logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

bab 2 bukti perselingkuhan

Bab 2
Pembalasan untuk suamiku yang berkhianat
Setelah siap, akupun memantaskan diri di depan cermin, kulihat pantulan bayanganku di dalam sana, tidak ada yang salah dengan diriku! Aku cantik, bodyku bagus, wajahku juga terawat, lantas apa yang membuat suamiku main serong di belakang?
Kembali aku merasa sesak di dada. Apa yang terjadi dengan rumah tanggaku saat ini?
Aah, sudahlah! Aku harus menemui orang suruhanku. Ku ambil tasku di lemari, yang tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil untuk menambah kesan elegan. Ku sambar kunci mobil, lalu aku bergegas keluar kamar untuk pergi ke tempat tujuanku.
"Mbok!" panggilku dari anak tangga terakhir.
"Iya Non, ada yang bisa Mbok bantu, Non?" tanya Mbok Jum.
"Mbok, saya mau keluar sebentar, ada urusan. Mbok jaga rumah, ya! Jangan sembarang menerima tamu kalau ada yang datang." Pesanku ke dia.
Mbok Jum adalah asisten rumah tangga keluargaku. Dia sudah mengabdi dari aku masih bayi dulu. Setelah menikah, aku mengambilnya dari rumah orang tuaku, dan memboyongnya kemari, karena aku merasa dia sudah seperti orang tuaku sendiri.
Selain Mbok Jum, ada juga Mang Ujang sebagai tukang kebun, Dan pak Kardi Sebagai satpam di rumah ini, semua adalah pekerja dari rumah orang tuaku. Mama tidak percaya jika aku mengambil pekerja baru dari luar, karena belum mengenal orangnya dengan baik.
Karena mereka semua sudah bekerja lama di rumah orang tuaku, jadi, mereka dipercaya menjagaku kembali setelah menikah.
"Baik, Non! Non hati-hati di jalan, ya!" pesannya padaku.
"Iya, makasih ya, Mbok." balasku sambil mencium tangannya pamit.
Mbok Jum, selalu menolak ketika aku melakukan itu. Tapi aku tetap selalu begitu ketika hendak pergi.
Dari dulu aku diajarkan mama untuk menghargai yang lebih tua, apalagi mereka sudah seperti orang tua keduaku.
Siapapun mereka, kalau kenal harus salim pada yang lebih tua, ketika kita bertemu atau pamit. Begitu kata Mamaku mengajariku dari kecil.
Aku keluar rumah, dan masuk ke mobil sportku yang berlogo kuda.
Kulaju mobilku keluar garasi, tidak lupa akupun membunyi klakson ketika sampai di pos jaga.
Pak Kardi pun reflek berdiri membuka pintu gerbang.
Kuturunkan kaca mobilku. Lalu kuberi tahu pak Kardi
"Pak, saya mau keluar sebentar, titip jaga rumah,ya. Jangan asal terima tamu kalau tidak kenal!" pesanku ke pak Kardi.
"Siap, Non!" dia menjawab dengan sedikit membungkukkan kepala.
Akupun menaikan kembali kaca mobil, dan melaju mobilku ke jalan raya.
Jalanan terlihat tidak terlalu ramai, membuat ku bisa sampai ke tempat tujuan dengan cepat.
Ku parkirkan mobilku di depan cafe, dan turun untuk masuk ke dalam.
Sesampai di dalam, ku ambil tempat paling sudut, yang terdapat pembatasan dari tempat lainnya.
Kulirik arloji di lenganku, sudah pukul setengah 12 siang, orang suruhan ku belum juga datang.
Ku ambil ponselku di dalam tas, ponsel berlogo apel digigit itu.
Baru mencari nomornya dan belum sempat di telpon, suara yang tidak asing di telingaku terdengar.
"Maaf, Buk, sudah menunggu lama," ucapnya.
Aku mengangkat wajahku dan melihat dia sudah duduk di kursi yang ada di depanku.
"Hmm … jangan diulangi lagi! Saya paling tidak suka menunggu!" pungkasku.
"Baik, Buk," jawabnya.
"Mana bukti yang kamu bilang itu? Dan hal yang penting itu apa? Cepat berikan ke saya!" ucapku to the point ke intnya.
Jefri mengeluarkan Hp nya, dan memberikan kepadaku. Aku mengerutkan kening dan bertanya.
"Ini, apa?"
"Boleh Ibuk lihat sendiri di sana." Jawabnya.
Akupun meraih Hpnya dan dan membuka video itu. Masih ku lihat dengan seksama, di menit-menit pertama tidak ada yang aneh, sampai pada akhirnya video yang dimaksut itu muncul.
Betapa aku kaget melihat siapa yang ada di video itu. Lebih kaget lagi adalah, ketika aku melihat wanita yang bersamanya di video itu.
Mataku seketika memanas, begitupun dengan hatiku, terasa ada yang menancap ribuan duri.
Sakit? iya! Sangat sakit.
Aku memang meminta Jefri untuk mencari tau tentang Mas Galan, karena belakangan ini aku merasa dia berubah.

Aku memang sudah curiga dia main serong di belakangku. Tapi kenapa disaat aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kenyataannya, justru malah semakin sakit!
Video itu masih berlanjut, ku amati dengan jelas setiap detiknya. Dan, saat sampai pada saat Mas galan membuka salah satu pintu kamar hotel, aku reflek menghempaskan Hp Jefri. Dengan sigap Jefri menangkapnya.
Bulir bening ini mengalir bebas dengan sendirinya, membasahi pipiku. Tak ku hiraukan ada Jefri yang dari tadi menatapku dengan tatapan yang tak bisa ku artikan.
"Menangislah jika itu yang bisa bikin kamu lega," lirihnya
Aku merasa aneh dia menyebutku dengan kata kamu
"Tidak usah sok akrab pakai kata kamu-kamu!" pungkasku.
"Maaf buk, saya lancang," balasnya.
Tak ku hiraukan perkataannya.
"Itu kapan?" tanyaku
"Seminggu yang lalu, Buk." Jawabnya
"Di hotel mana mereka menginap?" tanyaku lagi.
"Itu, hotel Cantika, Buk! yang di kota B. Yang baru diresmikan dua bulan lalu." jawabnya tenang
Aku mengatup gigiku. Bisa-bisanya kau berselingkuh di rumahku sendiri Galan! Apakah dia pikir aku sebodoh itu tidak bisa mengendus kelakuanya.
Siapa sih dia tanpa aku? Awas saja! Akan kubuat kau menyesal telah menabur api di atas pernikahan kita.
"Apakah ibuk tidak ingin bertanya, tentang siapa wanita itu?" tanya Jefri lagi.
"Aku sudah tau, dan aku sangat mengenalnya." Jawabku.
"Hmm, baiklah kalau begitu saya tidak usah repot-repot mencari taunya lagi." Balasnya
"Apakah tugas saya sudah selesai?" tanyanya lagi.
"Sudah.Terimakasih sudah membantu saya, kirim nomor rekening kamu, nanti bayaranmu saya transfer." Kataku pada jefri.

Aku pun menyambar tas hendak keluar cafe.
Baru mau melangkah keluar, langkahku terhenti, aku melihat mobil yang sangat ku kenali masuk ke parkiran. dan reflek aku mundur dan kakiku kesandung kaki kursi.
Aku tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhku. Aku terjatuh, dan langsung ditahan oleh tubuh kekarnya Jefri.
Posisiku membelakangi tubuh Jefri, Jefri menahan bahuku dengan kedua tangannya. Aku menoleh kebalakang, dan mataku dan mata Jefri bertemu. Tiba-tiba jantungku berdetak kencang, aku tersadar dan berdiri.
"Kamu!" sungutku.
"Maaf buk, saya hanya membantu, Anda. Jika tidak saya tahan mungkin Ibuk akan terjatuh, dan membuat keributan disini. Nanti Ibu bisa ketahuan sama suami, Anda!" jawabnya santai.

Aku mendengus, dan langsung mengalihkan penglihatanku keluar.
Pemandangan yang tak ingin kusaksikan terlihat nyata di depan mataku.
Mas Galan bersama dengan Nita, perempuan itu adalah yang ada di dalam video tadi. Dengan mesra Mas Galan mengecup kening Nita, dan melingkarkan tangan kekarnya di pinggang Nita.
Dengan expresi genit pula Nita menyambut perlakuan suamiku itu.
Cihhh! Akan jadi mantan suami! Aku menggeram.
Sebisa mungkin aku menguasai diri agar tidak terpancing.
Mereka berdua masuk kedalam cafe, dan melewati tempat aku dan Jefri. Dan mereka berdua tidak menyadari sedang berada diambang kehancuran.
Next ….

Komentar Buku (182)

  • avatar
    WibowoFaathir

    Ceritanya menarik utk terus d baca...jadiii sll semangat dlm berkarya & sll lbh menarik lagi...MANTAP 👍🏻👍🏻❤

    01/07/2022

      4
  • avatar
    Najmie Suhada Ngah

    mntp

    18/08

      0
  • avatar
    Faiz Kurniawan

    pandi

    15/08

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru