logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 6 Raline Membongkar Perselingkuhan

"Seorang istri mampu bertahan dengan kekurangan suaminya. Tetapi, seorang istri tidak mampu bertahan, di saat suaminya tidak setia."
Raline hancur. Hatinya patah. Suami yang dianggapnya setia. Suami yang dikenalnya sebagai laki-laki yang sangat mencintai keluarga, ternyata berkencan dengan banyak wanita di dunia maya.
"Apa aku buat akun sosmed juga?" gumam Raline dikamarnya. Ia pun mengambil ponsel pintar miliknya.Raline mulai mengotak-atik, hingga akhirnya, Raline pun mulai membuat akun dengan nama fake.
Setelah aku fake itu dibuat, demi mengetahui sepak terjang sang suami, Raline pun meminta pertemanan pada Martin alias Galih.
"Aku harus tahu, siapa aja teman-temannya dan apa isi akunnya itu?" batin Raline. Hatinya menangis perih.
"Mas Galih mengaku bujangan?Ya Allah .... " lirih Raline.
"Semua teman wanitanya sepertinya terpesona dengan Mas Galih. Ya Allah, kuatkan hatiku, Ya Allah, manis sekali Mas Galih berkata-kata pada semua perempuan di sosial medianya dia. Apa Mas Galih sudah bosan sama aku karena sudah punya anak dan tidak sesegar dulu? Kenapa dia mudah menduakan aku?" Raline pun berurai air mata saat melihat kenyataan jika Galih tidak seperti bayangannya.
"Aku follow akun Mas Galih dulu. Aku juga akan mengubah fotoku dan mengganti dengan nama Bella. Aku mau tahu reaksinya Mas Galih," gumam Raline.
****
Kantor Galih
Galih yang sedang asyik berselancar di dunia maya dengan laptop kesayangannya itu terlihat sumringah saat melihat follower barunya.
"Bella .... "
Galih pun tak menyia-yiakan kesempatan, ia langsung mengirimkan pesan pribadi melalui messenger ke akun Bella.
[Hallo, cantik, boleh kenalan?]
Dengan berurai air mata, Raline pun mulai melakukan permainan cantik. Ia mulai mengetik balasan chat Galih.
[Hai, ganteng, salam kenal]
Raline pun tak lupa menyisipkan emoticon senyum diakhir chatnya.
[Kamu cantik sekali. Beruntung sekali lelaki yang memilikimu]
[Aku belum ada pasangan. Kamu sendiri gimana?]
[Belum juga]
Hati Raline semakin teriris perih saat chat demi chat yang dikirimkan Galih, begitu manis, berbeda sekali saat ia sedang di rumah.
"Andai kamu tahu, Mas, Bella itu adalah istri yang sudah kamu khianati," lirih Raline dalam isak tangisnya.
Banyak chat yang dikirim Galih. Raline pun tak bisa lagi mundur. Ia pun terus memberikan balasan untuk seorang pengkhianat.
Galih begitu sumringah. Ia bahagia bisa berkenalan dengan Bella. Wanita cantik, anggun dan telah menggoda hatinya. Berbeda dengan wanita-wanita yang pernah dikencaninya. Bella sangat spesial dihati Galih. Ia merasakan kenyamanan dan hati yang berdegup kencang saat chat dengan Bella.
"Aku harus pancing terus Mas Galih, sampai semuanya terbukti dan terbongkar," ungkap Raline.
"Sengaja aku pancing dengan kesukaan Mas Galih," gumam Raline.
[Kayaknya kita cocok deh]
[Emangnya kamu suka makan apa?]
[Kalau aku sukanya makan rendang]
"Duh, sama lagi kita," ujar Galih tertawa.
Ia pun terus mengetik kata per kata yang dikirim ke Bella alias Raline.
"Mas Galih emang benar-benar beda. Kalau di rumah selalu capek dan cuek sama aku dan Austin. Bahkan malas untuk negur aku. Tetapi, ketika aku jadi Bella, Mas Galih sangat antusias. Ceritanya panjang dan seru. Ya Allah, kenapa hatiku makin sakit. Rasanya harga diriku diinjak-injak sama Mas Galih. Aku nggak ada artinya lagi. Aku harus kuat. Aku harus bertahan demi membuka perselingkuhan ini. Aku akan membongkar semua rahasia Mas Galih."
****
Rumah sakit
Austin yang masih dirawat di rumah sakit mengharuskan Raline dan Galih bergantian menjaganya. Raline yang baru datang, langsung menemui Galih yang sedang berdiri di depan kamar Austin.
"Mas ...." tegur Raline. Galih pun langsung berbalik arah menghadap Raline.
"Lin ...." jawab Galih panik.
"Mas, kok muka kamu pucat banget? Ada masalah lagi di kantor?" tanya Raline sok polos.
Galih pun panik. Ia terbata menjawab pertanyaan Raline.
"Ng-gak, mungkin semalam aku kurang tidur aja kali," jawab Galih terbata-bata.
Raline menatap wajah suaminya itu dengan sorot mata tajam. Ia tahu, Galih sedang berbohong.
"Mana mungkin aku jujur kalau semangatku langsung turun setelah nggak bisa chat lagi sama Bella. Cewek ini menarik banget, tetapi kenapa dia belum jawab chat aku?" batin Galih.
"Sayang, aku berangkat ke kantor dulu ya," pamit Galih.
Raline pun mencium tangan suaminya dengan takjim. Ia pun tersenyum, "Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam," jawab Galih.
"Aku harus ikutin Mas Galih. Kali ini, aku nggak percaya lagi sama dia," gumam Raline.
Raline pun mengikuti Galih hingga ke kantornya.
Kantor Galih
Galih pun sampai dikantornya.
"Galih," panggil Dion dari arah belakang.
"Nah, ini dia nih yang punya janji. Mana nih mana?" ledek Galih karena ia berhasil menang taruhan.
"Iya, Iya. Kalau gue kan selalu nepatin janji orangnya. Nih kunci mobil sama surat-suratnya ya," ungkap Dion.
"Bisa-bisanya gue kalah dari lu ya?" gerutu Dion.
"Jadi mobil ini punya gue ya sekarang," ujar Galih bahagia menerima mobil keren milik Dion.
"Sebenarnya gue masih belum iklas ngelepas nih mobil, tapi ya sudahlah," ujar Dion lemah.
"Jadi pesona gue belum pudar ya buat ngegaet cewek-cewek kan?Dalam satu hari, gue bisa ngegaet banyak cewek-cewek cantik dan sexy. Gue hebat kan?" Galih bangga dengan sikap playboynya.
"Ayo, kita masuk. Thank you, Bro," kata Galih merangkul pundak Dion dan mereka pun masuk bareng.
"Iya, sama-sama." Dion pun tersenyum.
"Ternyata Mas Galih punya mobil dan dia simpan di kantor. Astagfirullah, bisa-bisanya dia sembunyikan ini semua dari aku? Padahal aku ini istrinya. Mas Galih sudah benar-benar mempermainkan aku dan Mas Dion juga sudah mengecewakan istrinya. Kasihan istrinya Mas Dion. Kami berdua adalah istri yang dibohongi suaminya sendiri .... "
Pagi itu Galih sangat bersemangat datang ke kantor karena ia ingin menceritakan perkenalannya dengan Bella. Wanita cantik dan memikat hatinya yang baru ia kenal di sosial media.
"Dion, gue baru kenalan dengan cewek cantik," sapa Galih saat melihat Dion sedang berjalan memasuki pelataran gedung perkantoran mewah itu.
Dion tertawa melihat sahabatnya itu penuh semangat menceritakan teman chatingnya itu.
"Bukan cuma itu, Dion. Hobi kami berdua itu sama. Apa yang gue suka, dia juga suka. Kayaknya gue jodoh ini," ucap Galih tertawa menepuk pundak Dion.
Dion tertawa terbahak-bahak
"Haduh, Galih, Galih. Semua cewek lu bilang jodoh. Eh, ingat ya, Lih! Kita itu di sosmed cuma cari pacar, nggak lebih."
"Iya, gue ngerti. Tetapi, kali ini, benar-benar beda. Gue kayak ngerasain gimana ya ... tiap gue ngechat sama dia, dia itu kayak soulmate gue," dalih Galih.
Dion tertawa sinis
"Tetapi, sayangnya ...."
"Akun dia nggak aktif nih sampai sekarang," ujar Galih panik.
Suara dering telepon Galih.
"Tuh, telepon lu bunyi tuh," celetuk Dion.
Galih pun mengambil telepon genggam miliknya yang ia taruh di saku celana. Galih tersenyum saat melihat notifikasi chat dari Bella.
"Bella, Bro. Kayaknya dia ngerti apa mau gue," celetuk Galih.
Dion pun membiarkan sahabatnya itu membalas pesan kekasih dunia mayanya.
"Beres!" kata Galih tertawa.
Akhirnya 2 sahabat itu memutuskan masuk ke dalam kantornya.
****
Raline hancur, sakit, saat mendapati kenyataan suami yang dianggapnya setia justru bermain api dan mengkhianatinya dengan banyak wanita di sosial media.
"Hatiku sakit, Mas, serasa ditusuk-tusuk. Kenapa kamu bisa begitu ceria begini seolah-olah kamu nggak mengenal aku. Istri kamu sendiri, " gumam Raline dalam hatinya. Airmata itupun mengalir deras.
Malam hari
Raline masuk ke dalam kamarnya. Terlihat jika Galih sudah tertidur pulas membelakanginya.
"Perih. Hati ini rasanya seperti tersayat-sayat. Aku menjadi istri sekaligus selingkuhan suamiku sendiri. Sebagai istri, aku merasa tidak diperdulikan lagi. Namun, sebagai selingkuhan, aku begitu dipuja. Sungguh, hidupku seperti panggung sandiwara. Miris, pedih."
Raline pun mengambil gawai yang tergeletak di meja samping ranjangnya dan ia memilih tidur di kamar sang putra.
Tiba-tiba
Galih pun langsung bangun setelah Raline keluar dari kamarnya dengan wajah sumringah.
"Asyik, Raline pindah ke kamar Austin. Malas banget aku sama dia. Lebih baik aku chat sama Bella," gumam Galih. Galih pun langsung mengambil gawainya.
Galih pun langsung membuka akun sosial medianya dan mengirimi Bella pesan.
Saat Raline sampai di kamar Austin, gawainya pun berdering dan itu chat dari Galih. Suaminya sendiri. Raline pun langsung membalas chat suaminya itu.
"Ya Allah, bahkan saat tidur pun, Mas Galih memanfaatkan waktunya untuk chat dengan perempuan lain dan dia bilang kalau dia sudah jatuh cinta sama Bella," ucap Raline menangis.
"Mas Galih benar-benar tega. Dia bilang sendiri sudah menikah tetapi dia bilang tidak bahagia. Ya Allah, semakin aku meladeni chatting sama dia, hatiku semakin sakit. Semakin aku tahu kelakuan suamiku, hatiku semakin pedih," gumam Raline terisak.
"Mas Galih ngajakin ketemuan?"
Raline pun membalas pesan itu. Ia pun menyusun sebuah rencana untuk mengakhiri semua penderitaan ini.
"Apa yang harus kulakukan? Apa aku akan kuat, membongkar kelakuan suamiku sendiri?"
Di dekat jendela, menatap ke arah luar yang sedang hujan sangat deras, Raline menangis. Meratapi hatinya yang hancur.
****
Hari yang dinanti
Hari ini, Bella dan Galih janjian untuk bertemu. Di sebuah cafe dengan aksen taman , Galih sudah menunggu di sebuah meja dengan beberapa minuman dan makanan yang sudah disiapkannya untuk menyambut kedatangan Bella. Wanita impiannya,teman dunia maya.
"Nervous banget ya mau ketemu sama Bella. Ah, aku nggak sabar mau ketemu sama Bella. Sepertinya aku benar-benar jatuh cinta sama dia," gumam Galih tertawa.
Bella pun datang. Melangkah perlahan menghampiri Galih, suaminya sendiri. Dengan dandanan yang berbeda jauh seperti Raline. Bella datang dengan pakaian yang ketat, sungguh membuat Galih terpana saat melihatnya.
Tidak lupa, Bella memakai kaca mata hitam untuk menghindari cahaya matahari sekaligus mengoceh sang suami. Galih menatap Bella tanpa berkedip. Ia sungguh terpesona dan yakin jika ia sudah benar-benar jatuh cinta pada pacar dunia mayanya itu.
Kini sepasang suami istri itu sudah berdiri berhadapan. Martin pun terpana pada kecantikan istrinya sendiri.
"Mas Martin," sapa Bella.
"Martin."
"Bella."
Keduanya pun berjabatan tangan. Martin pun langsung mempersilakan Bella duduk.
"Ayo, silakan duduk," ajak Martin. Bella pun langsung duduk, berhadapan dengan Martin alias Galih, suaminya sendiri.
"Terimakasih."
"Bel, kamu ini mirip banget loh sama istri aku," ujar Galih.
"Tetapi, kamu lebih cantik. Kamu glamour. Kamu luar biasa, Bella," puji Galih. Raline alias Bella hanya tersenyum.
Di saat bersamaan, Ibu Galih, datang sambil mendorong stroller Austin. Raline memintanya datang ke tempat ini. Katanya ingin menunjukkan sesuatu.
Dari kejauhan, Ibu Galih pun kaget melihat Galih sedang duduk di sebuah meja, mengobrol akrab dengan seorang wanita cantik.
"Kamu bisa aja, Mas," kata Bella.
"Iya, serius. Bahkan kalau kamu minta aku pisah sama istriku, aku mau loh," ujar Galih dengan yakin. Raline pun tersenyum.
"Asalkan, aku bisa nikah sama kamu ...."
Raline pun mencoba menahan air matanya agar tidak terjatuh. Ia menguatkan hatinya sendiri untuk tetap tegar membongkar perselingkuhan ini.
"Galih ...." panggil sang Ibu.
Galih pun terkejut dan melihat ke arah sang Ibu yang sedang mendorong stroller Austin. Sang Ibu pun mempercepat langkahnya.
"Ibu ...."
Galih pun langsung berdiri dan menghampiri sang Ibu yang terkejut karena anak yang dia banggakan selama ini telah mengkhianati Raline.
"Bu ...."
"Nggak tahu diri kamu ya. Tega kamu mengkhianati istri kamu?!"
"Bella."
"Ibu ...."
Raline memang sengaja sebelum bertemu dengan Galih, ia meminta Ibu mertuanya itu datang ke tempat ia bertemu dengan Galih. Raline ingin membongkar semuanya dihadapan sang mertua.
Selama ini, Ibu mertuanya itu selalu menyalahkannya dan menganggap istri yang tidak bersyukur. Hari ini, sang Ibu dapay melihatnya sendiri, bagaimana kelakuan putra kesayangannya itu.
"Ibu sudah lihat semuanya. Ibu malu punya anak seperti kamu. Sebagai suami, kamu itu harusnya bertanggungjawab. Setia sama janji pernikahan. Sayang dan melindungi anak istri kamu."
"Tetapi, ini apa? Kamu malah menebar cinta di mana-mana.Mengumbar rayuan gombal yang seharusnya tidak dilakukan seorang laki-laki yang sudah mempunyai anak dan istri seperti kamu!" serang sang Ibu. Galih pun tak berkutik. Ia hanya diam, menundukkan wajahnya.
"Bu, ini nggak seperti yang Ibu lihat, Bu. Ini nggak ...."
Galih tidak tahu lagi harus berkata apa, seketika bibirnya kelu.
Raline akhirnya membuka rambut palsunya dan membongkar semuanya.
Galih pun syok, begitupun dengan Ibu mertuanya.
"Raline ...." ucap Ibu Galih itu.
Raline pun berdiri.
"Raline ...."
"Iya," jawab Raline tegas.
"Ini aku, Mas," sahut Raline.
Galih menunduk menahan malu.
"Bahkan kamu sampai nggak bisa mengenali istri kamu sendiri dan bisa-bisanya kamu menjelekkan istri kamu sendiri di depan perempuan lain," ujar Raline ketus.
"A-aku ... "
"Apa? Apa lagi yang mau kamu omongin?" serang Raline.
Raline pun membuka tasnya dan mengambil gawainya itu.
"Nih, aku simpan semua bukti chat kita."
"Dan ini. Ini emas imitasi yang kamu tukar dengan emas simpanan aku," bentak Raline gemas.
"Astaghfirullahaladzhiim, Galih! Kamu tega berbuat itu sama Raline?" hardik sang Ibu.
Galih pun bersimpuh, memohon maaf dari Ibunya itu.
"Bu, tolong maafin aku, Bu," pinta Galih memelas.
Sang Ibu pun menepis tangan putra kebanggaannya itu.
"Maafin aku, Bu ...."
"Raline, Ibu minta maaf ya sama kamu. Selama ini, Ibu nggak bisa melihat dengan hati yang jernih. Ibu selalu membela Galih dan menjelek-jelekkan kamu, Nak. Ibu menyesal," ujar Ibu mertua Raline itu penuh sesal.
Raline pun mengangguk.
"Bu, nggak ada yang perlu dimaafkan. Karena aku tahu, seorang Ibu akan membela anaknya," ujar Raline tersenyum menahan tangisnya lagi.
"Aku cuma pengen Ibu tahu dan melihat sendiri apa kelakuan Mas Galih selama ini," tutur Raline.
"Raline, aku benar-benar minta maaf sama kamu. Aku janji, nggak akan mengulangi hal seperti ini lagi," bujuk Galih.
"Aku janji sama kamu," sambung Galih.
Galih mengambil tangan Raline, tetapi ditepisnya.
"Maaf, Mas, tetapi aku nggak bisa lagi percaya sama kata-kata kamu. Aku mau kita pisah!" ucap Raline tegas.
Galih dan sang Ibu terbelalak
bersambung ....

Komentar Buku (56)

  • avatar
    syauqimuhammad arsyad

    ya allah dapat

    10d

      0
  • avatar
    Malla Pratama

    bagus cerita ny

    10d

      0
  • avatar
    RendraNa

    AKU DMSANGAT SENANG DALAM MEMBACS

    10/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru