logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

bab 4 kejutan kecil

$ Bab 4
Tak berselang lama, terdengar suara pintu dibuka.
Akupun masih setia dengan posisi membelakangi meja, yang tertutupi oleh punggung kursi sehingga tubuhku tak tampak.
Dering ponsel Mas Galan berbunyi, dia mengangkat telepon itu.
"Iya sayang, kenapa? Kamu sudah belanjanya, kok cepat sekali."
"Oh, ya sudah, selamat bersenang-senang ya! Ok!"
Aku hanya menyunggingkan senyuman dibalik kursi.
Mas Galan hendak duduk, namun dia kaget melihat ada aku aku di balik kursi
"Leni! Kamu ngapain kesini?"
Mas Galan terlihat sangat panik.
Aku hanya mengangkat bahuku dan berkata
"Memangnya kenapa aku kemari? Tidak bolehkah? Kan ini kantorku Mas, kamu harus ingat itu!" sungutku
"Hmm, I—iya, maksud Mas bukan gitu. Kamu kenapa nggak bilang-bilang dulu kalau mau kesini, kan Mas bisa siap-siap nyambut kamu." Mas Galan terlihat sekali dia gugup.
"Aku sengaja mau ngasih kamu kejutan," ucapku santai.
"Tadi telpon siapa? Kok pake sayang-sayang?" tanyaku santai seolah tak tahu apa-apa
"Itu, anu… adik sepupu Mas, dia ulang tahun hari ini. Dan tadi mas ngasih dia hadiah tiket liburan."
"Liburan?" aku bertanya.
"I—iya, liburan di ancol Bersama teman-teman sekolahnya."
Aku hanya menyunggingkan senyuman mendengar jawabannya.
Sejak kapan dia punya adik sepupu yang masih sekolah. Dasar licik!
Tak berselang lama Hp Mas Galan berdering kembali, dia mengambil Hpnya dari saku jas. Mukanya terlihat panik, dan memerah. Namun, panggilan itu ditolak olehnya dan memasukkan lagi Hp itu ke dalam saku Jasnya.
Aku mengamatinya dengan dengan tatapan tak berkedip. Dan ternyata Mas Galan salah tingkah oleh tatapanku.
"Siapa?" tanyaku
"Bukan siapa-siapa, sayang. Hanya orang iseng." Jawabnya
Baru selesai bicara, lagi, Hp Mas Galan berdering.
"Angkat saja, siapa tahu itu penting!" perintahku ke dia.
"Nggak usah, itu hanya orang iseng." Balasnya lagi.
"Orang iseng kok nelpon-nelpon terus, angkat saja!" aku menyuruh dia mengangkat telepon. Akhirnya dia pun mengangkat telepon itu.
"Apa! Tidak bisa Digunakan?! Iya- iya, kamu tunggu di sana ya! Iya, ini segera ke sana."
Mas Galan mematikan teleponnya dan terlihat panik.
Aku seolah tak ingin mengetahui apa yang terjadi padanya. Dalam hati aku pun tersenyum.
"Mas, mau keluar sayang. Ada kerjaan mendadak diluar. Kamu nanti pulang saja ya! Besok boleh kesini lagi." Mas mungkin pulang agak telat nanti malam."
Mas Galan hendak mengecup keningku. Namun ku tolak secara halus, aku mundur dan bertanya.
"Yang nelpon tadikah? Apakah itu masalah kerjaan. Kok kamu kelihatan panik sekali, Mas? Apa ada hal yang akan membuat perusahaanku bangkrut?" sengaja kutekan kata perusahaanku, agar dia sadar diri siapa dia sebenarnya.
Mas Galan terlihat menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Dia terlihat prustasi, dia mengambil Hpnya dan mengetik sesuatu di sana, entah apa akupun tak tau.
Pintu ruangan di ketuk, Juwita masuk dengan sedikit terkejut melihatku ada di sini
"Bu, Le—ni?! Kapan Ibu datang? Kok saya tidak tahu!" tanyanya gugup
Aku mengangkat alis ku satu mendengar pertanyaannya.
"Haruskah saya melaporkan ke kamu saya harus datang ke kantor saya sendiri?!" ketusku.
"Ma —maaf, Buk." Dia menjawab
"Ada apa?"
Mas Galan bertanya pada Juwita.
"Jadwal meeting Bapak bersama Pak Handoko setengah jam lagi akan dimulai pak," Juwita memberi tahu Mas Galan.
"Batalkan saja, saya ada kerjaan yang lebih penting diluar hari ini, saya harus keluar sebentar lagi." jawab Mas Galan.
Aku menganga tidak percaya.
Bisa-bisanya dia membatalkan kerjaan dengan orang penting seperti pak Handoko. Padahal dari dulu aku mengincar kerja sama dengan pak Handoko. Dia seenaknya membatalkan setelah di depan mata.
"Baiklah kalau begitu saya yang akan menghandle meetingnya hari ini. Siapkan berkas-berkas untuk meeting nanti!" kataku santai.
Mas Galan terlihat panik.
"Sayang, Nggak bisa begitu donk. Kan sekarang aku Ceo nya di sini. Orang-orang taunya perusahaan ini dibawah pimpinan ku." jelasnya.
"Dibawah pimpinan bukan berarti aku tidak bisa menghandle meeting di sini Mas! Aku juga berhak donk! Kan ini perusahaan aku!" sungutku dengan tegas.
Mas Galan benar-benar terlihat frustasi dan aku suka melihat itu.
"Juwita, undurkan jam nya, jam 3 mulai meeting. Habis dari luar saya akan memimpin meeting hari ini."
Jelasnya pada juwita.
"Baik, Pak!" jawabnya.
"Jadwal meeting tetap seperti tadi, dan aku akan memimpin meeting hari ini!" aku mengatakan itu pada juwita.
Juwita terlihat menoleh ke Mas Galan namun aku dengan cepat menegaskan untuk dia menuruti kata-kataku.
"Kamu masih mau kerja? Kalau kamu tidak mendengarkan kata saya, saya pecat kamu dengan cara tidak hormat!" sungutku.
Juwita terlihat melirik kembali ke Mas Galan, untuk meminta pembelaan.
"Sayang, kamu nggak bisa begitu donk seenaknya, main pecat karyawan. Kamu sudah hampir dua tahun nggak mengurus ini semua, sekarang tiba-tiba kamu datang ingin mengacaukan semuanya, please Sayang! jangan seperti anak kecil donk," Galan berkata lembut padaku.
"Seperti anak kecil kamu bilang? Kamu saja tidak menjawab pertanyaanku. kamu ada urusan apa di luar sampai-sampai mau batalkan meeting bersama orang yang selama ini aku tunggu-tunggu!" sungutku lagi
Ku lirik dengan sudut mataku, di sana Juwita mengulum senyum, mungkin merasa bangga dia dibela oleh presdir perusahaan ini. Tapi dia lupa bahwa akulah lebih berkuasa daripada Galan.
"kalau begitu menurutmu Mas, baiklah! mulai besok maka aku akan kembali bekerja sebagai presdir perusahaan!" ucapku lantang.
Mas Galan mematung tak beraksi, dia ingin berkata namun tertahan. Kulihat matanya memerah, entah menahan malu atau menahan emosi. Yang jelas aku menunggu apa yang akan dia katakan selanjutnya

Diluar dugaanku.
"Sayang, Mas minta maaf, ya! Mas nggak ada maksud apa-apa. Baiklah hari ini kamu boleh memimpin meeting itu, tapi dengan syarat kamu nggak boleh benar-benar bekerja ya! Hanya hari ini saja mewakili Mas, Ok!" dia berkata dengan penuh percaya diri.
Jujur aku muak melihat mukanya, tapi setelah kupikir-pikir aku harus mengikuti alurnya Galan. aku ingin melihat seperti apa rencananya.
Aku tidak boleh gegabah, aku harus main cantik. Agar bisa menghempaskan dia menjadi gembel!
"Baiklah kalau begitu. Kamu boleh keluar temui kerjaan penting itu. Tapi sebelum jam tiga sore, kamu harus sudah di kantor lagi! Jika tidak, jangan salahkan aku tidak mau menerima syarat darimu, Mas! " kataku tegas
Mas Galan terlihat menelan slavinanya kasar.
Aku menyungging senyum dan bertanya kembali
"Bagaimana Pak Galan?"
"Baiklah, akan Mas usahakan." Jawabnya tak bersemangat.
"Saya permisi dulu, Pak, Buk." Juwita pamit keluar dan menutup pintu.
"Ya sudah, Mas keluar sebentar sayang, ya!" ucap Galan lembut.
Dulu aku selalu terpesona mendengar kelembutannya. Tapi sekarang aku ingin muntah jika mendengar suaranya.
Aku menyungging senyum ketika dia keluar dari ruangan.
Ini baru awal Galan, semuanya masih baru dimulai. Siap-siap aja kamu Mas! Gumanku.

Komentar Buku (182)

  • avatar
    WibowoFaathir

    Ceritanya menarik utk terus d baca...jadiii sll semangat dlm berkarya & sll lbh menarik lagi...MANTAP 👍🏻👍🏻❤

    01/07/2022

      4
  • avatar
    Najmie Suhada Ngah

    mntp

    18/08

      0
  • avatar
    Faiz Kurniawan

    pandi

    15/08

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru