logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 6 Ratu Drama

"Ada apa ini?" tanya Bi Zulfa yang terlihat buru-buru menghampiri dua orang yang sedang membuat keributan.
"Ini Bi ada penyusup di rumah kita, berani-beraninya ya kamu masuk ke rumah kami!" Aletta terus saja menghujani lelaki itu dengan pukulan.
"Stopp! Aku bukan penyusup!" teriak lelaki itu mencoba menghindar dari amukan Aletta. Ia berlari untuk menghindari serangan dari Aletta. Bukannya nyalinya ciut. Tapi, ia tidak ingin melawan perempuan.
'Duh, kok jadi gini sih," batin Bagas dengan wajah pucat.'
"Kalau bukan penyusup apa namanya? Penjahat? Sembarangan masuk rumah orang! Bagas mending usir saja orang ini dari rumahku!" titah Aletta.
"Sudah-sudah Aletta, jangan usir orang sembarangan," ucap Bi Zulfa.
"Sembarangan gimana Bi? Wajar dong Bi. Dia ini bukan orang yang kita kenal sama sekali. Ngapain coba di sini kalau bukan ada apa-apanya!"
"Bagas cepat usir jangan diam disitu saja!" teriak Aletta melotot ke arah pemuda yang tak mampu mengeluarkan satu patah kata pun.
"Maaf Non, sebenarnya… dia adalah Reyhan. Dia punya tugas menjadi pengawal pribadi non Letta, jadi dia sama sekali bukan penyusup. Reyhan ini sahabat karib saya," ucap Bagas tersenyum tipis.
"Hah! Pengawal pribadi? Aletta gak mau Bi! Aletta bisa jaga diri!" sahut gadis itu tak percaya. Ia menatap tajam ke arah  Reyhan.
"Kalau bukan karena perlu kerja sebenarnya juga ogah! Ngejagain perempuan menye-menye ga jelas." Nada Reyhan pelan, namun masih bisa didengar Aletta.
"Ngomong apa hah!" bentak Aletta.
"Aletta jaga sikap!" ucap Zulfa.
"Bi… kok bibi malah bentak Aletta." Mendadak mata Aletta berembun karena dibentak pengasuhnya itu. Ia berlari ke kamar. Tangisnya pecah terdengar di telinga ketiganya.
"Bi, maafkan sahabat saya. Bilang juga pada Nona Aletta, kami minta maaf," ucap Bagas menundukkan badannya.
"Gak apa-apa, ini juga salah Aletta yang terlalu cepat bertindak tanpa pikir panjang. Nak Reyhan, perkenalkan saya Bi Zulfa. Senang berkenalan dengan kamu, saya harap kamu dapat memaklumi sifat Aletta. Apalagi kalian akan sering bersama nantinya." Senyum merekah ditunjukkan perempuan paruh baya itu ke arah Reyhan.
Akan sering bersama?
Deg!
Kata itu tiba-tiba saja membuat hati Bagas retak.
"Saya juga senang berkenalan dengan anda, Bi Zulfa." Reyhan tersenyum manis. 
Zulfa kemudian menuju kamar Aletta.
***
"Letta, boleh Bibi masuk." Sekarang Zulfa tepat di depan pintu kamar gadis berkulit putih itu. Tampaknya gadis itu sedang marah. Ia tidak menjawab ucapan Zulfa sama sekali.
Hal itu membuat Zulfa khawatir kepada anak majikannya itu. Perlahan derit pintu berbunyi. Zulfa yang berhasil membuka pintu, gegas masuk.
Perempuan paruh baya itu menghampiri Aletta yang sedang menangis sesegukan di tepi ranjang. 
"Letta, maafkan Bibi ya, Bibi enggak bermaksud kasar. Bibi hanya sedikit kesal pada sikapmu. Kamu gak boleh nuduh tanpa bukti begitu sayang." Zulfa membelai rambut Aletta.
Aletta bergeming. Ia tidak ingin menatap wajah pengasuhnya itu lagi.
"Baiklah kalau Aletta masih marah, Bibi gak memaksa Aletta untuk memaafkan Bibi. Tapi, jika Aletta mau memaafkan Bibi. Nanti malam ayo kita pergi makan, nak! Siap-siap jam 07.00 malam ya. Ada hal yang ingin bibi sampaikan padamu."
"Apa?" tanya Aletta yang masih cemberut.
"Nanti saja, jam 07.00 malam bibi kasih tahu ! Sekarang lebih baik kamu istirahat terlebih dahulu."
Aletta hanya mengangguk tanda menurut.
***
Di kamar Bagas.
"Rey, jangan bikin ulah di sini. Bagaimana bisa kamu keluar dari kamar ini? Tiba-tiba saja malah bertengkar dan bikin keributan?" tegas Bagas.
"Aku sama sekali gak bikin ulah. Aku hanya lapar ingin mencari makan di dapur. Lalu bertemu perempuan manja itu!" ucap Reyhan membela diri.
"NAMANYA ALETTA, panggil dia Nona Aletta!"
"Baiklah!" Reyhan mengangguk malas.
"Kenapa gak  telepon aku saja jika lapar?"
"Baterainya habis. Terus lupa naruh chargernya. Mau nyari kamu malah gak ketemu-temu." Reyhan nyengir.
"Dasar pikun! Nih pinjam chargerku saja, aku mau pergi dulu, mau cari Bi kiyem atau Bi Ijum."
"Siapa lagi itu?" tanya Reyhan.
"Pelayan dalam urusan dapur!" sahut Bagas bangkit dan menuju pintu kamar untuk keluar.
"Ooo." Mulut Reyhan membentuk huruf O. Lalu ia merebahkan tubuhnya lagi di atas kasur empuk. Matanya kemudian terpejam. Entah kenapa, terlintas dalam bayangannya Ibu dan Raisa.
'Baru beberapa jam tidak bertemu mereka, sudah rindu saja diri ini,' ucap pria itu dalam hati.
***
"Bi Zulfa," teriak Bagas tidak sengaja mereka bertemu.
Zulfa menghentikan langkahnya.
"Gas, kebetulan ada kamu. Bi Zulfa mau tanya sesuatu. Apa kamu yakin lelaki yang bernama Reyhan itu bisa menjaga Aletta. Bibi rasa... baru pertama kali saja mereka bertemu, Aletta terlihat sudah gak suka dengannya. Gimana dia bisa jadi bodyguardnya Aletta?" Zulfa tampak berpikir
"Bibi tenang saja. Aku yakin Reyhan bisa mengatasi nona Aletta. Reyhan itu sahabat  karibku sewaktu SMA. Dijamin orangnya baik Bi,'' ucap Bagas meyakinkan.
"Syukurlah Bibi jadi lebih tenang. Panji sudah tahu bahwa Reyhan yang jadi bodyguard putrinya?"
"Sudah Bi, kira-kira seminggu yang lalu kami sudah bicara melalui telepon, dan tuan Panji gak keberatan kalau Reyhan yang jadi bodyguard nona Aletta. Lagipula, dulu kami juga sering ikut bela diri sama-sama. Reyhan selalu juara dalam bela diri. Pokoknya, bibi tenang saja."
"Baguslah, kalau begitu ajak Reyhan jam 07.00 malam, makan malam bersama, sebagai tanda dia sudah diterima di sini." Senyumnya.
"Astaga! Untung bibi membahas makanan. Aku lupa, Aku ingin mencari Bi Kiyem untuk di masakan sesuatu untuk Reyhan, dia pasti sudah lama menunggu," ucap Bagas.
"Ya sudah sana!" ucap Zulfa. Bagas pun balik badan mencari pelayan yang menjadi tujuannya.
"Pemuda itu memang jiwa sosialnya tinggi sekali, " lirih Zulfa. Senyum terukir indah dibibir merah Zulfa melihat Bagas yang sudah jauh dari tempatnya berdiri.
***
"Sudah siap sayang?" Zulfa tersenyum dengan penampilan Aletta malam ini. Dia sangat cantik sekali dengan dress putih yang baru saja di belinya untuk acara makan malam yang dibatalkan sepihak oleh Ayahnya.
"Ya," singkatnya. Sepertinya Ia masih kesal dengan Zulfa atas kejadian siang tadi.
"Ayo pergi."
***
"Ngapain sih pakai jas segala kaya mau ke kantor aja, padahal cuma makan doang!" protes Reyhan dia tampak risih dengan pakaian yang digunakannya. Lelaki itu terbiasa hanya memakai kaos oblong. Paling mewah juga hanya batik itu juga untuk acara kondangan.
"Jangan banyak protes! Mending biasakan pakai jas. Karena pakaian ini gak hanya satu kali dipakai. Tapi, sesering mungkin terlihat formal dan rapi. Apalagi sebentar lagi kamu akan jadi bodyguard. Buktikanlah kualitas kerja yang mempuni. Walau sebenarnya aku kurang yakin!" Tawa renyah ditunjukkan Bagas di depan Reyhan.
"Emm baiklah bos!"
***
"Kami sudah siap Bi." 
Zulfa dan Bagas memang sengaja bertemu di depan pintu rumah.
"Bi apa-apaan ini, kok penyusup-" Aletta tampak terpana melihat Reyhan yang sudah telihat segar.  Ditambah setelan jas berwarna hitam menambah kesan plus di mata Aletta.
Namun, perempuan itu segera sadar satu hal bahwa lelaki yang tampan dihadapannya itu hanyalah penyusup yang menyamar jadi bodyguardnya.
"Bi untuk apa lelaki itu ikut kita makan?" lirih Aletta pada bibinya yang menggandeng tangan perempuan itu menuju ke mobil.
"Letta, namanya Reyhan. Dia bukan penyusup tapi bodyguard pribadi kamu."
"Bi aku gak mau punya bodyguard pribadi!"
"Kalau mau protes, protes saja ke Ayahmu dia yang menginginkannya." 
Aletta mendengus kesal di depan mobil. Ia tidak berani bicara dengan ayahnya, apalagi dia baru saja kecewa pada lelaki itu.
"Ayo masuk nak," ucap Zulfa yang sudah berada di dalam mobil.
Aletta pun masuk dengan wajah ditekuk.
Sementara Reyhan bersama Bagas sudah menduduki kursi depan. Kali ini Reyhan tak banyak bicara. Dia tampak sedang malas menghadapi ratu drama seperti Aletta. 
Apalagi baru saja sahabatnya menasehati. Apa pun yang dikatakan nona Aletta walau itu kasar jangan pernah dimasukkan ke hati. Kalau di masukkan ke hati. Nanti jadi penyakit. Kalau ada penyakit yang ada makin menjadi beban keluarga bukan meringankan beban keluarga.
Itulah yang menyadarkan Reyhan, satu lagi dia sangat butuh pekerjaan ini. Jika dia berulah lalu dipecat. Pasti yang kena dampak bukan hanya ia saja. Ibu dan Raisa juga ikut merasakannya.

Komentar Buku (91)

  • avatar
    Momz Brio

    bagus cerita nya

    22/07

      0
  • avatar
    WahyuningsihNita

    Bagus ceritanya gk muter2👍

    29/04

      0
  • avatar
    Ade Priatna

    terimakasih

    17/06/2023

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru