logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 3 Niat Raja

Cheryl merunduk sejajar dengan meja dan mempertahankan postur itu hingga tim arak-arakan menjauh. Begitu suara drum dan terompet hampir tidak terdengar lagi, barulah Cheryl menghela nafas lega. Dia menegakkan tubuhnya sembari merapikan sudut gaunnya.
Instingnya memberitahunya untuk menoleh, lalu dia menemukan seorang wanita muda duduk di sampingnya dengan satu tangan menopang wajahnya. Wanita muda itu tersenyum.
"Hai," sapa wanita muda itu.
Cheryl buru-buru membuang keterkejutannya. Dia membalas sapaan wanita muda.
"Hai."
Wanita muda itu tersenyum lagi. Dia memutar kemoceng bulu angsa ditangannya.
"Ada apa denganmu? Mengapa kau berlari masuk kemari dengan tergesa-gesa?"
Ditanyai seperti itu, Cheryl merasa sangat malu. Benar saja, dia berlari tanpa mempedulikan sekitar. Untung yang dia masuki adalah sebuah kedai, jika itu rumah orang lain, Cheryl tidak tahu bagaimana harus menjelaskan.
"Dijalan begitu banyak orang. Jadi aku memutuskan untuk datang ke sini." Cheryl menyemburkan kebohongan dengan lancar.
Wanita muda itu sepertinya percaya. Dia mengangguk.
"Ya, hari ini sangat ramai karena pawai penyambutan para jenderal dan tentara. Selain itu, para gadis juga bergabung di jalanan karena ingin melihat Marquis of Northland yang terkenal, Edgar Baldwin."
Mendengar nama seseorang disebut, Cheryl agak was-was. "Edgar Baldwin?"
"Kamu tidak tahu siapa Edgar Baldwin?" tanya wanita muda itu heran.
Cheryl melambaikan kedua tangannya dengan panik. "Bukan begitu ...."
Wanita muda itu melihat bahwa gadis kecil dihadapannya malu. Jadi dia menyodorkan menu dari meja lain ke depan Cheryl.
"Bagus menjadi pemalu, tidak seperti anak muda sekarang. Baiklah, kamu bisa memesan satu, tidak perlu membayar. Nanti akan ku ceritakan padamu siapa itu Edgar Baldwin."
Cheryl mengambil kertas keras bertuliskan berbagai macam minuman. Ini tidak jauh berbeda dengan menu cafe di dunianya.
"Yang ini saja." Cheryl sengaja menunjuk minuman paling murah.
Wanita muda itu berdiri dari kursi. "Baiklah, tunggu sebentar."
Cheryl memperhatikan wanita itu sebentar sebelum mengalihkan pandangannya ke seluruh tempat. Tempatnya tidak besar namun kesannya sangat elegan. Total hanya ada lima meja di kedai itu. Tempat Cheryl duduk adalah yang terdekat dengan pintu. Di bagian terdalam, ada bar yang digunakan untuk membuat minuman. Tepat di sampingnya, ada rak buku berukuran besar. Begitu banyak buku disana membuat Cheryl berpikir untuk kembali menulis di dunia ini.
Wanita muda kembali dengan nampan berisikan secangkir teh dan sepiring camilan.
"Apa kamu suka membaca? Kamu boleh membacanya jika kamu suka." wanita itu berkata.
Cheryl merasa malu karena ketahuan memandangi barang-barang orang lain.
"Tidak perlu, lain kali saja."
Wanita muda tidak mendesak Cheryl. Dia meletakkan nampan tepat didepan Cheryl.
"Silahkan,"
Cheryl mengangguk. Tiba-tiba dia teringat bahwa sejak tadi dia belum memperkenalkan diri. Sebelum dia mencicipi makanan gratis, Cheryl buru-buru memperbaiki kesan dirinya.
"Maafkan atas ketidak-sopanan. Saya benar-benar lupa memperkenalkan diri. Nama saya ...." Cheryl ragu-ragu antara ingin memperkenalkan diri sebagai Cheryl atau Claudia. Setelah berpikir dengan cepat, dia memilih yang pertama. "Nama saya Cheryl."
"Namamu sangat imut, Cheryl. Namaku Emily."
Ucapan Emily membuat Cheryl tersipu. Sepanjang hidupnya, belum pernah ada yang menganggap namanya imut.
Kesan Emily tentang gadis di depannya sebenarnya tidak begitu tinggi. Dia terlihat seperti gadis pada umumnya, hanya sedikit lebih imut. Ketika dia sedang membuat teh, dia melihat gadis itu mengukur kedainya dengan penuh minat. Tidak ada gadis muda yang memandangi kedainya dengan tatapan kagum seperti itu sebelumnya. Karena itulah, dia bersedia duduk mengobrol bersamanya. Emily ingin tahu lebih banyak, dari mana gadis polos ini berasal.
"Cheryl, apa kau benar-benar tidak tahu tentang Edgar Baldwin?" tanya Emily.
Cheryl menggeleng. Bukannya tidak tahu, dia hanya tidak ingin mengungkapkan hal-hal secara tidak sengaja. Karena di novel, dia menulis bahwa kesan masyarakat terhadap Edgar Baldwin sangat baik. Jika secara tidak sengaja dia mengatakan bahwa Edgar sebenarnya adalah orang yang kejam, mungkin dia akan dihujat habis-habisan oleh masyarakat hingga tenggelam di air liur mereka. Cheryl bergidik membayangkan imajinasi liarnya.
Emily merapikan sulur rambut yang terjatuh dari sanggulnya. Kemudian, dia mulai bercerita.
"Aku tidak tahu darimana harus memulai dan bagian mana yang tidak kamu ketahui. Secara garis besar, dia benar-benar terkenal. Kaya, tampan, kekuasaan, dan status sosial yang terhormat sebagai seorang Marquis, dia memiliki semuanya. Selain itu, dia sangat murah hati. Ada beberapa panti asuhan yang dibiayai olehnya. Lalu baru-baru ini, dia dikirim ke medan perang di utara oleh raja. Apa kau tahu, Negara Utara itu sangat tangguh dan sulit dikalahkan. Tetapi ketika sang Marquis dikirim, peperangan yang sulit itu berhasil dimenangkan hanya dalam waktu satu bulan! Raja bahkan memberikan gelar Jenderal untuknya tepat di hari yang sama. Sangat hebat, bukan?"
Cheryl mendengarkan dengan cermat. Bagian yang lain tentu saja dia tahu, tetapi bagian Marquis kejam itu mendonasikan uangnya untuk panti asuhan, dia tidak menuliskan hal itu sama sekali.
"Yang terpenting," Emily melanjutkan. "Orang ini belum menikah. Ini juga salah satu alasan dia menjadi sangat terkenal. Dia dibicarakan oleh banyak keluarga sebagai menantu idaman. Para gadis yang belum menikah juga tidak bisa tidak jatuh cinta ketika melihat Marquis of Northland yang tampan. Hanya saja ...."
Emily berhenti dan bersikap misterius. Membuat Cheryl agak gugup.
"A-ada apa?"
"Aku hari ini benar-benar melihat keajaiban. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa ada seorang gadis yang berlari tunggang langgang setelah melihat senyum Marquis." dia melirik Cheryl dengan tatapan curiga.
Tatapan Emily membuat Cheryl tegang. Dia tidak menduga bahwa gerak-geriknya diperhatikan oleh orang lain. Itu agak menakutkan.
Cheryl menggeleng dengan panik.
"Aku tidak bermaksud seperti itu, sungguh."
Melihat Cheryl yang panik, Emily tiba-tiba tertawa.
"Astaga, kamu menganggapnya serius. Jangan khawatir, aku tahu kamu pasti terlalu malu saat itu. Aku mengerti, aku mengerti."
Cheryl: " ... "
***
Setelah pawai tiba di gerbang istana, ketiga pemimpin bergegas menuju istana untuk menemui Raja. Pelayan pribadi Raja menyambut mereka dan mempersilahkan mereka memasuki aula Raja.
Ketiga orang itu adalah Jenderal Besar, Wakil Jenderal dan Jenderal pengganti. Edgar adalah yang terakhir. Namun meskipun dia hanyalah Jenderal pengganti, pengaruhnya di pasukan tidaklah kecil. Ketiganya membungkuk hormat sebelum berdiri dengan tegak di hadapan Raja. Tubuh mereka tegap, ditambah baju zirah yang mereka kenakan semakin menambah aura yang mengesankan.
Raja memberikan pidato penyambutan sebentar. Kemudian menghadiahi mereka dengan hadiah yang tak ternilai harganya. Setelah Jenderal Besar dan wakilnya pergi, Raja berbicara dengan Edgar.
"Kontribusi yang besar membutuhkan penghargaan yang besar. Marquis of Northland, aku berniat untuk menikahkan mu dengan salah satu putriku. Bagaimana dengan itu, apa Marquis setuju?"
Raja bukanlah orang yang suka bertele-tele. Selalu berbicara langsung. Namun dalam kebanyakan kasus, ketika Raja memanggil seseorang dengan gelarnya alih-alih nama, berarti Raja tidak menerima penolakan. Apapun kondisinya. Sekarang, meskipun Raja bertanya pendapatnya, pilihan yang dia punya adalah menyetujui.
Edgar ingin menjawab kata-kata Raja, namun di saat ini tiba-tiba wajah takut seorang gadis kecil terlintas di benaknya.
Tidak mendapat jawaban dari Edgar, Raja menjadi tidak senang. Raja mengulangi kata-katanya.
"Marquis of Northland, bagaimana?"
Edgar kembali fokus. Kemudian dengan sungguh-sungguh, dia menjawab, "Tentu saja saya setuju, Yang Mulia."
Ketidakbahagiaan Raja sedikit terangkat. Dia tersenyum dangkal.
"Besok perjamuan untuk penyambutan resmi akan diadakan. Marquis of Northland harus datang dan melihat-lihat."
Setelah Edgar undur diri, senyum dangkal di wajah Raja menghilang.
***

Komentar Buku (181)

  • avatar
    Patri Ismi

    ceritanya bagus banget kk,, aku udah baca 2 kali ,, keren banget. semangat terus kk, stay healthy and stay happy❤

    15/04/2022

      1
  • avatar
    LutfiatunNaily

    Best banget ceritanya❤ ide yang sangat luar biasa👍👍👍

    06/03/2022

      1
  • avatar
    Nona Mel

    Dari dulu paling suka sama cerita fantasi dan bertema sejarah atau kerajaan2. dan akhirnya ketemu cerita ini. Cintaaaaa banget sm cerita ini.Semangat terus author.. Aku mendukungmu!!!😘😘😘

    19/01/2022

      3
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru