logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

GHOST BAR

GHOST BAR

TIRAIBIRU


CHAPTER I - EMAIL: SAVE ME

Comment
Please, save me..
Me
Kalian baca?
Rey
Baca
Tia
Aku juga
Me
Serius, aku takut
Banyu
Selesaikan streaming-mu sekarang
Me
Ok
“So, thank you for watching and….,”
Comment
Mereka akan mencoba membunuhku lagi
Kumohon buka emailmu
“What the…” aku segera mematikan live streaming-ku. Tanganku terasa sangat dingin. Kayla dan Tia bergegas menghampiriku, memastikan bahwa aku tidak apa-apa.
“Ada email tanpa subjek. Isinya… tolong bahas ini di vlog anda, Please save me, dan… some attachments,” Rey menemukan satu email di akun kami.
Kami semua melihat ke arah layar monitor. Ada beberapa file yang dia lampirkan dalam email tersebut.

“Sepertinya ini email dari orang itu...”
“Apa isinya?” Rey yang berada di depan laptop, membuka satu file yang tidak ada di dalam file [.zip] .
“Wait.... Bukankah ini kasus di kota J tahun 90an?”
“Kasus apa?” tanyaku.
“Serial Killer, seingatku ini sudah masuk dalam kasus nasional,” kami semua semakin fokus pada email itu. Rey membuka file [.zip] yang terlampir di dalam email. “Wow.. ini.. lengkap. Aku tidak pernah melihat sumber selengkap ini dari para fans.”
“Perfect Crime Serial Killer ‘SS’.”
“Wait, sepertinya aku kenal dengan kasus itu!" Seru Tia tiba-tiba memecah keheningan kami, "Kasus itu sangat terkenal. Banyak berita yang tersebar dan sangat simpang siur, dan seingatku kasusnya belum pernah terpecahkan sampai saat ini. Semua berita itu mengatakan, kasusnya terlalu bersih dan polisi menutup kasus ini sebagai perfect crime. Pembunuhnya juga tidak pernah meninggalkan jejak sedikit pun.” Ujar Tia sambil mengerutkan dahinya, mencoba mengingat kembali.
"Apa kau bisa mencari berita yang memuat tentang kasus itu sekarang, Tia?" Tanyaku pada Tia.
“Oke sebentar.. aku cari beritanya dulu.” Tia membuka browser dari laptopnya. Mencari berita tentang serial killer “SS”.
“Tapi file ini… tidak mungkin.. Lihat ini, bahkan terdapat foto, dan detail mengenai pakaian korban yang hilang pun ada di file ini. Daftar nama para korban juga lengkap.”
Rey yang sedari tadi sibuk dengan laptopnya, merasa tidak percaya dengan apa yang dia baca. Ia menggelengkan kepalanya setiap kali menemukan info baru dari data itu, sesekali Rey juga melirik ke arah Tia, membandingkan berita-berita yang Tia dapatkan di Internet dari laptopnya.
“Ada berapa jumlah korban dalam berita itu?” tanya Rey.
“25,” Kayla menjawab.
“Nope, di sini ada 40 orang hingga akhir tahun 1999.”
“Hah?” Kami terkejut. Angka yang kami lihat benar-benar 40 lengkap dengan nama para korban.
“Dan sepertinya dia masih melakukannya hingga saat ini,” Rey melanjutkan.
“Tahu dari mana?” tanyaku.
“Lihat ini angka terakhirnya hampir 60,” Rey menunjukkan lima angka terakhir korban. “Sekitar tahun 2006-2017.”
“Narasumber ini… dari mana dia mendapatkan data selengkap ini?” tanyaku mencoba melihat kembali layar laptop Rey berisikan data-data itu.
Mereka semua terdiam dan menggelengkan kepala, tidak satu pun dari kami yang bisa menjawabnya. Pada kenyataannya, data ini terlalu lengkap. Mustahil.
“Apakah narasumber tidak memberikan nomor yang bisa kita hubungi?” Banyu mencetuskan ide di antara keheningan.
Rey membuka email itu lagi, dan menemukan beberapa nomor yang mungkin adalah contact person narasumber.
“Biar aku saja yang meneleponnya,” Banyu mengetik nomor di handphonenya dan mulai menghubungi nomor itu, terdengar suara “ Nomor yang anda hubungi, tidak terdaftar.”
“Tidak mungkin. Mungkin saja kamu salah ketik, coba ketik lagi.” Ucap Rey sambil mengeja nomor handphone itu lagi satu persatu pada Banyu.
Banyu mengetik ulang dan menelepon sekali lagi. Tapi tetap nomor itu tidak terdaftar. Kami mulai resah. Data ini terlalu lengkap dan terasa sangat misterius. Dari mana narasumber itu bisa mendapatkan data selengkap itu? Hal itu menjadi pertanyaan terbesar yang ada di benak kami sekarang.
“Ada email masuk darinya lagi.” ucap Rey hampir seperti berbisik, membuat suasana semakin terasa mencekam. Aku menelan ludah mengantisipasi kalimat yang akan muncul dari email tersebut.
REPLY TO : ARINDA NAVY
SUBJECT : SS
’JANGAN TELEPON. AKU TIDAK AKAN MENGANGKAT TELEPON KALIAN.’
Kami terkejut sekaligus bingung. Nomor itu tidak terdaftar tetapi dia tahu bahwa kami menelepon narasumber itu. Bulu kudukku berdiri. Ini pertama kalinya kami mendapatkan sebuah data kasus dengan sumber yang misterius.
“Bagaimana kalau kita balas email itu saja?” yang lain mengangguk, menyetujui ucapanku.
REPLY TO : N1
SUBJECT : SS
'Apakah kita bisa bertemu? Saya sangat penasaran dengan data kasus yang anda berikan.'
Narasumber itu tidak membutuhkan waktu lama untuk membalas email kami. Sangat cepat, tidak seperti yang kami perkirakan.
REPLY TO : ARINDA NAVY
SUBJECT : SS
‘Tidak. Lebih baik berkomunikasi via email saja.’
REPLY TO : N1
SUBJECT : SS
‘Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan pada anda mengenai kasus tersebut. Bukankah lebih baik jika kita bertemu? Lebih cepat selesai akan lebih baik, bukan?’
REPLY TO : ARINDA NAVY
SUBJECT : SS
‘Apakah kamu melakukan ini pada semua narasumbermu?’
Sedikit berbohong, kami pun menjawab,
REPLY TO : N1
SUBJECT : SS
‘Ya benar sekali. Kami berusaha untuk bertemu dengan narasumber kami. Dan narasumber kami selalu setuju untuk bertemu dengan kami’
REPLY TO : ARINDA NAVY
SUBJECT : SS
‘Akan aku pikirkan lagi. Aku akan memberitahu anda di mana dan jam berapa kita bisa bertemu.’
Aku sedikit meragukannya, namun aku pendam keraguan ini sendiri. Rekan kerjaku sudah mulai tertarik dengan kasus ini, tapi menurutku banyak sekali hal ganjil yang kami dapatkan dari narasumber itu. Dia sangat misterius, hanya ingin berkomunikasi lewat email dan bukan telepon.. bahkan kami ajak untuk bertemu saja menolak, hingga membuat kami harus berbohong untuk dapat menemuinya. Kasus ini pun juga bukan kasus yang bisa kami anggap remeh, bahkan polisi saja menutup kasus ini sebagai perfect crime, apakah kami bisa membahas dan mengungkap kasus ini lebih baik? Tapi, misteri tetaplah misteri. Bagiku sebuah misteri adalah hal yang memacu adrenalin, dan aku harus menyelesaikannya.
-o-
Sudah hampir tiga hari narasumber itu belum membalas email kami. Kami masih menunggu dengan penuh rasa penasaran hingga aktivitas membuat konten video kami terganggu. Kami bahkan hanya bisa duduk di depan layar laptop memandangi email dan menekan tombol refresh pada browser laptop berharap email dari narasumber tersebut masuk dalam akun email kami.
“Apa menurutmu ini hanya lelucon? Apa narasumber itu hanya bermain-main saja dengan kita? Mungkin ini semua hanya sebuah Prank?” tanya Tia lesu.
Prank? Bisa jadi, tapi..
“Ini sudah tiga hari, dan tidak ada kabar. Bisakah kita berhenti sekarang, Rin?” tanya Kayla. Aku melihat ke arah rekanku yang lain, sepertinya mereka setuju pada Kayla. Aku pun dengan pasrah mengangguk menyetujuinya.
“Baiklah. Selagi kita menunggu, kita harus mempunyai materi yang lain untuk konten video minggu ini.” ucapku menambahkan.
Tia dan Kayla beranjak dari kursi mereka dan mulai mempersiapkan materi konten. Aku masih tenggelam dalam pikiranku, pada narasumber kasus serial killer ‘SS’. Memang ada kemungkinan besar kalau itu hanya sebuah prank. Tapi, bagaimana bisa dia mendapatkan bukti-bukti sebanyak dan selangkap itu, jika dia hanya melakukan prank belaka? Menurutku hal itu sangat tidak mungkin.
“Arinda,” panggil Rey menepuk bahuku.
“Rey, aku masih penasaran. Aku rasa ini bukan sekadar prank belaka.”
Rey paham maksudku. Aku tahu itu. Dia tahu sebesar apa rasa penasaranku, setelah dua hari berturut-turut aku membaca hampir semua berita yang muncul di internet tentang kasus tersebut dengan Rey. Kami berdua yang paling semangat mencari serta menganalisis sumber-sumber berita tersebut dan membandingkan kejanggalan di antara berita di internet dan file yang narasumber kirim. Semakin aku membaca data-data itu, semakin aku merasa bahwa data ini benar dan nyata, bukan hanya karangan yang mengada-ada hanya untuk mempermainkan kami sebagai konten kreator yang membaca dan mengungkapkan kasus-kasus misteri di video kami.
Keraguanku di awal kami menerima email itu semakin buyar dan tergantikan dengan rasa keingintahuan yang tak terbendung, malah ketiga temanku yang maju mundur dan merasa ragu ketika membaca kembali data-data itu bersama, hanya Rey yang bertahan dengan rasa ingin tahuku ini.
“Kita tetap menunggu, tapi kita tidak bisa stuck di sini, Rin. Kamu pasti tahu itu.” tepukan kecil dibahuku itu semakin membuatku tidak rela untuk melepas misteri ini.
Tia datang memberikan materi baru yang akan kami bawakan pada konten kami selanjutnya. Aku akhirnya mencoba untuk fokus mereview materi dengan Tia dan Kayla.
“Rey! Kemari! Cepat!” suara Banyu terdengar sangat terkejut, membuat kami semua menoleh ke arahnya.
“Ada apa? Aku masih setting kamera,” Rey berjalan ke arah Banyu sambil masih menyetting kameranya, Banyu menarik lengan Rey dan menunjuk ke arah laptop.
“Ini.. ada email masuk.. dari orang itu.”
“Rin!! Cepat, dia mengirim email lagi!” teriak Rey mengagetkan kami bertiga, lagi, yang sudah kembali fokus setelah teriakan Banyu. Aku, Tia dan Kayla dengan segera melihat ke arah laptop.
REPLY TO : ARINDA NAVY
SUBJECT : SS
‘Akan lebih baik jika kita tidak bertemu. Akan sangat berbahaya jika kita bertemu. Kita berkomunikasi lewat email saja.’
“NO WAY!” aku berteriak melepaskan kekesalanku. “Biarkan aku yang membalasnya,” aku mengambil alih laptop dari Rey dan Banyu kemudian mengetik balasan dengan cepat.
REPLY TO : N1
SUBJECT : SS
‘Kami mohon. Kami telah berpikir panjang beberapa hari terakhir setelah mempelajari file yang telah narasumber beri kepada kami. Kami sangat ingin membahas dalam konten video kami. Kami tidak ingin ada kesalahpahaman, untuk itu izinkan kami bertemu dengan anda.’
“Apa kamu yakin dengan ini semua, Rin?” Tia terlihat was-was.
“Bagaimana jika dia tetap menolak, Rin? Feelingku tidak enak dengan kasus ini,” tanya Banyu.
“Aku penasaran.” ucapku lugas.
Aku penasaran. Ya, sangat-sangat penasaran. Apa yang terjadi nanti, biar saja terjadi. Aku tidak peduli lagi. Yang penting untuk saat ini adalah aku bisa bertemu dengan narasumber itu.
Ya, tentu saja seperti hari pertama kami mendapatkan email darinya, tidak lama narasumber itu pun membalas.
REPLY TO : ARINDA NAVY
SUBJECT: SS
’Baiklah. Tapi aku yang akan menentukan kapan dan di mana tempatnya.
Kalau anda setuju, aku akan memberikan alamat dan jam berapa kita bisa bertemu.’
Semua orang di dalam ruangan terdiam terpaku. Beberapa wajah menunjukkan tidak setuju, sedangkan yang lain merasa ragu-ragu. Jika kita menyetujuinya, apa kita semua akan baik-baik saja? Bagaimana jika narasumber itu memiliki niat jahat kepada kami setelah membeberkan semua data yang dia serahkan ini? Tapi sebelum mereka memutuskan menyetujui atau tidak, aku sudah mengirimkan balasan eamail lanjutan pada narasumber itu.
REPLY TO : N1
SUBJECT : SS
‘Kami setuju.’
“Arinda! Apa yang kamu… kenapa kamu memutuskan hal ini sendiri tanpa berunding dulu pada kami?!” terdengar suara kursi terjatuh yang ternyata itu adalah Banyu. Dia terjungkal dari kursi yang ia duduki. Suara tersebut memecah keheningan di antara teman-temanku yang masih dalam keraguan, raut wajahnya merengut tidak percaya dengan keputusan yang aku ambil ini. Rey hanya terdiam dan memalingkan wajahnya dariku, tidak berkata setuju ataupun menentang keputusanku. Tia dan Kayla menggigit jari mereka, raut menegangkan tergambar dalam wajah mereka, mulut mereka seakan terkunci tidak tahu harus berkata apa setelah membaca tulisan yang terpampang di layar monitor.
“Kita akan baik-baik saja. Aku yakin.” ucapku meyakinkan teman-temanku. Meskipun sebenarnya itu kurang meyakinkan mereka. Karena tatapan mereka seakan menuntut sebuah pembuktian dari kata-kata yang aku ucapkan.
“Kita lihat saja nanti.” ucap Tia yang akhirnya membuka suara dengan tatapan tajam tertuju ke arahku.
Tiba-tiba terdengar suara sebuah notifikasi email yang membuat kami terdiam kembali, akhirnya yang kami tunggu-tunggu, lebih tepatnya yang Aku tunggu.
REPLY TO : ARINDA NAVY
SUBJECT : SS
'Ghost Bar (url.link), 11 Malam.'

Komentar Buku (46)

  • avatar
    AuliaSela

    ceritanya bagus bangetttt tapi kenapa gak pernah up lagi

    20/07

      0
  • avatar
    aryaalif

    Sigit rendang

    12/06

      0
  • avatar
    Jack Andrew

    iloveyou

    24/12

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru