logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Pembalasan untuk suamiku yang berkhianat

Pembalasan untuk suamiku yang berkhianat

Mustika ainel


Bab 1 Awal mula ketahuan selingkuh

Bab 1.
Pembalasan untuk suamiku yang berkhianat
[Buk, saya sudah dapat bukti-bukti yang Ibuk, cari! Kapan kita bisa bertemu?]
Ku baca pesan dari orang suruhanku itu, dengan senyum yang tak bisa kutahan.
[Ok, baik. Besok jam sepuluh datang ke tempat kemarin kita bertemu.] Pesan itu terkirim.
Ku taruh HP itu kembali ke atas nakas.
Aku mendengar suara mobil masuk ke pekarangan rumah. Kulihat dari atas balkon ternyata dia sudah pulang. Kulirik arloji di tanganku.
Waktu sudah pukul 20:45 menit.
Hmm.
Ini bukan kali pertama dia pulang larut malam. Dia selalu beralasan bahwa banyak lemburan di kantor.
Ok! kita lihat apakah kali ini alasannya juga sama.
Aku turun kebawah untuk menyambut suamiku pulang.
Baru beberapa turun anak tangga, kulihat Mas Galan masuk, dengan wajah sumringah. Aku mengerut dahiku. Apa yang terjadi dengannya? Pikirku.
Dia belum menyadari aku mengamatinya dari sini. Dia masuk dan menutup pintu.
Mbok Jumi, Asisten di rumah tanggaku menghampirinya, mengambil tas kerja dan jas Mas Galan.
Mas galan berlalu masuk ke ruang kerjanya, dia tidak naik ke atas, membuatku semakin bingung dengan sikapnya. Dia masih tidak menyadari aku ada di tangga, sengaja aku tidak menyapa untuk melihat reaksinya.
Aku mengikuti mas Galan ke ruang kerjanya.
Baru sampai di pintu yg hendak ku ketuk, aku dengar Mas Galan berbicara dengan seseorang lewat telepon. Ku tajamkan pendengaran untuk memastikan apa yang yang dibicarakan dengan seseorang di seberang sana.
"Iya, Sayang! Mas juga kangen bangat sama kamu! Padahal kita baru saja beberapa menit yang lalu berpisah." Ucapnya di dalam sana, entah siapa wanita itu.
"Iya, besok kita ulangi lagi, Ya! Kamu memang bisa bikin mas gila, Mas rasanya nggak tahan jauh-jauh dari kamu. Pengen secepatnya bisa nikahin kamu!"
"...... "
"Sabar sayang, tunggu sebentar lagi, ya. Tunggu semuanya sudah beralih ke atas nama Mas. Nanti Mas janji akan nikahin kamu."
Seketika aku membungkam mulutku. Kakiku bergetar hebat. Rasanya tulang-tulang persendian aku mau copot. Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang kudengar.
Dengan tenaga yang tersisa kulangkahkan kakiku menuju kamar.
Kuhempaskan tubuhku diatas ranjang, kutarik selimut untuk menutupi tubuhku. Rasanya saat ini aku hanya ingin tidur, untuk melupakan semua rasa yang tak karuan ini.
Ku dengar pintu kamar dibuka, itu pasti Mas Galan. Aku memilih untuk pura-pura tidur. Kudengar langkah kakinya mendekat. Dia mengusap kepalaku lembut, dan mencium kepalaku, dia juga mencium bibirku sekilas.
"Mimpi indah, Sayang." Ucapnya.
Rasanya aku benar-benar jijik disentuh olehnya saat ini. Mengingat lagi apa yang kudengar di ruang kerjanya tadi.
Dia masuk kamar mandi, segera kubuka mataku pelan, dan kudengar suara air shower telah menyala di dalam. Itu tandanya dia sedang mandi.
Dengan cepat kuambil Hp Mas Galan, yang ditaruhnya di atas nakas. Jariku berselincah diatas benda pipih itu.
Aplikasi yang pertama kubuka adalah telepon. Kulihat panggilan terakhir di situ, Joni.
Joni adalah orang kepercayaan Perusahaan, yang saat ini dikelola sama Mas Galan.
Aku beralih ke aplikasi warna hijau yang berlogo telepon itu.
Kulihat chat dari atas sampai bawah, Semuanya tidak ada yang mencurigakan.
Hmm. Ternyata kamu mainnya rapi Mas! Ok, kita lihat sampai mana bisa menyembunyikan semuanya.
Akhirnya, ku taruh kembali Hp itu di atas nakas karena tidak menemukan jawaban.
Kerebahkan kembali tubuhku dengan posisi seperti tadi agar tidak mencurigakan mas Galan.
Baru merebahkan tubuh, kudengar ada notifikasi masuk ke Hp Mas Galan. Aku ingin melihat siapa yang mengirim chat malam-malam seperti ini. Namun kuurungkan karena mendengar pintu kamar mandi dibuka.
Kembali mencoba tidur meskipun dengan kepura-puraan. Kulihat Mas Galan mengambil gawai nya, dengan sedikit mengintip terlihat Mas Galan tersenyum.
Dia fokus ke Hpnya. Terus dia mengambil posisi berbaring disampingku. Dia masih asik dengan gawainya dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya.
Aku menggeliat, mencoba merubah posisi tidurku. Mas Galan reflek menaruh Hpnya di bawah bantal. Dan berpura-pura tidur.
Aku yang melihat itu hanya bisa menyerngitkan dahi.
Aku lalu memunggungi Mas Galan. Dasar laki-laki aneh.
******
Pagi menyapa dengan sangat indah, cahaya matahari masuk melalui celah jendela yang tertutup hordeng.
Kulirik jam di atas nakas sudah menunjukan pukul enam pagi.
Disampingku, Mas Galan masih pulas.
Ku tepuk-tepuk pundaknya untuk bangun.
"Mas, bangun! Sudah siang!"
Galan membuka matanya, dan melihatku.
Aku langsung turun dari tempat tidur, dan masuk kamar mandi.
Sengaja tidak ingin mengajak bicara seperti sebelum-sebelumnya.
Karena saat ini aku sudah jijik untuk melakukannya.
Setelah itu aku pun turun kebawah untuk sarapan
Sengaja ku abaikan Mas Galan. Rasanya hatiku tidak bisa berbohong untuk itu. Sakit? Iya jelas! ada rasa itu aku rasakan saat ini.
Sesampainya aku di meja makan, kulihat mbok Jumi sedang sibuk di dapur.
"Mbok, tolong bikinin susu hangat ya, Mbok?" perintahku.
"Iya, Non." jawab Mbok Jumi.
Tidak lama kemudian Mbok Jum datang dengan dua gelas susu hangat.
"Sarapannya mau apa, Non?" tanya Mbok Jumi padaku.
"Nasi goreng keju saja, Mbok! Telur nya mata sapi, ya!" perintah kepada mbok Jumi
"Baik, Non." Jawab Mbok Jumi.
Lagi menyeruput susu hangat, tiba-tiba ada belaian tangan di kepalaku. Dan kecupan kecil itu mendarat di dahiku.
"Selamat pagi, Sayang!" Mas Galan menyapaku seperti biasa.
Jika sebelumnya perlakuan manis Mas galan membuatku selalu merona dan tersanjung. Tapi tidak kali ini! Aku sadar sekarang apa yang dia lakukan adalah untuk menutupi apa yang dia lakukan di luar sana.
Aku hanya tersenyum kecut yang sangat ku paksakan.
Mas Galan menyadari perubahanku.
"Kamu kenapa, Sayang?" tanyanya
"Nggak papa," sahutku.
"Kamu, sakit?" mas Galan menempelkan tangannya di dahiku.
"Nggak, aku nggak papa, kok! Hanya kecapean saja," pungkasku
Mbok Jum akhirnya datang dengan dua piring nasi goreng hangat.
Aromanya benar-benar bikin aku lapar.
Dengan sigap kuhabiskan nasi goreng itu, hanya butuh beberapa menit nasi itu tandas.
Aku tidak peduli dengan tatapan Mas Galan. Setelah makan, aku naik ke atas untuk mandi. Karena mau ketemu dengan orang suruhanku kemarin.
Aku hendak berdiri, suara bariton suamiku itu menghentikan langkahku.
"Leni, kamu mau kemana?"
Aku pun menoleh.
"Mau ke atas! Kenapa?"
tanyaku
"Kamu beneran nggak papa, kan? Kalo kamu sakit kita ke dokter, ya!" ucapnya.
Kalo dulu aku pikir ini adalah perhatian. Tapi sayang, aku sudah tidak luluh lagi.
"Tidak, usah! Aku hanya kecapean, nanti juga enakan. Kamu hati-hati ya, berangkat kerjanya!" ucapku.
Meskipun itu terpaksa.
Tapi aku tidak lagi mau mencium tangannya seperti biasa.
Aku pun berlalu meninggalkan Mas Galan yang sendirian menghabiskan sarapannya.
Jika hari-hari biasanya aku selalu melayaninya dengan baik, kerja aku antar sampai pintu. Dan menyalami tangannya. Namun sekarang aku jijik untuk melakukan itu.
Next ….

Komentar Buku (182)

  • avatar
    WibowoFaathir

    Ceritanya menarik utk terus d baca...jadiii sll semangat dlm berkarya & sll lbh menarik lagi...MANTAP 👍🏻👍🏻❤

    01/07/2022

      4
  • avatar
    Najmie Suhada Ngah

    mntp

    18/08

      0
  • avatar
    Faiz Kurniawan

    pandi

    15/08

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru