logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Pernikahan dan Masa Lalu Yang Muncul

Ketika Wisnu pulang ke rumah Ibunya, Bu Ratna melihat putranya yang membawa koper besar segera menghampirindan bertanya. "Bagaimana tadi? Apa Aisyah melarangmu lagi?"
"Wisnu sudah menceraikannya, Bu." ucap Wisnu pada ibunya tanpa sedikitpun penyesalan terpancar di wajahnya. Semua ini karena bayang-bayang Winda yang cantik yang sudah ada di depan matanya.
Bu Ratna memekik senang. Wanita tua itu seperti sosok tubuh yang sama sekali tak punya hati. "Akhirnya, kamu bisa lepas dari perempuan mandul itu. Lalu bagaimana rumah yang kalian tempati. Kamu bakal usir Aisyah dari sana, kan?" tanya Bu Ratna. Dia merasa kalau rumah itu adalah milik anaknya yang berarti juga miliknya.
"Rumah itu di beli pakai uang Wisnu dan Aisyah. Mungkin akan jadi harta gono-gini,"terang Wisnu.
"Gak bisa! Kamu itu kepala keluarga. Harusnya rumah itu jadi milik kamu!" Bu Ratna naik pitam.
Seorang wanita tua gemuk datang menghampiri Bu Ratna lalu berbisik di telinganya. Dia adalah asisten rumah tangga Bu Ratna yang memberitahu kalau semua masakan sudah siap. Perias pengantin juga sudah sampai. Akad nikah Wisnu dan Winda akan dilangsungkan beberapa jam lagi.
Emosi Bu Ratna perlahan mereda seiring banyaknya kegiatan yang harus diurusnya. Wanita tua itu meninggalkan Wisnu dan pergi kebelakang.
Sepeninggal Ibunya, Wisnu menghela nafas panjang. Dia benar-benar bingung soal rumah yang ditempati Aisyah karena memang tujuh puluh persen adalah uang Aisyah untuk membelinya. Bahkan seisi perabotan juga pemberian ayah dan ibu Aisyah.
"Mas ... kamu sudah datang?" suara lembut menyadarkan lamunan Wisnu. Ketika kepala laki-laki itu mendongak, dilihatnya Winda yang masih memakai kaos pendek dan celana pendek. Tubuh mulus tanpa cela itu kembali membuang segala ingatannya akan wanita solehah yang baru saja disakitinya. Winda mendekati Wisnu, lalu memeluknya dari samping. Wisnu yang seumur hidup tak pernah dipegang perempuan yang bukan mahram bergidik. Merasa risih dengan perlakuan Winda meski sisi liarnya menikmatinya.
****
"Bagaimana para saksi, Sah?"
"Sah!!!"
Bu Ratna tersenyum bahagia. Winda tersenyum manis. Wisnu tersenyum sumringah. Kebahagiaan seolah menyelimuti keluarga itu saat ini. Ketika Wisnu mengulurkan tangan untuk dicium oleh Winda, langit tiba-tiba menurunkan hujan sederas-derasnya. Padahal tadi siang, cuaca sedang panas-panasnya dan tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Mungkinkah saat ini ada wanita surga yang sedang menangis di bumi?
Listrik segera padam. Tamu yang datang segera panik. Winda segera memegang erat lengan Wisnu. "Mas ... aku takut," ucapnya manja.
"Tenang saja. Mas di sini," ucap Wisnu mencoba menenangkan istrinya. Padahal, laki-laki itu juga merasakan debar aneh dalam dadanya. Tiba-tiba nama Aisyah seperti palu yang terus menerus memukul dan menjadi detak jantungnya. Wisnu gemetaran.
Untunglah beberapa saat kemudian lampu menyala. Para tamu yang hadir menghela nafas lega. Namun cahaya terang lampu juga menyorot sukses wajah Wisnu yang berkeringat dingin dan wajah pucat pasi bak mayat hidup.
"Mas, kamu kenapa?" tanya Winda setelah melihat suaminya pucat pasi.
Pandangan Wisnu tiba-tiba suram. Kemudian wajah cantik Winda dengan rambut pirang yang disanggul itu berubah menjadi wajah bersih dan kerudung lebar khas Aisyah.
"Ai ..." ucap Wisnu seketika.
"Wisnu!" Bu Ratna menyentak putranya agar tersadar dari lamunannya. Wisnu tergagap. Beruntung tak banyak orang yang memperhatikan mereka. Para tamu undangan sedang sibuk menikmati hidangan yang di sediakan. Winda memasang wajah murung. Wanita itu tahu, Ai yang di maksud dalam ucapan Wisnu adalah Aisyah. Seharusnya Winda tidak perlu merasa cemburu karena dialah yang merebut suami orang lain, bukan direbut suami oleh orang lain.
Setelah acara selesai, Winda mendekati ibu mertuanya, Bu Ratna. Dia memasang wajah yang penuh kesedihan. "Bu, jangan-jangan Mas Wisnu gak bisa nerima aku jadi istrinya. Habisnya ... tadi dia liat aku sambil manggil-manggil nama Aisyah."
Bu Ratna memandang menantunya penuh kasih. Menantu yang di dapatnya dari jalanan. Tidak jelas asal usulnya. Seorang model ternama sudah cukup baginya untuk kriteria istri anaknya. "Tenang aja. Wisnu sudah menceraikan Aisyah. Kamu jadi satu-satunya istri Wisnu dan menantu di rumah ini," terang Bu Ratna.
Wajah Winda berubah cerah. Tatapannya menatap ibu mertuanya dengan hangat. Ketika perempuan itu memalingkan wajahnya, raut wajah dan sorot matanya berubah.
"Bu, maaf Haikal baru sampai." seorang laki-laki tampan dengan penampilan parlente dan jam tangan yang diketahui Winda seharga ratusan juta itu datang dan menyalami Bu Ratna dengan santun.
"Gak usah datang, juga gak papa. Lagian, siapa yang mengundang kamu ke sini?" ucap Bu Ratna ketus.
Laki-laki yang bernama Haikal itu tersenyum manis. Wajahnya yang khas indo membuat Winda menatapnya tak berkedip. Haikal bahkan lebih tampan sepuluh kali lipat di banding Wisnu.
"Saya mendengar kabar kalau Mas Wisnu menikah. Jadi saya kemari. Oh ya, bagaimana kabar Aisyah?" tanya Haikal lagi.
"Kalau kamu datang ke sini untuk membahas wanita mandul itu, sebaiknya kamu pulang. Tingkahmu dan ibumu sama saja. Suka menghancurkan kebahagiaan orang lain!" bentak Bu Ratna.
Sebelum Bu Ratna mengeluarkan sumpah serapahnya, Wisnu muncul dan menyapa Haikal. Haikal akhirnya pamit undur diri pada Bu Ratna yang bahkan enggan menoleh sedikitpun. Wisnu akhirnya mengajak Haikal ke depan agar tak terjadi peselisihan lebih lanjut antara saudaranya dan ibunya.
"Siapa dia, Bu?" tanya Winda yang mulai penasaran.
"Anak tiri saya," jawab Bu Ratna dengan masih mempertahankan mimik wajah kesalnya.
Winda mengangguk dan ber Oh ria. Wanita itu berpikir kalau mendiang ayahnya Mas Wisnu ternyata punya dua istri. Namun satu hal yang tidak Winda tahu. Dirinya dan Bu Ratna sama-sama licik. Sama-sama merebut suami orang. Di masa lalunya, Bu Ratna merasa iri dengan temannya yang sudah sepuluh tahun menikah tapi tidak memiliki anak. Hingga dengan liciknya dia membuat perangkap seolah dirinya adalah korban. Sehingga mau tak mau Mendiang ayahnya Wisnu harus bertanggung jawab. Beruntung, istri pertama adalah wanita berhati besar sehingga dia mau memaafkan kekhilafan suaminya dan menerima Bu Ratna.
Bu Ratna merasa di atas angin ketika kala itu dia bisa melahirkan anak. Rasanya dia adalah pemenang dan harta keluarga Wijaya akan jadi miliknya. Namun takdir berkata lain. Istri pertama Wijaya yang merupakan sahabat dekatnya dulu, Evelyn malah hamil di usia pernikahannya yang sudah lima belas tahun. Saat itu, Wisnu berusia lima tahun dan pernikahan Bu Ratna dengan Wijaya menginjak tahun ke enam.
Bu Ratna merasa seluruh kebahagiaan dan janji-janji masa depan penuh kekayaannya terbagi. Apalagi setelah tahu sang istri hamil, Wijaya seolah melupakan Bu Ratna meski tak pernah absen memberikan nafkah uang. Wanita tua itu memelihara dendamnya yang besar pada Haikal dan ibunya sampai sekarang.

Komentar Buku (43)

  • avatar
    Luluk Ainun Ni'mah

    bagus ceritanya....sebagai pengingat...banyak kemunafikan di sekeliling kita...hati hati

    27/01/2022

      0
  • avatar
    Purenputri

    bagusss polll seruu

    13/05

      0
  • avatar
    Wasri Sutinah

    Saya bahagia menemukan aplikasi ini

    12/07/2023

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru