logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

bab 8. butuh aku? no!

*****
Pagi hari saat akan berangkat kerja
"Nih Mas, diminum jahenya dan aku berangkat kerja dulu," sebelum berangkat aku terlebih dahulu mencium takdzim punggung tangan Mas Rizwan.
"Kamu gak mau nemenin aku di Rumah Lai? Aku sakit loh," sepertinya mas Rizwan tak mau aku tinggal di rumah.
"Kalau sakit inget aku kalau banyak uang inget sama saudara dan ibunya. Aku telpon ibu sama mbak Rina aja lah, biar jaga kamu Mas. masa mau enaknya doank," ucapku dan segera menelpon mereka berdua.
"Kamu kok gitu sih suamimu lagi sakit loh," mas Rizwan terkejut mendengar ucapanku.
"Apa Mas Rizwan lupa jika hari ini kamu akan dipertemukan dengan Shila. Kamu kan mau dijodohkan dengannya. Jadi apa pentingnya aku di sini Mas?" tukasku. Meski hati ini menangis namun tetap aku tahan.
"Laila apakah kamu setuju dengan perjodohan ini?" tanya mas Rizwan padaku.
"Mau nikah lagi atau enggak, gak ada pengaruhnya denganku Mas, toh aku lebih bahagia jika aku bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhanku," ucapanku membuat Mas Rizwan mendadak pias.
"Maksudmu apa Laila? Kamu akan meninggalkan aku?" tanya mas Rizwan.
"Loh kok aku? Bukannya ibumu dan kakakmu yang pengen aku pergi darimu? Sampai sampai jatah bulananku pun sangat mengenaskan. Jadi apa pengaruhnya kamu buatku?" ucapku semakin kesal mengingat perbuatannya.
"Kamu sangat matre sekali," ketus mas Rizwan.
"Aku matre? Realistis aja lah Mas. Kamu tiap bulan ngasi aku bulanan 1.500.000 tanpa tau pengeluaran yang sebenarnya. Bahkan aku rela jadi buruh cuci, Mas. Untuk menutupi kekurangan uang dari kamu. Kamu pernah tanya gak sih apakah cukup atau tidak! Gak kan? Kamu malah lebih mementingkan kekurangan keluargamu dari pada istrimu sendiri," semakin kesal diriku ketika dibilang matre.
"Tapi mereka keluargaku Lai," jawaban klasik dari mas Rizwan.
"Tidak bisakah bersikap adil? Gak kan? Ya sudah jika ada apa - apa kamu ke ibumu saja. Apa kamu gak ingat semalam kamu sakit aja masih mikir perjodohanmu dengan orang kaya bukan malah merawat kamu Mas," mengingat semalam rasanya ingin ku bejek - bejek.
"Tapi kamu istriku dan wajib melayani ku," mas Rizwan masih tak mau mengalah.
"Istri yang kau dzolimi, sudah ah aku gak mau berdebat denganmu. Aku mau kerja Assalamu alaikum," ucapku setelah mencium punggung tangan mas Rizwan dan pergi bekerja. Lebih nyaman di tempat kerja dari pada di rumah.
Gemees rasanya, enak aja pelit sama aku tapi kalau ada sakitnya minta ke aku. 
Aku jadi jahat? Pastinya biar mereka semua paham jika sikapnya salah
******
"Lecek amat Lai," celetuk Rosi yang sedang asik bermain ponselnya.
"Hmmm biasa tuh orang mau enaknya aja. Lagi sehat aja rela bertengkar sama aku demi keluarganya giliran sakit aja keluarganya sepertinya keberatan merawat Mas Rizwan," jawabku membuat Rosi heran apa yang terjadi padaku.
"Maksudmu Rizwan sakit?" pungkas Rini.
"Iya, semalam dengan bangganya Ibu mertua mau jodohkan dia dengan Shila tapi giliran sakit pada melempem."
"Udah udah, Lai kamu dicariin Pak Doni tuh. Keknya Pak Doni bawa sesuatu buat elo deh," aku khawatir jika pagi - pagi sudah dicari si bos. Takut jika ada kesalahan dalam pekerjaan.
"Paling juga berkas buat proposal lagi," ucapku ngasal untuk menutupi kegugupanku.
"Semoga aja lamaran, kan sepertinya elo bakal jadi jendes," seloroh Rosi menjadikanku bahan tertawaan.
"Apa apaan sih kalian ini. Ngaco ah," segera kutepis candaan mereka.
Ceklek
"Laila segera ke ruangan saya," tiba - tiba pak Doni memanggilku, ucapan Pak Doni seperti robot membuatku ingin tertawa.
Semoga siapa saja yang jadi istrinya bisa sabar menghadapi manusia Robot masa kini. Hahahahahah
"Permisi Pak, ada yang harus aku kerjakan?" tanyaku ketika sudah berada di ruangannya.
"Ada kue pemberian teman. Silahkan kamu makan dan segera selesaikan proposal ini," Pak Doni memberikan sekotak kue padaku beserta file untuk dijadikan proposal.
"Terimakasih, Pak," ucapku dan segera ku keluar untuk kembali bekerja.
"Ehmm dapat apa an tuh?" Rosi sepertinya sudah ingin meledekku.
"Noh berkas untuk Proposal," jawabku dan memperlihatkan map berisi berkas bahan Proposal
"Yang itu sebelahnya," seloroh Dina. emang deh mata mereka sangatlah tajam jika aku sudah bersama pak Doni.
"Owh kue dari Pak Doni katanya sih pemberian dari temannya. Di makan yuk kuenya kayaknya enak dan mahal nih," kuulurkan sekotak kue pada teman - teman.
"Sekarang kue siapa tau besok besok cincin. Upsssss," timpal Rini membuatku salah tingkah. Memang kusadari pak Doni sedikit berubah.
"Gak usah aneh aneh deh, lagian siapa juga yang mau sama manusia Robot kek gitu. Aku kesini hanya bekerja gak lebih dari itu," tandasku pada mereka.
"Awas loh kemakan omongan sendiri," ucap Rosi meledekku lagi.
"Lagian siapa juga yang mau sama manusia robot," seloroh Dina menirukan omonganku.
"Kalian ini, udah ah aku mau kerja dikejar deadline nih," pungkasku agar mereka tak menggodaku lagi.
"Iya, iya nyonya sekretaris silahkan bekerja," tukas Rosi.
Ceklek
"Laila jika proposalnya sudah selesai silahkan masuk ke ruangan saya," ucap Pak Doni.
"Baik, pak!" jawabku. Kemudian pak Doni kembali ke ruangannya.
"Hmmmm.. semenjak elo gabung lagi di perusahaan ini pak Doni kek sering manggil elo deh. Gak kayak Sekretaris yang dulu, lebih sering dianggurin. Bahkan proposalnya aja dikerjakan pak Doni sendiri. Heran gue sama pak Doni, padahal sekretarisnya itu masih single semua loh," tukas Rini. Heran juga sih sebenarnya, apa pak Doni tak tertarik salah satu diantara mereka.
"Udah gak usah bergosip deh dari pada ku sumpal pakai kue loh!" kuhentikan pembicaraan mereka mengenai pak Doni. Takut jika sampai kedengaran sampai ke telinga pak Doni.
"Eh tapi beneran kok Lai, semenjak ada kamu, pak Doni jadi kek gimana gitu. Syukur syukur kalau kamu bercerai dari lelaki pelit itu," ucapa Rosi membuatku ingat dengan perlakuan mas Rizwan padaku.
"Hmmmm semoga saja Mas Rizwan berubah sejak kejadian semalam," ucapanku masih terlihat ada perubahan pada suamiku.
"Rizwan kek gitu aja masih diharepin Lai, udah sama pak Doni aja," seloroh Rosi.
"Aneh - aneh aja, kamu gak kasian sama aku jika harus berpasangan dengan manusia robot? Haduhh bisa mati gaya aku," sejenak membayangkannya saja sudah menakutkan.
"Udah ah! aku mau kerja takut ada meeting mendadak bisa berabe kalau kerjaanku belum selesai," ucapanku membuat mereka berhenti ngobrol lagi saat bekerja.

Komentar Buku (432)

  • avatar
    umairahaida

    greget puas sama ceritanya wkwk

    20/05/2022

      3
  • avatar
    Elsa Cinmapa Ciebarani

    cerita yang sangat bagus dan sangat memotivasi, untuk bisa memilih pasangan yang bisa bertanggung jawab untuk keluarga.

    11/01/2022

      0
  • avatar
    MahdaviYusuf

    Menurut saya, novel ini sangat menarik dengan alur cerita yang begitu penuh dengan kehidupan yang tidak adil sang istri dengan perlakukan Mas Rizwan dan ibu mertua

    10/01/2022

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru