dan sering dikirim keluar kerajaan untuk melaksanakan misi tertentu. Biasanya misi itu melibatkan keahlianku dibidang membuat ramuan dan mantra khusus."
"Ketiga...."
"Ya...?"
"Bisa tolong jelaskan sebenarnya Aku disini untuk apa?"
Keldirk terdiam cukup lama sambil menatapku. Ada yang dia sembunyikan dariku. Tapi sepertinya kali ini dia menyerah.
"Baiklah... Aku cukup katakan sekali. Kau memiliki nama Meredith dan pekerjaanmu adalah penjaga portal dimensi."
Cukup lama Aku berpikir. Apa itu portal dimensi? Apakah seperti portal penghalang jalan menuju ke suatu perumahan atau apa sih? Berarti Aku nggak beda jauh dengan satpam perumahan dong. Aku bergumam sendiri sambil membayangkan seperti apa bentuk portal yang kuketahui.
"Ng... apa itu tongkat penghalang jalanan?"
"Kamu pasti baca pikiranku. Itu portal namanya."
"Tapi portal dimensi itu semacam pintu penghubung antara dimensi. Jadi, dimensi keenam dengan dimensi lainnya bisa saling terhubung. Termasuk dimensi ketiga tempatmu tinggal."
"Ooh... jadi itu maksudnya. Iya, paham! Tapi kan Aku nggak bisa."
"Duh! Sepertinya tugasku ekstra keras untuk mengembalikan ingatanmu. Baiklah nanti akan kujelaskan."
Terdengar suara ketukan pintu. Karena aku yang paling dekat dengan pintu jadi kubukakan saja.
"Hai, Meredith. Ini ada sekantong bunga Rosella kering. Kamu bisa menyeduhnya bersama Keldirk."
"Oh, baiklah. Terima kasih Elfhalia."
Aku menutup kembali pintunya. Lalu kuberikan kantong itu pada Keldirk.
"Itu tidak sopan! Orangnya masih ada di depan pintu."
"Dasar cerewet! Itu kan katanya kamu mau teh bunga Rosella."
"Iya... nah sepertinya sudah mau gelap."
"Kenapa kalau sebentar lagi malam tiba?"
"Kamu harus kembali. Ayo, kesini!"
Keldirk mendorongku ke ruang sebelah yang ternyata ada sebuah kasur beserta dipan. Masih tertata rapi lengkap dengan selimutnya. Keldirk menyuruhku tidur untuk bisa kembali ke dimensi ketiga tempatku tinggal.
"Ini masih jam berapa?"
"Sudah, cepatlah!"
Kasurnya empuk dan bantalnya juga. Sepertinya ini berisi bulu angsa. Tentu buatku cepat tertidur dan akhirnya aku terbangun didepan Televisi.
"Tunggu dulu, kalau begitu setiap kali Aku tertidur aku bisa ke dimensi itu. Coba lagi ah...."
Tak kupedulikan sudah jam berapa. Toh hari ini kan libur. Ke Coffe Shop milik Oda jam 11-an saja. Aku kembali tertidur dan benar aku terbangun di kasur milik Keldirk. Aku jadi penasaran apa yang sedang dilakukannya. Rupanya di ruang sebelah dia sedang menyeduh teh Rosella.
"Apa yang kau lakukan lagi disini, Dit?"
"Penasaran sih...."
"Sudahlah cepat kembali disana sudah pagi, kan."
Keldirk mendorongku kembali ke kasur dan cepat ia menyuruhku untuk tidur. Benar saja aku kembali terbangun didepan Televisi.
"Sekarang aku sudah tahu!"
***

Komentar Buku (102)

  • avatar
    TujuhenamMulhimah

    lumayan

    04/08

      0
  • avatar
    AnjiiSurya

    keren banget cuyyy

    13/05

      0
  • avatar
    AthayaAzka

    bagus

    14/04

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru