logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

bab 9. kedatangan Shilla

******
Saat pulang kerja nampak Rumah begitu ramai dengan obrolan para wanita.
"Assalamu alaikum," salamku saat akan memasuki rumah kontrakanku.
"Waalaikum salam,"
"Eh Laila datang, gimana kabarnya mbak Laila?" ucap si Shila dengan sok cantik dengan pakaian serba kurang bahan.
"Hai Shila, apakabar nih? Lama gak lihat kamu setelah kami menikah," ucapku tetap santai menahan amarah.
"Aku baik Mbak Lai, emmm Mbak Laila udah tau kan niat Ibu mertua Mbak Laila mengundangku kemari?" tanya Shila penuh percaya diri.
"Oh itu, pasti tau donk," ucapku santai.
"Trus bagaimana dengan Mbak Laila?" tanya Shila yang nampak bahagia.
"Ya mau gimana lagi Shil, aku udah bikin persyaratan sama Mas Rizwan jika mau menikahi kamu. Tenang aja gak akan menyulitkan siapapun kok."
"Jadi beneran nih, aku bisa menikah dengan Mas Rizwan?" Shila nampak tak percaya.
"Iya Shil, tapi hati - hati dengan mereka ya. Mbak berharap kamu betah aja," bisikku kepada Shila. Ada maksud sedikit sih. Hihihi
"Ma maksudnya apa Mbak?" Shila mengkerutkan keningnya tanda kurang paham.
"Jangan kamu pengaruhi Shila! Bilang aja kamu iri karena Rizwan akan menikah dengan Shila!" bentak Ibu mertua.
"Owww wooowwww maaf Ibu mertua, saya tak ada tuh rasa iri. Yang ada malah kasihan sama Shila," sengaja kubuat mereka tegang.
"Maksud Mbak Laila apa Bu?" tanya Shila semakin bingung.
"Gak usah bingung gitu, Laila emang iri sma kamu," kata Mbak Rina melotot ke arahku.
"Jangan melotot gitu nanti bola matanya melompat loh, kan nakutin nanti," ucapku membuat Mbak Rina kesal.
"Mbak Lai, aku gak ngerti deh," kata Shila dengan polosnya.
"Nanti juga kamu tau Shil, Shila udah bersedia menikahi Mas Rizwan jadi Shila juga harus siap dengan semuanya," ucapku membuat Shila semakin berfikir.
Biarin aja Shila, mau dinikahkan menjadi yang ke dua kok mau aja. Emang enak punya keluarga begini.
******
Saat masuk kamar terlihat Mas Rizwan tidak begitu gembira
"Assalamu alaikum."
"Waalaikum salam, kamu sudah pulang Lai". 
"Kenapa masih di kamar, ada Shila di luar kan kasihan jika Mas Rizwan gak menemani dia," sengaja kupancing dia agar berbicara mengenai perjodohan ini.
"Aku tak yakin, aku ingin mundur Lai," nampak lesu hang tergambar di wajah Mas Rizwan.
"Loh kenapa? Kamu gak bisa gitu donk, apa kamu akan jadi anak durhaka?"
"Lai kenapa kamu malah memperkeruh pikiranku sih?" Mas Rizwan nampak heran denganku
"Mas Rizwan, aku udah bilang dari awal semenjak perjodohan kamu dengan Shila udah membuatku bahagia, setidaknya aku bisa lepas dari suami pelit," Mas Rizwan mengerutkan dahinya.
"Apa kamu bilang? Aku pelit?" Tanya Mas Rizwan
"Masak gak nyadar, udah deh segera temui Shila di depan. Kalau udah fix setuju segera talak aku," mendadak pias wajah Mas Rizwan.
"Apa kamu akan pergi dariku?"
"Mas, kamu ini gak peka - peka deh. Aku kan emang gak diharapkan di sini jadi ngapain aku mempertahankan Rumah tanggaku seperti ini, lagian kamu sendiri juga gak bisa mengayomiku. Buat apa ada suami jika gak bisa mengayomi dan mencukupi kebutuhan?" Jawabku membuat Mas Rizwan semakin pias.
"Lai, bantu aku untuk membatalkan niat perjodohan ini dengan Shila. Sebagai gantinya tiap bulan aku berikan semua gajiku dan kamu yang berhak mengaturnya," ucap Mas Rizwan.
"Penawaran sudah berakhir Mas, aku udah gak mau mempertahankan Rumah ini lagi. Ya untung saja belum ada anak jadi aku bebas pergi darimu atas permintaan kelurgamu," sengaja ku ungkit agar dia semakin sadar dan tegas menjadi seorang laki - laki.
"Bantu aku Lai, pliss," mohon pria itu.
"Maaf Mas, aku sudah siap lahir batin untuk berpisah denganmu. Ini semua untuk kebaikan bersama. Mas Rizwan akan tetap menjadi anak berbakti dan aku juga bisa tenang tanpa hinaan tiap hari yang dilontarkan keluarga kamu Mas, seandainya kamu tahu perasaanku pasti kamu akan menjadi membelaku Mas, tapi ternyata kamu bukanlah pria tegas membuatku ingin pergi darimu," terangku.
Bernapas kasar dan mengusap rambutnya itu yang dilakukan setelah mendengarkan keluh kesahku.
"Lai, jika ini memang maumu baiklah aku kabulkan. Tapi berikan waktu 14 hari untuk tetap bersama denganmu setelah itu akan ku tunaikan permintaanmy," permintaan dari Mas Rizwan
"Permintaan keluargamu yang pasti Mas, aku hanya ikut aja," ucapku membuat Mas Rizwan nyengir.
"Baiklah, aku akan menemanimu selama 14 hari setelah itu segera tunaikan tapi dalam 14 hari jangan biarkan Ibu dan kakakmu ke rumah ini. Biarkan aku fokus menemanimu 14 hari," Syarat yang ku lontarkan kepada Mas Rizwan.
"Baiklah, Lai. aku sangat berharap sekali kau mampu bertahan di sisiku," Mas Rizwan terlihat tulus namun aku sendiri tak mau terlalu percaya dengannya. Ketidakjujuran soal nafkah ditambah kepelitannya membuatku ingin pergi darinya.
'aku mau lihat, seberapa kuat dirimu mampu bersikap tegas di depan keluargamu' batinku. Aku tak mampu mengutarakannya, takut suamiku tersinggung.

Komentar Buku (432)

  • avatar
    umairahaida

    greget puas sama ceritanya wkwk

    20/05/2022

      3
  • avatar
    Elsa Cinmapa Ciebarani

    cerita yang sangat bagus dan sangat memotivasi, untuk bisa memilih pasangan yang bisa bertanggung jawab untuk keluarga.

    11/01/2022

      0
  • avatar
    MahdaviYusuf

    Menurut saya, novel ini sangat menarik dengan alur cerita yang begitu penuh dengan kehidupan yang tidak adil sang istri dengan perlakukan Mas Rizwan dan ibu mertua

    10/01/2022

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru