logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Episode 7

Karina berlari masuk ke kamarnya dan membanting diri di atas ranjang lalu menangis sesenggukan, Bella yang mengikutinya ke kamar, merasa prihatin dengan saudaranya itu.
Dengan perlahan Bella duduk di sisi ranjang dan mengusap lembut pundak Karina yang berguncang karena menangis.
“Kak, sudahlah jangan menangis.”
Karina bangkit dan langsung memeluk Bella, kini wanita cantik itu menangis di dalam pelukan sang adik.
“Aku enggak mau dijodohkan, Bel. Aku enggak mau!” Isak Karina pilu.
“Iya, aku tahu. Tapi sekarang Kakak tenang dulu ya, jangan menangis seperti ini.” Bella mengusap punggung belakang Karina. Sesungguhnya dia sendiri pun bingung harus mengatakan apa?
“Aku masih ingin sekolah dan menjadi dokter spesialis, aku belum mau menikah.” Rengek Karina sambil menyeka air matanya. Bella hanya diam sambil terus mengusap lembut punggung belakang Karina.
“Lagi pula, aku sudah mencintai seseorang. Aku enggak mau menikah dengan orang lain.” Lanjut Karina.
“Iya, Kak. Nanti pelan-pelan, kita bicarakan lagi dengan Ayah. Aku yakin Ayah pasti mengerti dan enggak akan memaksa Kakak lagi.”
“Kau bantu aku bujuk Ayah, ya?”
“Iya, Kak. Nanti aku bantu.” Tukas Bella.
Bella memang gadis yang baik, dia penurut dan sangat menyayangi keluarga angkatnya ini.
***
Setelah memastikan Karina sudah tenang dan berhenti menangis, Bella pun keluar dari kamarnya. Namun di ruang keluarga, dia melihat Rudi masih duduk melamun sendiri di sana. Wajahnya benar-benar muram, Bella merasa sangat prihatin tapi dia tak tahu harus melakukan apa?
Akhirnya dia memutuskan ke dapur dan membuatkan teh hangat untuk sang ayah angkat.
“Ini, Yah. Diminum dulu teh nya.” Bella mengangsurkan secangkir teh hangat ke hadapan Rudi.
“Terima kasih, Bel.” Balas Rudi yang langsung menyesap teh hangat buatan sang putri. Rasa hangat seketika menyebar di tenggorokan dan dadanya. Nikmat sekali.
Rudi meletakkan cangkir teh itu di atas meja dan memandang Bella dengan mimik wajah cemas.
“Apa Karin menangis?” Tanya Rudi.
Bella menganggukkan kepalanya. “Iya, Yah.”
Rudi menyandarkan badannya ke sandaran sofa dan mengembuskan napas berat. “Janji itu adalah hutang. Bagaimana Ayah harus mempertanggung jawabkan hutang itu nanti?”
“Ayah pikir Gunawan dan keluarganya sudah melupakan janji perjodohan itu setelah bertahun-tahun berlalu, tapi rupanya enggak.” Lanjut Rudi.
Bella terdiam, dia benar-benar tak tahu harus menjawab apa? Dia sungguh prihatin melihat dilema keluarga ini.
“Ini sudah malam, sebaiknya kau tidur.” Rudi mengusap pucuk kepala Bella dengan penuh kasih sayang.
“Iya, Yah. Ayah juga istirahat ya?”
Rudi hanya membalasnya dengan anggukan sembari memaksakan senyuman.
Bella pun beranjak ke kamarnya, meninggalkan Rudi yang masih termenung sendiri di ruang keluarga. Tapi saat melintasi kamar kedua orang tuanya, dia mendengar isak tangis dari dalam.
“Ibu.” Bella mengetuk pintu bercat coklat itu dan terdengar suara dari dalam.
“Masuk, Bel!”
Dengan perlahan Bella membuka pintu dan masuk ke dalam kamar mewah yang di dominasi warna putih itu, terlihat Risha sedang duduk bersandar di atas ranjang, mata wanita itu sedikit sembab dan basah akibat baru menangis.
“Ibu baik-baik saja?” Tanya Bella cemas.
Risha mengangguk, tapi air matanya kembali jatuh menetes menandakan jika dia sedang tidak baik-baik saja.
“Ibu jangan menangis!” Bella berhambur memeluk Risha.
“Ibu sedih, Bel. Kenapa Ayahmu begitu egois dan enggak memikirkan perasaan Karina? Kasihan dia.”
“Sudah, tenanglah, Bu.” Bella mengusap punggung belakang Risha sambil menyeka air matanya sendiri. Dia benar-benar tak sanggup melihat wanita yang telah merawatnya ini menitikkan air mata.
“Apa yang harus Ibu lakukan, Bel?”
Bella kembali terdiam, dia sungguh bingung harus menjawab apa? Dia tak punya solusi apa pun untuk masalah yang sedang mendera keluarga ini.
Tapi tiba-tiba Risha menjauhkan dirinya dari Bella dan memandang lekat wajah sang putri. Sepertinya dia teringat sesuatu.
“Bel, Ibu mau minta tolong kepadamu. Tolong gantikan Karin menikah dengan Fardhan. Ibu mohon!”
Bella tercengang mendengar permintaan Risha, dia benar-benar tak menyangka sang Ibu akan meminta hal itu.
“Ta-tapi kan yang dijodohkan itu Kakak, Bu. Putri kandung keluarga ini. Aku hanya anak angkat.” Ucap Bella.
Sejak remaja, Rudi dan Risha sudah mengatakan yang sebenarnya, mereka tak mau menutupi jati diri Bella. Tapi Bella bisa menerima semua itu dengan lapang dada, dia tahu meskipun anak angkat, tapi mereka menyayanginya seperti anak kandung.
“Bel, kami membesarkanmu seperti anak kami sendiri. Kami enggak pernah membedakan antara kau dan Karin, karena kau juga putri kami. Jadi apa bedanya? Jika kau setuju, Ayah bisa menepati janjinya dan Karin bisa melanjutkan studinya. Ibu mohon, Bel! Sekali ini saja tolong kami.” Risha memohon dengan penuh harap.
Bella benar-benar merasa tak enak melihat ibunya itu memohon, dia tentu sadar jika berhutang budi kepada keluarga ini. Mungkin dengan cara ini dia bisa membalas semua kebaikan Rudi dan Risha.
Dengan berat hati akhirnya Bella menyetujui permintaan Risha. “Iya, Bu. Aku bersedia.”
Risha sangat senang, dia langsung memeluk Bella dengan erat. “Terima kasih, Bel. Terima kasih. Bagaimana mungkin orang tuamu bisa membuang anak sebaik dirimu?”
“Tapi kenyataannya, mereka enggak menginginkan aku dan mencampakkan aku seperti sampah.” Keluh Bella.
“Jangan bicara begitu! Bagi kami kau anak yang terbaik. Fardhan pasti sangat beruntung bisa menjadi suamimu.” Puji Risha.
Jantung Bella berdebar tak karuan, dia tak tahu apakah keputusannya ini benar atau salah. Entahlah!
Dia hanya ingin membalas budi kepada kedua orang tua angkatnya ini. Selebihnya, dia serahkan kepada sang maha pencipta.
***

Komentar Buku (375)

  • avatar
    jibanridwan

    ceritanya bagus tapi ceritanya tidak tuntas

    31/07

      0
  • avatar
    MartaKristina

    bikin penasaran

    27/07

      0
  • avatar
    HoiriaSiti

    5000

    25/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru