logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Dua Wanita Jahat

"Wisnu, kamu pulang cepat ya hari ini." pesan Bu Ratna pada putranya.
Wisnu segera mengangguk patuh, tanpa menanyakan apapun. Winda merasa jengah, tahu suaminya sangat bodoh. Tidak pernah terpikirkan sama sekali olehnya, seorang pengusaha seperti Wisnu yang dari luar terlihat gagah dan berwibawa tunduk membabi buta pada ibunya. Bahkan lebih tepat di sebut anak yang menempel pada ketiak ibunya.
"Salim dulu, Sayang." ucap Wisnu sambil mengulurkan tangannya ke arah Winda. Winda degera bergerak cepat, berubah menjadi istri yang profesional.
"Hati-hati di jalan ya, Mas. Kabari aku kalau sudah sampai." Winda berkata dengan lembut sambil membenarkan kerah baju Wisnu lalu mengecup pipi suaminya di hadapan Bu Ratna yang tersenyum melihat kemesraan anak dan menantunya.
"Oh ya, Bu. Hari ini Winda ada izin foto shoot jam sepuluh. Winda mau ke atas sekarang ya, mau mandi terus siap-siap." izin Winda pada Bu Ratna.
"Wah! Gimana kerjaan kamu? Ibu jadi penasaran, deh." Bu Ratna berkata samar agar menantunya mau membawanya.
Winda seketika panik mendengar ucapan Bu Ratna. Wanita itu akhirnya membuat alasan "Gak bisa bawa sembarang orang ke tempat foto, Bu. Nanti Winda izin dulu sama bos. Kalau boleh, Winda ajak Ibu, Ya. Agensi Winda ketat soalnya." tolak Winda sambil memasang wajah sedih.
"Hm ... ya sudah. Tapi janji ya, nanti kamu bawa ibu. Nanti ibu kenalin kamu ke teman-teman ibu. Oke?"
"Oke." jawab Winda dengan semangat. Akhirnya wanita itu bisa mengelabui ibu mertuanya.
"Hhh ... aman." Winda masuk ke dalam kamar sambil mengelus dada. Winda memang bekerja hari ini, tapi bukan untuk fotoshoot melainkan untuk pekerjaan lain. Agensi Winda adalah agensi yang melakukan prostitusi berkedok modelling. Winda bekerja di sana.
Sebuah pesan masuk di ponsel Winda. Berisi nama dan alamat hotel serta nomor kamar. Winda segera menghapusnya lalu bersiap mandi.
****
Di kantor, Wisnu merasakan puluhan pasang mata anak buahnya menatapnya. Laki-laki itu mengira, desas desus pernikahannya sudah tersebar di mana-mana.
Di dalam ruangannya, Wisnu merasa sakit kepala. Dia sering tidak mengerti dengan laporan dan kadang meminta bantuan Aisyah untuk mengecekkan kembali. Sekarang, dirinya merasa sumpek di bebani banyak pekerjaan sendirian tanpa ada yang membantu.
Pukul dua belas siang, perut Wisnu keroncongan. Tak ada bekal yang di sediakan Winda seperti Aisyah yang membuatkan bekal makan siang yang enak setiap hari. Perlahan, Wisnu terbangun dari mimpinya yang dibuai oleh ibunya sendiri. Namun, laki-laki itu masih takut pada ibunya, sehingga dia hanya berani mengirimkan pesan pada Aisyah.
[Bisakah kita kembali lagi, namun jangan sampai ketahuan oleh ibu?]
Wisnu segera mengirimkan pesan pada Aisyah tanpa pikir panjang. Semudah dia mentalak istrinya sebanyak tiga kali. Semudah dia meminta kembali.
Lama Wisnu menunggu. Pesan hanya terbaca tanpa ada balasan satu buah huruf sama sekali.
[Aku masih mencintaimu, Aisyah.]
Wisnu mengirimkan pesan lagi. Semudah itu laki-laki berkata cinta semudah dia menyakiti dan menikam hati Aisyah.
Taknada jawaban dari Aisyah. Bahkan pesannya sama seperti tadi, hanya di baca. Wisnu berteriak frustasi. "SIAL*AN!"
Laki-laki itu tak henti-henti menyumpah nyerapahi Aisyah seolag semua adalah kesalahan wanita itu. Seolah Wisnu lah yang paling tersakiti di sini. Padahal semua terjadi karena kelalaiannya. Tidak ada pemimpin yang lemah hati seperti dirinya. Wisnu berubah menjadi monster seperti Ibunya. Menyalahkan orang lain tanpa mau mengoreksi kesalahan sendiri.
****
Sore itu, Bu Ratna mengajak Winda saja pergi ke rumah Aisyah atau lebih tepatnya rumah yang pernah di tempati Aisyah dan Wisnu selama pernikahan mereka. Wisnu beralasan meeting sampai larut pada ibunya. Padahal, dia hanya mencoba menghindari pertemuan langsung dengan Aisyah.
Ternyata di sana ada Pak Soleh dan Bu Aminah, kedua orang tua Aisyah. Namun Bu Ratna tanpa tahu malu dan sopan santun, segera memberi ultimatum pada Aisyah di hadapan kedua mantan besannya.
"Secepatnya kamu pergi. Ini rumah anak saya!" ucap Bu Ratna.
"Oh, jadi karena perempuan ini, anakmu menceraikan anak saya?" Bu Aminah maju sambil menatap jijik Winda dengan penampilan seksinya.
"Heh, anak saya menceraikan anak kamu karena dia mandul! Memangnya apa yang bisa di harapkan anak saya pada anakmu yang pengangguran, bisanya jadi beban. Mandul lagi," ucap Bu Ratna pongah sambil berkacak pinggang.
"Anak saya tidak mandul! Ini baru setahun pernikahan mereka. Aisyah sudah periksa ke dokter dan semuanya normal. Paling-paling anak anda yang mandul!" sergah Bu Aminah kesal.
"Ya ampun, satu keluarga sama aja ternyata. Ngeyelan. Mana penampilannya udik," Winda yang merasa terhina oleh ucapan Ibunya Aisyah, ikut mencibir.
Bu Aminah maju, beliau merasa gemas dan tak tahan lagi untuk mencabik-cabil mulut perempuan yang sudah menyakiti hati putrinya. Beruntung, Pak Soleh maju menahan istrinya.
"Janganlah marah, maka bagimu surga," bisik Pak Soleh di telinga istrinya.
Aisyah hanya terduduk lemas di ruang tamu melihat pertangkaran Ibunya dan mantan ibu mertuanya. Dirinya tidak menyangka kedatangan ayah dan ibunya kemari untuk menjemput Aisyah pulang dan menyampaikan kabar buruk malah di perburuk oleh Bu Ratna.
"Ngapain kamu duduk di situ Aisyah, mau nonton kami bertengkar gara-gara kamu he? Dasar perempuan bod*h!" Bu Ratna memaki membabi buta. Perempuan tua tak tahu malu itu seperti kehilangan akal sehatnya.
"Ini rumah anak saya, anda lancang sekali datang kemari." ucap Pak Soleh yang merasa kesal anaknya dicaci maki. Bahkan dirinya sendiri tidak pernah mengatai Aisyab begitu. Ternyata anaknya malah diperlakukan buruk oleh orang lain.
"Rumah anak kamu? Ini rumah Wisnu, anak saya. Kalianlah yang tak tahu malu ini seharusnya keluar dari sini." hardik Bu Ratna pada Pak Soleh.
"Tidak, ini rumah anak saya. Tujuh puluh persen uang untuk membeli rumah ini adalah uang anak saya. Semua isi perabotan ini, pemberian saya dan istri untuk anak saya." tampik Pak Soleh tegas.
"Tapi sertifikat rumah ini atas nama Wisnu. Juga, selama ini Wisnu yang bekerja untuk memberi makan anakmu agar tidak kelaparan. Jadi, Wisnu pantas mendapatkan semuanya. Anggap saja balas budi untuk anak saya yang sudah mau menanggung beban putri anda." tekan Bu Ratna.
Pak Soleh dan Bu Aminah menggelengkan kepala. Mereka tak menyangka memiliki mantan besan seperti ini. Seburuk inikah nasib Aisyah selama menikah?
Bu Aminah segera memeluk putrinya yang tertunduk, tertekan melihat pertengkaran mereka.
"Nak ... kamu ikut ibu dan ayah pulang, ya. Nanti kita bicarakan lagi di rumah. Tenangkan diri kamu." Bu Aminah mencoba menguatkan putrinya. Aisyah hanya mengangguk.
"Yah, kita pergi sekarang. Biar soal rumah ini, kita urus lagi nanti." Bu Aminah membawa tasnya dan memapah Aisyah keluar.
Pak Soleh beranjak, meninggalkan Bu Ratna dan Winda yang menatap penuh kemenangan. "Urusan ini belum selesai. Saya akan membawanya ke pengadilan!" seru Pak Soleh setelah istri dan putrinya sudah keluar.
"Silahkan saja," ucap Bu Ratna sambil mencibir.

Komentar Buku (43)

  • avatar
    Luluk Ainun Ni'mah

    bagus ceritanya....sebagai pengingat...banyak kemunafikan di sekeliling kita...hati hati

    27/01/2022

      0
  • avatar
    Purenputri

    bagusss polll seruu

    13/05

      0
  • avatar
    Wasri Sutinah

    Saya bahagia menemukan aplikasi ini

    12/07/2023

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru