logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab. 6. Ciuman Pertama

Gadis imut ini bernama Riana Fairuz. Lampu belajar berdiri sangat antusias menemani gadis berpipi merah, dia adalah Riana Adik tersayang Andriek...Sudah hampir 1 jam, dia duduk di bangku sambil mencatat buku hariannya. Matanya terlihat sembab. Dia sedang menangis waktu itu, Dia telah kehilangan ibu dan kini kakaknya pergi karena pernikahannya dengan keyla si cewek sombong.
"Riana." Panggil Ayahnya tiba-tiba, dia segera menyeka air matanya.
"Apakah kamu sudah tidur? Ayah buka ya pintunya?"
Susah payah dia menyahut.
"I... iiya Yah buka aja, Riana belum tidur kok." Jawabnya parau. Tak lama kemudian Ayahnya masuk, dia pandangi puteri semata wayangnya.
"Riana, Kamu kenapa?" Tanyanya pelan. "Kamu kok nangis." Lelaki tegap dengan wajah tirus terus menatapnya. Riana tersenyum kecil, menyembunyikan kesedihan yang sangat ia rasakan.
"Ayah... Riana baik-baik aja kok, siapa bilang Riana nangis tuh kan Riana senyum." Dia terus mencoba tersenyum.
"Iya.. iya Ayah percaya." Pak Rino kemudian berjalan dan duduk di atas dipan kayu tempat tidur Riana.
"Riana, ada hal penting yang perlu Ayah bicarakan sama kamu."
Riana tak menjawab, dia berjalan kearah Ayahnya duduk.
"Sekolah kamu terpaksa Ayah berhentikan, maafkan Ayah Riana." Mendengar perkataan Sang Ayah Riana seakan tak percaya.
"Ada apa Yah?" Tanyanya shock.
"Iya... karena Ayah tak mampu membayar uang bulanan kamu, karena sekarang begitu sulitnya mencari pekerjaan." Ujar Ayahnya melirih.
"Apakah Ayah udah bilang sama kak Andriek?"
Lelaki itu cuma menggeleng.
"Kalau ini sangat memberatkan Ayah Riana gak papa kok putus sekolah." Lanjutnya lagi.
"Riana." Dia langsung mengenggam tangan puterinya. "Ayah... merasa sangat bersalah karena sampai saat ini Ayah belum bisa membahagiakan kamu dan pastinya Andriek marah jika mendengar bahwa Ayah memutuskan sekolah kamu, Tapi Ayah juga tak mau menambah beban Kakakmu ataupun meminta bantuan sahabat Ayah Riana."
"Ayah." Rianapun memeluk Ayahnya sedih. Pak Rino balas memeluk. Bukan, sahabatnya Rama atau sekarang sudah menjadi besannya tak membantu, Akan tetapi Pak Rino selalu saja menolak bahkan jika Pak Rino mau pindah ke kota dimana dia tinggal, lowongan pekerjaan telah Sahabatnya siapkan untuk dia. Yaitu sebagai manager di perusahaannya. Sudah berulang kali di tawari tapi Pak Rino masih saja bersikukuh tak akan meninggalkan desanya. Entahlah jika keadaan harus berbeda....
Malam sudah semakin larut dengan perasaan sesak di dada Riana dan mulai besok Riana akan mencari pekerjaan untuk membantu keuangan Ayahnya yang berpenghasilan tak seberapa.
Keesokan harinya..Riana tak lagi bersekolah, dia sudah rapi dengan pakaiannya. Setelah berpamitan, Dia berjalan keluar rumah, hari ini dia akan mencari pekerjaan. Perasaannya masih terasa sakit karena dia harus putus dari sekolah dan mengubur semua mimpi-mimpinya. Ketika umurnya masih 6 tahun, Riana pernah bercita-cita menjadi dokter. Itu karena dia berjanji akan merawat keluarganya jika mereka sakit. Riana sangat menyayangi keluarganya....
Tapi....
Sekarang cuma sebuah mimpi seperti kertas kecil dan ringan yang terbang terbawa angin... dia tak lagi punya mimpi.
Toko kue Alexa cake's
Dengan langkah sedikit berat, Riana mencoba memasuki toko kue di depannya.
"Permisi." Ucapnya ramah, seorang wanita paruh baya, bertubuh gemuk dan memakai kaca mata langsung menatap kearahnya. Wanita itu sedang duduk di kursi tamu.
"Yaa... silahkan." Dia tersenyum ramah. Riana mendekatinya.
"Maaf bu, Apakah di toko ibu butuh pekerja baru?" Wanita itu langsung menatap Ujung kaki Riana hingga ujung rambutnya."Jika ada, Saya bermaksud untuk bekerja? Ucapnya lagi.
"Ya... jika kamu mau toko kami membutuhkan karyawan baru untuk mengantarkan kue kepada pelanggan."
Riana tersenyum kegirangan. "Kapan saya bisa mulai bekerja bu?"
"Besok."
"Baiklah terimakasih bu." Riana menunduk, sembari mengucapkan terimakasih.
***
"Ndriek. Lo." Ujarnya khawatir karena melihat wajah pucat Andriek yang sama sekali tak bergerak. Dia sentuh kening dan leher Andriek panas mungkin bisa di bilang panas itu mencapai 40°C jika di ukur dengan Termometer. "Ndriek... lo bisa denger guekan?" Dia menggoyang-goyangkan tubuh Andriek. Entah mengapa tiba-tiba perasaan khawatir itu semakin lama semakin besar. Dia sangat takut dan bingung apa yang harus dia lakukan, dia gugup.
Di pandanginya lagi wajah tampan Andriek wajah itu pucat, bibir yang sebelumnya merah juga pucat. Sepertinya Andriek merasakan sakit yang begitu sakit. Ada sesal di hati Keyla, kenapa waktu itu dia sangat tak perduli spontan Keyla langsung mendekati tubuh Andriek yang terbaring kaku dan mendekapnya. Dekapan itu terasa menghangatkan tubuh Andriek yang dingin akibat dari suhu badannya yang terlalu panas tinggi.
Tiba-tiba lelaki di sampingnya itu bergerak, tanpa Keyla sadari tangan Andriek balas mendekapnya. Mendekap dengan erat tentu saja itu membuat Keyla terkejut bukan main. Dia berusaha mendorong tubuh lelaki itu, akan tetapi usahanya sia-sia. Tenaga Andriek lebih kuat darinya, Kebenciannya pada lelaki di hadapannya seolah memudar oleh suasana keadaan sekarang.
Entahlah... kenapa hal itu bisa terjadi secara tiba-tiba. Bibirnya seakan mengelu, untuk membentak ataupun bersikap kasar yang biasa dia lakukan. Di lihatnya mata Andriek masih terpejam.
Benci! kata itu yang masih mendiami hati dan pikiran keyla. Dunia seakan mencairkannya batinnya terus berkata 'Apa yang sebenarnya terjadi? kenapa gue bisa ngerasain gugup yang luar biasa parahnya ya gugup banget berada di pelukan Andriek. Rasa ini sebelumnya gak pernah gue rasain, sekalipun itu sama Riko cowok yang bener-bener gue cinta! Key ayo keluar dari pelukan ini,, ini sedang mimpikan??? Iya gue lagi mimpi.'
Keyla berusaha untuk yang kedua kalinya dia terus menggeser tangan Andriek dari tubuhnya tapi masih saja ia kesulitan. Dan...... ini seperti mimpi yang terjadi begitu saja. Andriek tiba-tiba bergerak serta menempelkan bibirnya pada bibir keyla. Mengecupnya dengan penuh kehangatan dalam sedetik saja keyla bisa merasakan itu.
Jantungnya berdetak sangat cepat dan tak menentu dia ingin sekali menolak jiwanya meronta-ronta. Tapi..... sekali lagi ciuman itu terasa begitu mesra. Keyla membalasnya dia bersikap agak agresif dan segera menggigit bibir Andriek.
"Auwhh!" Andriek langsung menarik bibirnya, matanya terbuka.
"Dasar brengsek! Lo pikir gue cewek apaan?" Keyla baru membentak sambil bangun dari baringnya.
Andriek diam saja.
"Dasar gak tahu malu! Gak tahu diri hiks... hiks..." Nada bicara Keyla merendah matanya berkaca-kaca. Diapun menangis. Andriek ikut bangun kemudian menarik tubuh Keyla ke dalam pelukannya.
"Maafkan Aku Key." Ujarnya pelan.
"Iichg... lepasin tangan lo!" Keyla menolaknya, kali ini dia tidak akan membiarkan Andriek menyentuhnya lagi. " Cukup Ndriek! Gue gak akan pernah sudi lo peluk perbuatan lo ini udah kelewatan batas tau gak!"
Andriek melepaskan tangannya dan menghela nafas kecil. "Bukankah itu keinginan kamu sendiri." Andriek menjawab. Keyla menatapnya. "Kenapa masuk ke kamar Aku tanpa izin?"
"Apa? Dasar bener-bener gak tau diri ya, Ooh atau lo sengaja biar mancing gue masuk ke kamar lo dengan pura-pura sakit begini? Iyakan?"
"Sejak kapan kamu ngerasa perduli sama Aku?"
"Hey denger yaa penipu gue itu gak pernah kasian sama lo jangan ngerasa ge-er lah."
"Jadi apa alasan kamu masuk ke kamar aku kalau itu bukan bentuk perduli?" Keyla terdiam.."Eemm...apa?"
"Itu... karena gue gak mau di salahin kalo sampai beneran lo mati!"
"Ooh... terimakasih, udah jadi pahlawan." Andriek tersenyum sedikit sinis.

Komentar Buku (208)

  • avatar
    SantosoTeguh

    mantap

    01/08

      0
  • avatar
    GazaEL

    sangat bagus

    17/07

      0
  • avatar
    ADIT

    resep

    06/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru