logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 6 Tentang Perasaan Malika

Menyadari Erga yang termenung, Vera segera narik tangan Erga untuk masuk ke dalam rumahnya. "Woi, malah bengong. Ayo masuk dulu, Malika mau ngomong sama elo," ajak Vera.
"Eh, bentar ... ehmm, elo berdua lagi nggak bercanda 'kan?" Erga tampak ragu dan tidak percaya begitu saja apa yang sudah Vera dan Shereen katakan.
"Bercanda apaan si Ga?" celetuk Shereen.
"Iya, siapa tahu kalian lagi ng-prank gue. Emang sekarang gue ulang tahun apa?" ketus Erga membuang wajahnya.
"Dihh, kerajinan gue dan Vera ngerjain elo. Jelasin dah, Ver dia 'kan sepupu elo," nyinyir Shereen yang mulai naik pitam.
Vera tidak mau banyak bicara, ia segera menarik tangan sepupunya itu. Memaksa Erga untuk masuk ke dalam rumahnya. "Terserah elo, ya mau bilang ini bercanda atau ng-prank. Mending kita masuk dulu deh biar jelas. Gue malas ngomong 2 kali."
Erga pun akhirnya mengalah. Ia mengikuti langkah Vera dari belakang, sementara tangan kanannya masih ditarik oleh Vera.
"Dah duduk sini!" perintah Vera pada Erga.
Erga pun pasrah menuruti perintah sepupunya itu. Kini Vera beralih kepada Malika.
“Tuh gue udah bantu bilang semuanya ke Erga, sekarang giliran elo jujur ungkapkan semuanya, Ka," ucap Vera.
“Eh ... tapi gue ...," sahut Malika gugup dan menundukkan kepalanya.
“Nggak apa-apa, Ka. Ngomong aja, kita bantu kok,” tambah Shereen meyakinkan.
“Ka, apa benar yang dibilang Vera dan Shereen tentang perasaan elo ke gue?” tanya Erga tiba-tiba.
“Eh ... gue ... ehmmm ... sebenarnya ....”
“Nggak apa-apa bilang aja, Ka.”
“Ya gue ... maafin gue ... gue udah berani-beraninya suka sama elo. Gue takut Silva benci sama gue, begitu pun elo,” jelas Malika yang mulai berkaca-kaca.
Malika sudah tidak kuat memendung semuanya. Kristal bening itu pun pecah dan mencair seketika membasahi pipi lembutnya.
“Kenapa elo harus nangis, Ka? Gue nggak akan benci sama elo kok.” Erga merasa iba kepada Malika.
“Gimana kalau setelah ini, Silva mengetahui semuanya? Gue takut dia akan jauhin gue dan musuhin gue. Gue nggak mau nyakitin dia. Dia kelihatan bahagia saat sama elo. Gimana kalau dia tahu hal ini? Gue benar-benar takut. Ini semua salah gue.” Malika mengutarakan isi hatinya. Membuang segala rasa malu yang ia miliki.
“Iya Malika, gue juga mengerti perasaan elo. Ya udah, elo nggak perlu takut. Inikan elo hanya mengungkapkan perasaan aja. Nggak ada yang salah, 'kan? Orang suka dan jatuh cinta itu nggak salah kok. Tenang aja, gue nggak akan cerita ke Silva. Yang lainnya juga nggak akan cerita ke dia. Percaya sama gue. Sebenarnya sejak kapan elo menaruh rasa terhadap gue?” tukas Erga menenangkan Malika dari rasa takut dan bersalah.
“Ya ... gue mulai merasakannya sejak hari ulang tahun Silva. Waktu itu mungkin karena kita selalu ngobrol berdua. Setelah dari sana gue jadi mulai mikirin elo dan sejak hari itu gue nggak tenang apalagi setiap ketemu Silva dan elo, gue merasa bersalah banget dengan perasaan ini.” Malika berbicara di sela-sela isaknya.
Sejak Malika dan Erga mulai berbicara, Vera memang sengaja mengajak Shereen ke lain ruangan. Mereka sengaja memberi ruang kepada Malika untuk mengutarakan semuanya kepada Erga. Mungkin jika hanya ada Erga, dirinya tidak terlalu merasa takut ataupun malu.
“Kenapa elo nggak mengatakannya sejak awal, jauh sebelum ini? Ehmm ... gue ... gue juga sebenarnya menyukai elo, Ka. Tapi gue sadar, udah punya Silva. Gue pikir, elo malah nggak ada perasaan apa-apa ke gue.”
“Ahh, apa gue nggak salah dengar? Elo juga suka sama gue? Sejak kapan?" brondong Malika membulatkan kedua bola matanya.
Erga hanya mengangguk pelan seraya melempar senyuman manis ke arah Malika.
"Ehmm ... terus selanjutnya kita bagaimana? Gue takut dengan Silva.” Malika menatap sendu ke arah Erga.
“Ya mungkin karena kita sering bertemu juga. Gue mulai menyukai elo. Dan nggak nyangka juga kalau elo mengungkapkan semua perasaan elo ke gue. Selanjutnya kita akan tetap menjadi teman dekat aja. Gue juga nggak akan tega mengkhianati Silva. Gue minta maaf ya ...." Erga membuang wajahnya, tak berani menatap wajah Malika.
Perasaan bersalah pun menyeruak di relung hati Erga yang seketika merasa hampa.
Usai mengungkapkan semuanya kepada Erga, Malika sedikit lega. Satu masalah terselesaikan. Tinggal selanjutnya harus siap menghadapi Silva, sang sahabat. Mungkin saat ini ia belum siap dan sangat takut jika Silva mengetahui semuanya. Malika tidak menyangka jikalau Erga ternyata menyukai Malika juga.
Dasar laki-laki, mereka tidak pernah bisa puas hanya dengan satu gadis saja. Cantik sedikit langsung tertarik dan suka. Padahal banyak dari mereka yang sudah memiliki pasangan kekasih.
***
Hari-hari berlalu terus bergulir merangkak maju, bersama setiap peristiwa yang telah menemani setiap sisi kehidupan Malika. Tidak ada yang berubah, perasaan itu tetap mengalir. Persahabatan tetap terjalin indah. Sedikit kelegaan tersirat dari raut wajah Malika dengan batin yang masih terkungkung belenggu takdirnya.
Entah sampai kapan rahasia ini ia tanggung dan sampai kapan yang lainnya ikut merahasiakannya?
Biarpun tak ada yang berubah namun, mereka saling menjaga perasaan satu sama lain. Antara Malika ataupun Erga tak bisa dibilang biasa-biasa saja. Mereka hanya berpura-pura di hadapan Silva. Seharusnya mereka tahu jikalau serapi-rapinya dan serapat-rapatnya bangkai disembunyikan maka suatu hari nanti baunya akan tercium juga. Di mana pun tidak ada rahasia yang tak pernah terbongkar. Hanya tinggal menunggu waktu yang berkata jujur.
Bayang-bayang pengkhianatan terus menghantui Malika. Mungkin zaman sekarang disebutnya TMT alias Teman Makan Teman atau Pelakor, untuk mereka yang sudah berumah tangga. Agaknya sebutan TMT atau pelakor tidak ada bedanya bagi seorang wanita yang merebut hati pria milik sahabat atau temannya sendiri.
Sebenarnya cukup mengherankan, mengapa kata-kata itu bisa ada? Ini seperti pembullyan juga terhadap orang yang bersangkutan. Padahal tidak 100% orang ketiga selalu bersalah. Ingatlah bahwasanya tamu tidak akan masuk ke rumahmu jikalau tuan rumahnya tak mengizinkannya.
Begitulah setiap harinya yang dilalui oleh Malika. Hanya terus memendam perasaannya kepada Erga. Saat ia bersama Silva, rasanya dirinya tak pantas berteman dengannya. Tak pantas dirinya disebut sahabat lagi. Meski begitu perasaan hatinya sedikit lega, sebab baik Shereen ataupun Erga mengetahui perasaannya yang sesungguhnya.
Namun, mencintai dalam diam sungguhlah menyakitkan. Apakah Malika mampu bertahan dengan cinta dalam hatinya?
***
Hi, Readers!
Ini Novel pertamaku di platform ini. Semoga kalian suka. Aku tunggu krisan/review terbaik kalian, ya.
Terima kasih & selamat membaca.
Follow IG: @yenifri29 & @yukishiota29

Komentar Buku (13)

  • avatar
    RosdianaDian

    bagus

    05/08

      0
  • avatar
    riwprojects

    semangat kak Yuki bagussss kok

    24/06

      0
  • avatar
    Indra Suryanto

    Bagus

    16/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru