logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Sad Wedding

Sad Wedding

moonbabe_bfns


Sad Wedding Bagian 1

Setelah mengetahui maksud kedua orang tuanya mengajak ke mari, Vina hanya menundukkan wajahnya saja. Apalagi tepat di sebelahnya ada sesosok lelaki yang akan menjadi suaminya sebentar lagi.
Dia amat begitu senang saat mengetahui kalau sebentar lagi dia akan menikah dengan lelaki yang sejak lama dia sukai itu. Berbeda dengan Radit, nama dari lelaki yang akan menjadi suaminya itu, dia begitu sangat membenci Vina karena kejadian di masa lalu yang tidak akan pernah dilupakannya, kejadian yang begitu membekas di hatinya bahkan sampai detik ini.
Kejadian yang membuatnya kehilangan orang tersayangnya. Orang yang begitu berarti dalam hidupnya.
Selain merasa senang, dia juga merasakan khawatir yang teramat besar. Hatinya terus bertanya-tanya, bagaimana rumah tangga mereka nantinya setelah mereka sudah sah menjadi pasangan suami-istri.
"Maaf semuanya, saya dan Vina mau membicarakan sesuatu sebentar," ucap Radit pada kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua Vina.
Radit pun menatap tajam ke arah Vina sembari menarik tangan Vina untuk ikut bersamanya.
Setelah cukup jauh dari pandangan kedua orang tua mereka dan memastikan bahwa kedua orang tua mereka tidak melihatnya, Radit menarik kasar tangan Vina sehingga Vina melangkahkan kakinya sedikit lebar lagi untuk menyetarakan langkahnya dengan langkah Radit, jika tidak, bisa saja dia terjatuh.
Radit membawa Vina ke lantai atas yang merupakan lantai kosong gedung restaurant mewah ini. Sudah jelas jika di sana sunyi dan tidak ada orang sama sekali, hanya mereka berdua saja.
Radit menyentakkan tangan Vina sembari mendorongnya sampai menabrak tembok yang ada di belakangnya.
"Aduh." Ringis Vina saat bagian lengannya menubruk tembok yang terasa dingin di malam hari itu.
"Kak." Ucap Vina sembari melihat Radit dengan tatapan kesakitannya itu.
Radit berjalan mendekati Vina dengan tatapan mengerikannya yang membuat Vina lantas menundukkan wajahnya. Kini, kedua tangan Radit berada di kedua sisi tubuh Vina. Sehingga posisi Vina saat ini benar-benar di bawah kekuasaan Radit.
"Kau!" Ucapnya dengan nada yang begitu menakutkan bagi Vina.
Radit mengarahkan tangan kanannya ke muka Vina dan mencengkram bagian rahang wajah Vina. Membuat Vina harus menerima rasa sakit lagi pada bagian wajahnya itu.
"Berani kau menampakkan wajahmu kembali setelah setahun berlalu, huh? Setelah menghancurkan semuanya lalu kau menghilang dan muncul dengan kabar seperti ini?" Ucap Radit dengan geramnya.
"Maaf kak."
"Maaf? Hanya itu? Waaahhh enak sekali kau." Ucap Radit sinis sembari mencengkram sedikit kuat lagi.
"Kak, sakit." Ucap Vina sembari berusaha melepaskan cengkraman tangan Radit yang menyakitkan rahang wajahnya.
"Sakit?" Ucap Radit semakin memperkuat cengkramannya itu. Seolah tidak memperdulikan rasa sakit yang diterima Vina akibat perbuatannya itu.
"Ii..iya kak. Lepasin, kak." Ucap Vina dengan air matanya yang mulai menetes dari kedua pelupuk matanya, menahan sakit yang dia rasakan kini.
"Aku akan melepaskannya, asal kau membatalkan perjodohan ini. Bagaimana?" Ucap Radit.
Vina lebih memilih diam daripada menjawabnya pertanyaan itu. Bagaimanapun dia tak akan membatalkan perjodohan ini. Apapun yang terjadi nantinya. Ini hal yang sangat dia inginkan.
"Heh, jawab! Aku bukan menyuruhmu untuk diam!" Ucap Radit sembari menaikkan sedikit nada suaranya. Dia merasa seperti tidak diperdulikan.
Vina diam sebentar untuk memikirkan apa yang akan dia jawab. Jika dia mengatakan 'tidak', harus sampai kapan dia merasakan sakitnya cengkraman pada wajahnya ini? Ini sungguhlah sakit.
"Le..pas dulu, Kak." Ucap Vina dengan sembari memegang pergelangan tangan Radit yang mencengkram wajahnya.
Radit lalu melepas cengkramannya pada wajah Vina dan mengusap-usap tangannya. Seolah merasa jijik karena telah menyentuh Vina.
"Kenapa tidak menjawabnya?" Ucap Radit lagi setelah melihat Vina yang tidak langsung menjawab pertanyaan meskipun cengkraman itu telah dilepas.
Radit menatap ke langit yang penuh dengan bintang itu sembari menghirup udara segar dan menahan emosinya untuk tidak semakin menyakiti wanita di depannya ini, meskipun dia sangat ingin melakukannya.
"Beri aku waktu." Ucap Vina.
Vina lebih memilih meminta waktu untuk menjawabnya. Dari pada dia memberitahukan tidak akan membatalkan perjodohan itu sekarang, di tempat ini, mungkin saja Radit akan marah besar padanya dan bahkan bisa saja Radit berlaku lebih kasar lagi.
"Waktu? Baiklah, aku beri kau waktu sampai kita kembali ke sana. Ketika nanti ditanya mengenai perjodohan ini, kau harus membatalkannya. Harus! Jika tidak, kau akan tau balasannya." Ancam Radit yang terdengar mengerikan.
"Sebenarnya aku bisa saja meminta untuk perjodohan ini dibatalkan, hanya saja aku masih berpikir bagaimana perasaan kedua orang tuamu mengetahui kalau anak gadis cantiknya ditolak." Lanjut Radit.
"Iya kak." Ucap Vina.
"Usap air mata buayamu itu! Jangan sampai mereka curiga." Ucap Radit lalu meninggalkan Vina.
Jika Radit muncul terlebih dahulu di sana, pasti akan ditanyakan, karena dia tidak muncul bersama Vina. Dengan berat hati, Radit menunggu Vina di depan toilet cewek.
"Lama sekali kau. Membosankan." Ucap Radit ketika melihat Vina sudah keluar dari toilet.
"Lama banget kalian? Habis ngapain aja?" goda Mama Radit yang membuat Radit dan Vina terpaksa menunjukkan senyuman mereka. Ah tidak, lebih tepatnya hanya Radit saja yang terpaksa.
"Mengenai kalian. Bagaimana? Kalian menerima perjodohan ini?" tanya Papa Radit.
Untuk beberapa saat Radit dan Vina hanya diam. Radit menatap Vina, menunggu kata-kata yang akan dikeluarkan dari mulutnya itu.
"Ehm," deheman Radit membuat Vina menegakkan wajahnya dan memandang ke arah mereka semua.
"Bagaimana?" Tanya Mama Vina.
Vina memejamkan matanya untuk beberapa detik sembari menarik nafasnya dalam-dalam. Semoga, ini keputusan yang terbaik baginya.
"Saya menerima perjodohan ini." Ucap Vina dan membuka kembali matanya dan mendapati Mamanya yang tengah tersenyum ke arahnya.
Sontak Radit melebarkan matanya mendengar ucapan yang sangat tidak dia harapkan itu.
Perasannya kini hendak memukul sesuatu saja. Jika tidak mengingat kalau saat ini dia berada di tempat umum, mungkin salah satu benda di sini sudah dia lemparkan dan mengenai muka wanita itu.
"Bangsat!" Geram Radit dalam hati.
Vina tidak akan mengarahkan pandangannya ke arah dimana Radit ada. Dia yakin, pasti saat ini Radit sedang melihatinya.
"Baguslah. Bagaimana, Radit?" Tanya Papa Radit.
Mau tak mau Radit juga harus menerima perjodohan ini. Dia tak mau mengecewakan kedua orang tuanya. Jika dia menolak ini, sudah pasti kedua orang tuanya akan kecewa.
"Radit menerimanya, Dad." Ucap Radit.
"Baiklah, karena keduanya juga sudah setuju. Maka kami akan memberitahukan pada kalian tanggal pernikahannya." Ucap Mamanya Vina.
Kedua orang tua mereka sudah menyiapkan tanggal yang tadi mereka bicarakan di saat Radit dan Vina pergi tadi.
"Acara kalian akan dilaksanakan 2 bulan setelah ini. Tidak ada acara tunangan atau apapun segala macamnya." Ucap Mama Radit.
"Apa?!" Tanya Radit yang terkejut mendengar Mamanya.
"Apa itu tidak terlalu cepat?" Tanya Radit.
"Tidak, sayang. Bahkan kami maunya minggu depan kalian menikah. Hanya saja kan kalian juga butuh pengenalan lebih dalam lagi, maka dari itu kami memutuskan 2 bulan dari sekarang acara kalian dilaksanakan." Ucap Mamanya.
Huft. Radit menghembuskan nafasnya sedikit keras. Berbeda dengan Vina yang setuju-setuju saja dengan keputusan orang tua mereka.
Selesai membicarakan hal pernikahan mereka, sudah saatnya mereka meninggalkan tempat ini karena hari sudah semakin malam. Lagi pula, besok paginya mereka akan melakukan aktivitas mereka sehari-hari.
"Kau sudah melanggar perjanjian tadi. Bagus. Kau akan tau akibatnya." Bisik Radit yang kebetulan dia lewat tepat di sebelah Vina, setelahnya dia pun pergi bersama kedua orang tuanya.



"Mom, apa tidak terlalu cepat acara itu?" Tanya Radit ketika mereka sudah sampai di rumah.
"Kan tadi Mom sudah katakan pada kamu. Kamu mau mengecewakan kami? Kamu mau menjadi anak pembangkang?" tanya Mom.
Kalau sudah Momnya mengatakan ini, Radit sudah jelas tidak akan mau mengecewakan kedua orang tuanya. Tapi, keputusan kedua orang tuanya sangat tidak bisa diterimanya.
"Bagaimana dengan Devy, Mom? Mom juga sudah tau kan kalau Radit mencintainya? Apa Mom mau melihat Radit kehilangan orang yang Radit cintai lagi?" Tanya Radit.
"Ya jelas Mom tidak mau kamu mengalami kehilangan lagi. Tapi, tidak dengan Devy, Radit. Devy bukan wanita yang baik. Mom tidak menyukainya. Percayalah sama Mom, Vina adalah wanita yang baik. Walaupun Mom baru bertemu dengannya 3 kali, tapi Mom sudah tau bagaimana dia orangnya. Lihat saja tadi, dia orangnya begitu sopan. Mom menyukai wanita seperti itu." Ucap Momnya.
Tapi Mom tidak tau bagaimana sifat asli wanita busuk itu! Itu hanya topeng dia saja. Sifat dia justru sangat-sangat buruk. Andai Mom tau apa yang dia lakukan pada masa laluku. Ingin rasanya Radit mengucapkan kalimat itu kepada Momnya. Tetapi sayangnya kalimat itu hanya tertahan di hatinya saja.
"Mom mengatakan seperti itu karena Mom tidak tau bagaimana Devy sebenarnya. Dia bahkan lebih baik dari Vina. Tapi, ah sudahlah, apapun yang akan Radit katakan, Mom tetap tidak akan mau tau. Sudahlah, Radit mau ke kamar dulu." Ucapnya dan naik ke lantai atas di mana kamarnya berada.
Selesai mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, Radit merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya. Merentangkan kedua tangannya. Posisi yang nyaman menurutnya.
Drrtt..drrtt.. getaran yang berasal dari ponsel miliknya membuatnya terpaksa mengurungkan niat untuk tertidur. Padahal tadi dia sudah memejamkan matanya. Dia sangat lelah hari ini.
Ketika melihat nama pemanggil di layar ponselnya, bibirnya pun tertarik membentuk senyuman, lalu menekam tombol hijau agar sambungan telepon itu terhubung.
"Hallo sayang," sapa Radit pada wanita di sebrang telepon sana.
"Kamu kemana aja sih? Aku teleponin dari tadi kenapa tidak ada kamu terima?" Tanya manja dari wanita itu yang membuat Radit tersenyum mendengar kemanjaan dari wanita yang dia cintai itu.
"Maaf sayang. Tadi ada urusan sebentar dan handphone aku tinggal." Jawab Radit dengan jujur.
"Pasti kamu pergi sama orang tua kamu untuk membahas masalah itu ya?" Tanya wanita itu. Terdengar nada ketidaksukaannya saat dia mengucapkannya.
"Hm, iya sayang." jawab Radit yang sama tidak sukanya.
"Mom kamu kapan sih mandang aku sebagai wanita yang baik? Selalu menganggap aku itu wanita yang tidak baik." Ucap Devy dengan kesalnya.
"Kamu jangan menyerah yah untuk buktikan pada Mom kalau kamu bukanlah wanita seperti yang ada dipikiran Mom. Mungkin ini masih permulaan untuk kamu, semoga aja nantinya Mom bisa menerima kamu. Padahal aku sayang banget sama kamu."
"Jadi, soal perjodohan itu, apa kamu menerimanya?"
"Terpaksa sayang. Wanita sialan itu dengan cepatnya dia mengatakan kalau dia setuju dengan perjodohan ini. Maka mau tidak mau aku juga harus menerimanya, jika tidak, Mom dan Dad akan kecewa padaku dan pastinya mereka akan malu."
"Ini semua gara-gara Mom kamu, sayang. Kalau saja Mom kamu setuju sama aku, perjodohan ini tidak bakalan ada. Mom kamu selalu menentang hubungan kita."
Entah sudah keberapa kalinya Devy menyalahkan Mom Radit dalam segala hal yang berhubungan dengan hubungan mereka. Anehnya, Radit tidak pernah menyalahkan Devy yang selalu menyalahkan Momnya, dia terlihat lebih memihak pada Devy.
Yah, cintanya pada Devy membuatnya buta dan bodoh, yang dia pikirkan hanyalah bagaimana perasaan Devy tanpa memikirkan bagaimana orang lain.
"Yah begitu la sayang. Yang penting kamu tetap berusaha untuk merebut hati Mom. Aku yakin kamu pasti bisa melakukannya." Ucap Radit memberi semangat pada wanitanya.
"Aku capek sayang. Bagaimana kalau kita nikah diam-diam? Baru setelah aku hamil, kita kembali. Pasti Mom kamu tidak akan bisa menentang hubungan kita lagi." Ucap Devy.
"Nikah lari maksud kamu?"
"Iya bisa dikatakan seperti itu."
"Maaf sayang. Itu hanya akan memperburuk keadaan. Walaupun perjodohan ini akan berlanjut ke pelaminan nantinya, kamu jangan khawatir, kamu tetap satu-satunya wanita yang aku cintai, yang aku sayangi selain Mom aku sendiri." Ucap Radit.
"Bener? Kamu tidak akan melupakan aku?"
"Beneran sayang." Ucap Radit yakin.
"Hm, yasudahlah. Oh iya, tadi aku lagi jalan-jalan ke mall bareng sama teman, terus aku lihat ada tas yang cantik banget, mewah lagi. Aku kepingin tas itu, yang." Ucap wanita itu dengan nada manjanya lagi.
"Yasudah, besok kita ke toko tas itu. Kamu bisa beli apa yang kamu mau sebagai permintaan maafku yang tadi tidak mengangkat telepon kamu." Ucap Radit.
"Beneran? Semua yang aku mau?"
"Iya sayang."
"Makasih sayang. Kamu baik banget. Makin cinta deh sama kamu. Ah iya, ini sudah malam. Kamu istirahat gih sana, besok kan mau kerja lagi, terus itu nemeni aku belanja."
"Iya." Ucap Radit dan sambungan telepon itu pun terputus setelah keduanya saling memberi ciuman yang terbang di udara, entah itu sampai ke tujuan atau mungkin ciuman mereka nyangkut di pohon rindang? Entahlah.



"Kalian beneran pernah saling kenal?" Tanya Mama Vina yang masuk ke dalam kamar ketika Vina baru saja hendak merebahkan tubuhnya.
"Iya, Ma. Ketika SMA, Radit adalah kakak kelasku." Jawab Vina.
"Ah syukurlah. Mama rasa pun waktu 2 bulan itu sangat lama untuk kalian saling mengenal. Tapi karena sudah disepakati, yah mau dikata apa lagi? Tapi Mama senang, kamu menerima perjodohan ini. Mama lihat pun, kamu suka ya sama Radit?" Tanya Mamanya.
Tanpa pikir panjang, Vina langsung menjawab pertanyaan Mamanya."Iya, Ma." Jawab Vina sembari tersenyum malu menatap Mamanya.
"Ih anak Mama, baru kali ini Mama lihat kamu tersipu malu ketika dibahas tentang beginian. Padahal uda gede loh kamunya, tapi baru ini Mama lihat kamu kek gini." goda Mamanya.
"Iss Mama jangan gitu dong." Ucap Vina dengan malu yang justru itu membuat mama nya semakin ingin terus menggodanya.
"Sayang, ke kamar dong." Tiba-tiba kepala Papa Vina muncul di antara sela-sela pintu yang membuat Vina dan Mamanya sedikit terkejut.
"Yaudah, selamat tidur sayang." Ucap Mamanya dan mencium kening Vina.
"Selamat malam Ma, selamat malam Pa." Ucap Vina. Setelah melihat pintunya tertutup, Vina pun menarik selimut hingga sebatas lehernya lalu memejamkan matanya.
■■■■■■■

Komentar Buku (63)

  • avatar
    Intan_iu

    sangat best cerita nya pliss tolong lanjut 😭♥

    28/03/2022

      0
  • avatar
    AndiniAndini

    baik bagua

    13/08

      0
  • avatar
    Dump's Kristine

    I like

    08/08

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru