logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 5 Akun Fake Yang Terungkap

"Andai Ibu tahu kecurigaanku selama ini sama Mas Galih."
Ibu Galih itu akhirnya duduk disamping Raline.
"Ohya, tadi dokter sempat ke sini. Dia bilang, kondisi si Austin sudah membaik dan melewati masa kritis," ungkap nenek Austin itu tersenyum.
"Alhamdulillah ya, Bu. Kondisi Austin udah mulai stabil," ujar Raline tersenyum bahagia.
"Iya, alhamdulillah."
"Bu, Raline ijin pulang dulu ya lihat rumah. Ibu ada yang mau dititip nggak?" tanya Raline.
"Ibu nggak perlu apa-apa. Ya udah, kamu pulang aja. Siapa tahu Galih ada perlu apa-apa," kata ibu mertuanya itu yang mulai mereda amarahnya.
"Kalau gitu, Raline permisi ya, Bu." Raline pun mencium dengan takjim tangan ibu mertuanya.
Sebelum membuka pintu, Raline melirik ke arah ibu mertuanya yang sudah kembali duduk dikursi samping ranjang, menemani Austin yang sedang tertidur.
"Maafin aku, Bu. Aku nggak pulang ke rumah. Kali ini, aku harus membuktikan kecurigaan dan kekhawatiranku selama ini."
Raline pun melangkah dengan yakin, meninggalkan kamar perawatan Austin.
****
Kantor Galih
Raline berjalan dengan penuh percaya diri memasuki pelataran gedung kantor suaminya bekerja. Terlihat di loby ada Dion, sahabat baik Galih.
"Mas Dion .... " panggil Raline. Dion pun kaget dengan kedatangan Raline yang tiba-tiba ke kantornya.
"Raline ... kamu ngapain ke sini. Kamu cari Galih?"
"Nggak, Mas. Aku datang ke sini sengaja buat cari kamu. Tapi tolong ya, Mas, jangan kasih tahu Mas Galih kalau aku datang ke sini.
"Waduh, jangan-jangan Raline mulai curiga nih sama kelakuan Galih. Aku harus hati-hati nih. Nggak boleh terpancing." batin Dion.
"Mas, kamu kan sahabat Mas Galih. Apa selama ini dia pernah cerita atau kamu tahu dia punya teman wanita yang spesial?" selidik Raline pada teman baik suaminya itu.
"Setahu aku ya, Galih itu nggak gitu orangnya. Dan dia, kalau ada apa-apa, pasti cerita sama aku. Emangnya ada apa sih? Kamu curiga sama dia? Kalau Galih itu main gila di luar sana?" tanya Dion sok polos.
"Ya udah. Mungkin ini hanya perasaanku sebagai seorang istri. Karena akhir-akhir ini Mas Galih berubah banget. Aku merasa kayak ada sesuatu yang aneh," ungkap Raline.
"Nggak ah. Pokoknya kamu harus percaya deh sama aku kalau Galih itu pekerja keras. Dia juga sayang banget kok sama keluarga. Harusnya kamu juga introspeksi dirilah, kalau kekurangan kamu kayak gimana. Eh, ya udah deh, aku masuk dulu ya. Ada meeting soalnya. Maaf Raline ya," ujar Dion pamit. Ia takut, jika berlama bicara dengan Raline, akan membongkar keburukan Galih.
Beberapa jam kemudian
"Lih, Galih!" panggil Dion saat Galih hendak ke luar kantor.
"Lih, istri lu nemuin gue tadi," ujar Dion.
"Istri gue nemuin lu?" tanya Galih tak percaya.
"Hebat juga si Raline nemuin lu ya," kata Galih tak percaya.
"Iya, Lih. Lu sih jadi orang nggak hati-hati," ujar Dion. Ia berpesan agar Galih lebih bermain rapih.
"Iya, lu tenang aja. Ya, Raline nggak mungkin bisa macam-macam, karena gue udah berhasil handle dia," ungkap Galih percaya diri.
"Eh, Lih, biar gimanapun, lu harus hati-hati. Jangan sampai ketahuan sama istri lu." Sekali lagi, Dion mengingatkan sahabatnya itu.
"Udah, lu santai aja, Bro. Yang penting sekarang, lu harus ngaku. Lu kalah taruhan dari gue. Iya kan? Mobil lu bakal jadi milik gue. Eh, karena gue udah berhasil ngedate sama sepuluh orang cewek lebih." Galih bangga, ia tak tahu ada hati yang dia sakiti.
"Iya, iya, gue ngaku kalau gue kalah. Ini semua keberuntungan lu. Ohya, gimana kalau nanti istri lu tanya tentang mobil ini?tanya Dion lagi.
"Udah, lu nggak usah khawatir. Ini mobil akan gue parkir di kantor. Jadi nggak akan ketahuan." Galih yang menjadi suami setia, kini menjadi lelaki buaya tanpa perasaan.
"Ya udah, nanti surat sama kuncinya gue kasih ke elu ya," kata Dion tertawa.
"Ya udah deh, gue kantin dulu ya. Mau makan gue," pamit Dion.
Galih kini mendekat ke arah mobil Dion yang terparkir di parkiran.
Rumah Raline dan Galih
Galih sedang asyik dengan laptopnya. Ia duduk di meja makan sambil sesekali minum kopi. Raline pun keluar dari kamarnya.
Galih tetap sibuk, sambil sesekali tersenyum melihat chatting di akun sosial medianya. Tiba-tiba, ponselnya berdering.
Sebuah chat di aplikasi berwarna hijau itu datang dari seorang wanita sexy yang selama ini menjadi incarannya, Gladys.
Galih pun beranjak dari meja makan dan keluar untuk membalas chat Gladys agar tak ketahuan Raline.
Raline pun mendekati laptop yang masih terbuka di meja makan.
"Hah, Mas Galih punya sosmed?"
"Tapi pakai nama Martin?"
Raline pun mulai mengotak-atik akun sosial media Raline itu. Dan betapa syok, saat Raline mengetahui jika teman chat suaminya selama ini perempuan semua. Wanita- wanita cantik dan sexy.
"Astagfirullah. Obrolan mereka juga mesra.
"Aku sama sekali nggak nyangka. Kalau Mas Galih jadi playboy dimedsos kayak begini. Seandainya nggak ada bukti kayak begini, mana mungkin aku percaya. Sehari-hari Mas Galih dalam bayangan aku adalah seorang suami yang sangat setia. Yang hanya memikirkan anak dan istrinya."
Bersyukur, Raline sudah menaruh laptop itu seperti semula saat Galih kembali hingga dia tidak curiga.
"Lin, aku duluan ke rumah sakit ya. Nanti kamu nyusul aja," kata Galih yang membereskan laptopnya ke dalam tas.
"Tahan Raline. Tahan. Kamu nggak boleh menangis di depan Mas Galih. Kamu harus kuat," batin Raline.
"Kamu kenapa nangis?" tanya Galih.
"Nggak. Ini, aku barusan kelilipan. Aku cuci muka dulu ya, Mas."
Raline pun masuk ke dalam kamar mandi dan ia tumpahkan semua air mata yang sejak tadi ditahannya.
"Apa yang harus aku lakukan? Perempuan mana yang nggak hancur hatinya, jika tahu suaminya bermain hati dengan wanita lain. Bukan hanya dengan satu wanita. Apa nggak cukup semua cinta dan pengorbananku untuk keluarga kecilku ini?"
Galih pun mengetuk pintu kamar mandi, karena sudah cukup lama Raline di dalam kamar mandi.
"Raline, masih lama?" panggil Galih dari luar kamar mandi.
"Iya, Mas," jawabnya menahan tangis. Ia tak mau jika Galih tahu ia menangis.
"Aku berangkat ke rumah sakit ya. Kamu nggak usah ke sana. Kamu istirahat aja. Biar aku aja yang jaga Austin," ujar Galih.
"Iya."
Galih pun dengan suka cita pergi ke rumah sakit. Di sanalah, ia bebas berselancar dengan akun fakenya.
bersambung ....

Komentar Buku (56)

  • avatar
    syauqimuhammad arsyad

    ya allah dapat

    10d

      0
  • avatar
    Malla Pratama

    bagus cerita ny

    11d

      0
  • avatar
    RendraNa

    AKU DMSANGAT SENANG DALAM MEMBACS

    10/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru