logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 7 Kolam Ikan

Tepat pukul 8 malam. Nani dan Icha sudah bersiap untuk menghadiri acara yang di adakan tuan Lee. Yaitu acara perkenalan sekalian bersilahturahmi dengan warga setempat.
Icha datang dengan memakai baju yang tadi siang dibeli dari Bu Anna. Sementara Nani hanya memakai kaos dan celana jeans saja.
Memasuki gerbang rumah Tuan Lee. Icha dan Nani tampak kagum dengan pemandangan yang sangat menakjubkan. Berbagai hiasan bunga indah tersusun di taman dengan lampu-lampu kecil yang beraneka warna.
Warga setempat satu persatu mulai berdatangan.
Tapi dimana tuan Lee."
"Nan, Tuan Lee, kok belum terlihat, dimana dia?"
"Ah, kamu tuh Cha, gak sabaran banget, sih! lagian kalau Tuan Lee sudah datang kamu mau ngapain?"
Baru saja ia membicarakannya. Akhirnya muncul juga orangnya. Tuan Lee begitu tampan memakai stelan jas hitam dengan gaya rambut sedikit cepak.
"Cha, tuhh Pria idaman kamu sudah datang," ucap Nani. Menoleh ke arahku sambil berkedip.
"Aduh Nan, tampan sekali dia," puji Icha kagum.
Kedatangan Tuan Lee disambut hangat oleh para tamu undangan. Mereka menyalami Tuan Lee dengan ramah.
Di acara Tuan Lee. Bukan orang tua saja yang datang tapi mereka juga membawa anak gadis mereka untuk dikenalkan pada Tuan Lee berharap Tuan Lee tertarik pada putri mereka.
"Deuhhh, lihat Nan, si Supit. Dia ternyata datang juga, banyak juga saingan kita Nan!" ketus ku kesal.
"Iya Cha, mereka gak mau kalah, pasti mereka naksir tuan Lee," celoteh Nani.
Selang beberapa saat, acara perkenalan pun dimulai. Tuan Lee memperkenalkan diri dan tak lupa memohon pada warga agar ia diterima di lingkungan setempat.
Setelah beberapa kata di utarakan. Tuan Lee kemudian mempersilahkan para tamu untuk mencicipi berbagai hidangan yang sudah tersedia.
Satu persatu para warga menyalami Tuan Lee dengan ramah dibalas dengan senyuman Tuan Lee yang manis.
Giliran ku menyalami tuan Lee.
Tapi kemana Nani?
Duh, temanku ini, kalau sudah lihat makanan pasti lupa daratan.
Icha memgurungkan niatnya untuk menyalami tuan Lee. Icha berusaha mencari Nani terlebih dahulu.
"Ih, kemana sih, Nani," gumannya
Ditengah para tetamu yang asyik menyantap makanan, Icha malah disibukkan mencari sahabatnya. Kesal rasanya kalau Nani menghilang tanpa memberitahunya
Matanya berkelana mencari keberadaan Nani di tempat meja hidangan. Icha yakin Nani pasti sedang menikmati makanan yang memang sangat menggiurkan lidah.
Tapi pandangannya tertuju pada sebuah kolam yang indah dengan hiasan lampu taman.
Rasa penasaran mulai menariknya untuk melihat kolam ikan yang sangat unik menurutnya
Kolam itu terletak di sudut rumah tuan Lee dan cukup gelap.
Icha melangkah perlahan dengan hati-hati.
"Waw. Bagus sekali kolam ini," ucapnya kagum, melihat kolam air mancur yang dipenuhi beraneka ikan hias yang lucu.
"Cha! Ngapain kamu disitu?" teriak Nani yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya
"Nani! Bikin kaget aja, sih! Darimana sih, kamu? Aku nyari kamu dari tadi, coba lihat Nan, kolam ini sangat indah."
"Ayo, Cha, kita makan dulu, saya lapar nih,"
"Udah sana duluan Nan, saya mau disini dulu, enak sepi, sana, kamu ambil cemillan, saya tunggu disini, ya?"
"Ya udah, kamu jangan kemana-mana ya, saya mau ambil dulu makanan."
Nani kemudian pergi. Sementara Icha makin terpesona dengan keindahan kolam ikan yang menyejukkan mata. Tangannya mulai meraba-raba sebuah patung yang menyerupai seorang wanita bertubuh molek dengan membawa tangkai bunga ditangannya.
"Aduh, cantik sekali patung wanita in," gumannya sambil meraba wajah patung yang mempesona.
Tiba-tiba suara langkah kaki samar terdengar di telinganya. Icha yakin itu pasti suara langkah kaki Nani.
"Nan, coba lihat patung ini, cantik sekali," ucap ku sambil terus memandangi dan menikmati keindahan patung yang indah.
"Nan, kamu kok diam aja," tanyaku. tanpa menoleh ke belakang, aku merasa Nani dari tadi tak bersuara.
Karena penasaran. Akupun menoleh ke arah kaki yang melangkah mendekatiku.
Dan.
Ternyata Lee yang ada di belakangku.
Saking kaget dan gugup. Aku terpeleset dan.
"Byurrr!
Aku terjatuh ke kolam ikan.
Bukannya menolongku. Lee malah tertawa melihat keadaanku yang basah kuyup.
Lalu Lee menarik tanganku dari kolam. Yang bikin aku kesal. Tuan Lee terus saja menertawakan ku.
"Lihat bajumu jadi basah," tegur Lee.
Antara malu dan kesal aku menangis karena Lee seolah mengejekku.
"Eh, kenapa kamu nangis?"
"Kenapa kamu tertawa? Memang ada yang lucu?" protes ku kesal.
"Iya, kamu memang lucu," ejeknya.
Karena kesal aku pun melangkah melewati tuan Lee untuk meninggalkannya. Tapi langkahku terhenti saat Lee menyentuh tanganku.
"Tunggu! Kok, kamu jadi marah?" tanyanya sambil menoleh ke wajahku. Tentu saja aku dibuat tak berdaya dengan tatapan matanya yang menusuk jantungku.
Aku pun pasrah ketika tangan nya begitu hangat seakan ada aliran yang kuat meresap ke dalam kalbu ku.
"Ayo, ikut denganku ...." bisiknya, bicara di telingaku.
"kemana," tanyaku.
Aku begitu pasrah ketika tangan Lee terus menuntunku membawa masuk ke halaman belakang rumahnya. Tepat di depan ku ada sebuah pintu yang cukup besar. Aku terus dibawa masuk hingga berujung ke sebuah kamar.
"Ayo, masuk sana, di dalam ada kamar mandi, bersihkan badanmu, saya tunggu disini," pinta Lee padaku.
"Apa? Ta-ta ... tapi .... " tanyaku gelagapan.
"Cepat, sebelum orang tuamu melihat keadaan mu yang basah kuyup," tegur Lee sambil mendorong ku masuk ke kamarnya.
"Klik"
Tuan Lee menutup pintu kamar.
"Ayo, buruan! Saya tunggu di luar, ya!" teriak tuan Lee dari luar kamar.
Terjadi lagi padaku. Ini yang ketiga kalinya aku bertindak bodoh di depannya. Mengapa aku selalu saja sial jika Lee ada di dekatku.
Aku masih tegang di dalam kamar. Pikiranku seakan buntu tak tahu harus berbuat apa, sementara Lee menungguku di luar.
Tuan Lee! Buka pintunya! Kenapa aku dibawa ke kamar ini?" teriakku. Ku gedor-gedor pintu kamar yang di kunci tuan Lee dari luar.
"Aku menyuruhmu untuk membersihkan badanmu yang kotor, ayolah, di lemari, pojokan, ada baju istriku. Sana kamu ambil baju buat ganti, sebelum para tamu melihatmu," Lee menjawab balik dari luar kamar.
"Hah, jadi Tuan Lee, udah punya istri?" tegur ku.
"Iya. Memangnya kenapa?"
Aku terdiam sesaat. Hancur hatiku mendengar perkataan Lee, Pria Korea itu ternyata sudah beristri. Pupus sudah harapanku. Sial benar nasibku. Pria yang selama ini ku taksir ternyata sudah beristri. Aku melangkah lunglai, sambil melihat sekeliling ruang kamar yang indah. Tampak lukisan Lee bersama seorang wanita yang berwajah Korea pula.
Bathin ku seakan tercabik melihat lukisan Lee bersama Wanita cantik berkulit putih.
Bibirku membisu mengamati wajah Wanita yang tengah di peluk Lee.
"Ih. Kenapa gak nikah sama saya saja," rutuk ku kesal.

Komentar Buku (105)

  • avatar
    Shusan Cino

    ceritanya sangat menarik, dan buat saya jadi penasaran deng kelajutannya

    24/01/2022

      0
  • avatar
    PutriNita

    awalnya saya mencoba membacanya dgn rasa ingin tau..lebih dalam...ternyata asyik dn seru juga...

    11/01/2022

      0
  • avatar
    AlfarisiSubhan

    cerita yang sangat seru,😯 dan asik

    1d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru