logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 4 Cinta Seorang Sepupu

CHAPTER 4~
"ASTAGHFIRULLAH, KAK BINTANG NGAPAIN???" teriak gadis itu heboh sambil menutupi kedua mata balita perempuan yang digendongnya.
Bintang buru-buru menjauh dari Freya, lalu membela diri, "Ya Allah! Syahla, ini bukan seperti yang kamu lihat!"
"Hoh, mengakulah! Aku laporin ke Pak Emir ya!" ancam Syahla jahil, padahal dia tidak akan setega itu.
"Iss, Syahla!" sebal Bintang pada babysitter (pramusiwi) yang menjaga dan mengasuh anak semata wayang Emir yang berusia 3 tahun. Ya, anak kandung Emir dari mendiang istri yang sudah meninggal.
Karena Bintang lengah, Freya segera kabur dari kurungannya.
"Hoy! Mau lari ke mana, Bebek!" kejar Bintang.
"Ga akan kukembalikan sebelum dikasih nomor telepon!" teriak Freya menerobos pintu keluar daerah istimewa Aljazari.
Syahla menggelengkan kepala melihat Bintang mengejar gadis berbaju bebek itu. "Kita masuk aja yuk, Ecca. Mau ketemu Papa, kan?"
"Paaa-pa!" respons Ecca--balita itu--tidak sabar bertemu Papanya usai diajak jalan-jalan oleh babysitter cantik tersebut.
Ajudan yang menjaga pintu daerah istimewa deck 14 ingin mengejar Freya, namun ditahan oleh Bintang karena dia sendiri yang akan mengejarnya.
"Mau mancing saya murka ya!" panggil Bintang terus mengejar Freya yang sudah memasuki pintu lift.
Freya merasa lega saat sudah mengatur tombol lift menuju ke deck 10. Rasanya belum rela memberikan lencana kelinci itu. Freya menginginkan nomor telepon Bintang untuk kepentingannya.
Ternyata, Bintang melewati lift yang lain dari deck 14 menuju ke deck 10.
~Setibanya di deck 10.
Bintang melihat dari arah berlawanan ada sosok Freya yang berlari menuju pintu room 4.
"Bebek! Sini kamu!" panggil Bintang yang ingin mencegah Freya masuk ke kamar.
"Huaaa!" Freya cepat-cepat masuk ke dalam kamarnya, lalu menutup pintu.
Bintang terlambat. Yang dia lakukan saat ini adalah menekan bel ruangan Freya, bahkan dengan rasa geram ia menggedor beberapa kali. "BEBEK! Cepat keluar! Balikin lencana kelinci saya!"
"Nomor telepon!" balas Freya tidak menyerah.
"Itu privasi saya!" tolak Bintang lagi.
"Gimana caranya aku harus punya nomor telepon Mas Bintang!"
"Memangnya, kamu siapa berhak seenaknya sama saya!"
"Teman! Tadi kan Mas Bintang sendiri yang bilang kalau aku temanmu di depan keluarga," kata Freya dengan suara agak gemetar, seperti menahan tangis.
Bintang terdiam sebentar memikirkan apa yang Freya katakan. "Heh, kamu nangis???" tanya Bintang kebingungan di depan pintu.
Pada pintu setiap kamar penumpang terdapat dua lapisan pintu. Jika Freya sudah mengunci ruangan menggunakan pintu ke dua, maka kamar Freya akan kedap suara. Karena tidak ingin tangisannya didengar Bintang, Freya pun memasang mode kedap suara pada kamarnya, tetapi Freya masih bisa mendengar suara Bintang melalui tombol penangkap suara pada pintu.
Tingnong!
Bintang terus menekan bel karena tidak mendengar suara Freya lagi. "Bebek?! Woy, bebek! Jangan kedap suara dulu."
Tidak ada respons apa pun.
Bintang tampak gelisah memikirkan lencana kelincinya. Itu adalah benda berharga baginya. Lencana lainnya dia punya banyak, tapi hanya satu ini yang spesial tak bisa tergantikan oleh apa pun.
**
Saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00.
Freya tadi ketiduran, sekarang dia terbangun dan menyadari masih memegangi lencana kelinci milik Bintang. "Duh, aku tadi nangis sampai ketiduran. Apa Mas Bintang masih di depan pintu ya?"
Tiba-tiba...
Tingnong!
Bel kamarnya berbunyi. Freya merasa bersalah karena sudah membuat Bintang menunggu di depan pintu selarut ini. Ia pun memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur menuju pintu.
Tok.
Tok.
Tok.
Kaki Freya berhenti melangkah. Suara ketukan barusan penuh ciri khas, sangat lamban, namun tak berhenti.
Tok.
Tok.
Tok.
Tubuh Freya mendadak gemetar. Dia segera menyadari, sebelum memeriksa siapa yang mengetuk pun sudah tahu bahwa yang berada di balik pintu sekarang bukanlah Bintang, melainkan...
Tok.
Tok.
Freya mencoba memastikan lagi dengan segenap keberanian. Saat melihat layar pada pintu, tampaklah sosok pria burung hantu membawakan satu tangkai bunga mawar hitam untuk Freya.
Deg!
Tubuh Freya berkeringat dingin. Pikirannya merekam jelas ajakan tidak pantas yang dilakukan si burung hantu semenjak pertama kali Freya naik ke kapal ini.
Pria burung hantu meletakkan bunga itu di depan pintu kamar Freya. Setelahnya, pria itu menoleh ke arah lubang kecil pada pintu sambil menunjukkan kertas beserta tulisannya.
Freya semakin sulit menelan salivanya saat menonton monitor pemantau dan membaca tulisan yang ditunjukkan pria burung hantu tersebut, yaitu...
'TERNYATA, KAMU SELAMAT BERSAMA KAPTEN KELINCI ITU. AKU SENGAJA TIDAK INGIN MENOLONGMU TADI, KARENA AKU MASIH KECEWA. KAPAN KAMU MAU MENURUTI KEINGINANKU?'
Pria burung hantu menunjukkan kertas berikutnya.
'BAIKLAH. AKU MASIH BISA BERSABAR SEKARANG.'
'APA BONEKA BEBEKMU BAIK-BAIK SAJA? KALAU MAU BONEKA BARU, BILANG YA'.
Freya berlari menjauh dari pintu dan segera memeluk boneka bebek besarnya, lalu... ia menangis takut. Sia-sia jika Freya menelepon keamanan. Pernah di malam sebelumnya ia melaporkan ketakutannya pada penjaga yang berkeliling di deck 10, tapi laporan dari Freya tidak terlalu digubris.
"Ya Allah, aku takut! Hiks..., Papa, Freya takut!" isak Freya menenggelamkan wajahnya pada kelembutan boneka bebeknya. Dia tidak tahu siapa pria mengerikan itu dan kenapa terus mengejarnya.
***
23.10.
Di perpustakaan keluarga Aljazari. Deck 14.
Sosok Bintang ketiduran di atas sofa sambil memeluk sekotak kentang goreng yang masih bersisa sedikit, ada juga robot kelinci yang sedang off. Dia sendirian di ruangan itu. Sebelumnya, dia asyik berkomunikasi dengan robot kelincinya, lalu lanjut menonton serial kartun karakter kentang kesukaannya (Potato Family) demi menghibur diri yang kesal karena lencana kelinci berada di tangan gadis bebek menyebalkan.
Kriiit.
Pintu perpustakaan terbuka. Seseorang menyelinap masuk.
Sepasang kaki dengan sandal tidur berwarna putih terus berjalan menghampiri sofa tempat Bintang tertidur. Selimut ia bawakan seolah sudah mengintai sejak tadi jika Bintang berada di perpustakaan.
"Kak Bintang...," sebut Gana berbisik. Adik perempuan dari Gino ini membawakan selimut untuk menutupi tubuh Bintang.
Gana berusaha memindahkan sekotak kentang dan robot kelinci yang berada di pelukan Bintang menuju ke atas meja. Gana terus berbicara dengan suara berbisik, "Kak Bintang ga bosen ya makan kentang terus?"
Tatapan Gana terlihat berbeda. Setiap di depan Mamanya dan juga Gino, sebisanya Gana terlihat memojokkan Bintang. Tapi saat ini, netra Gana menatap bintang yang tertidur seolah menatap seorang pangeran.
"Kasihan. Pipinya tadi pasti sakit ditampar mamaku," bisik Gana yang memberanikan diri menggerakkan tangan untuk menyentuh pipi kiri Bintang.
Jempol Gana mengelus-elus pelan pipi Bintang. "Kak Bintang lucu..., ganteng." Tangan Gana mulai tak terkontrol, elusannya kini turun pada bibir Kakak sepupu laki-lakinya itu.
Merasakan elusan di bibirnya, Bintang terbangun dengan rasa kantuk yang berat. Dia sangat terkejut mendapati adik sepupunya berada di dekatnya. "Gana?"
Gana cepat-cepat menghentikan aksinya, lalu berkata, "Aku mau tidur di sini!"
"O-oh, iya. Aku ga sengaja ketiduran di sini. Aku akan pindah ke kamarku," kata Bintang yang cepat-cepat beranjak dari sofa. Namun, sebelum pergi, Bintang mengembalikan terlebih dahulu robot kelincinya ke dalam ruang pribadi milik almarhum Ayahnya dulu, ruangannya masih bagian dari perpustakaan.
Setelah dari ruangan itu, Bintang kembali pada sofa yang mana ada Gana di sana. Sebelum benar-benar keluar dari perpus, Bintang menghabiskan dengan cepat sisa kentang gorengnya dengan lahap sampai berlepotan.
"Gemasnya!" batin Gana berteriak melihat tingkah Bintang yang menggila kentang.
Usai itu, Bintang meninggalkan Gana begitu saja.
***
Sementara itu, Syahla Magadh (21th)--pengasuh anaknya Emir--terbangun dari tidurnya karena Ecca minta dibuatkan susu. Syahla satu kamar dengan Ecca. Terkadang Ecca meminta tidur dengan Emir jika Papanya itu tidak lembur, tapi di umur 3 tahun ini Ecca lebih sering tidur dengan Syahla.
"Ecca sayang, tunggu di sini ya. Biar Mama yang buatkan susu," ujar Syahla mengelus lembut kepala Ecca, si gadis mungil yang lucu itu.
"Ca unggu ini ya, Ma," ujar Ecca tersenyum. (T: Ecca nunggu di sini ya, Ma.)
"Anak pintar," puji Syahla menyundul hidung Ecca dengan hidungnya.
Ecca sudah terbiasa memanggil Syahla dengan sebutan 'Mama', karena dulu Ecca sangat tertekan kehilangan Mama kandung yang meninggal. Sampai, saat sayembara pencarian babysitter yang bisa mengontrol emosi Ecca, hanya Syahla yang sanggup melakukannya dan mendapat predikat 'Mama' dari Ecca. Kemudian, di sinilah Syahla bekerja sekarang, SIRENA II CRUISE.
Syahla mulai berjalan menuju ke dapur mengambil susu bubuk baru, karena yang di kamar sudah habis. Namun, saat di sebuah belokan lorong, Syahla dikejutkan dengan sosok Bintang yang berjalan menuju ke kamar, diikuti oleh Gana.
"Itu Gana sama Kak Bintang, kan?" pikir Syahla heran. "Ngapain Gana ngendap-ngendap ngikutin Kak Bintang?!"
Tak lama dari itu, Gana melempari bekas kotak kentang goreng ke kepala Bintang.
Pukh!
Bintang sungguh kaget. Saat menoleh ke belakang, dia mendapati Gana mengikutinya. "Kenapa lagi, Gana? Kamu katanya mau tidur di perpus."
"Maksudnya, tidur sama Kak Bintang!" jelas Gana sembari menatap kesal pada Bintang.
Syahla yang mengintip adegan itu tentu sangat syok. "Apa maksud Gana ngomong gitu sama Kak Bintang? Ya Allah, pikiranku!" batin Syahla heran sendiri.
Bintang mengurut kening, menatap tidak paham dengan maksud Gana. "Kamu bilang apa barusan?"
"Tidur sama Kak Bintang!" balas Gana cemberut dengan rona merah di pipinya.
"Siapa yang tidur sama aku?" tanya Bintang seperti orang bodoh.
"AKU! Aku mau tidur sama Kak Bintang!" ungkap Gana sebal karena Bintang seolah tidak menginginkannya.
Bintang mengambil napas dalam, lalu mengembuskannya setenang mungkin. "Gana..., bukankah kamu membenciku?"
"Kata siapa?"
"Ya kataku, lah! Aku merasakan kebencianmu setiap hari mengejekku, menghinaku. Kamu, Kakakmu si Gino itu, dan Mama kamu sama aja kejamnya sama aku!" ungkap Bintang tidak tahan lagi.
Kedua mata Gana berkaca-kaca. "Aku berusaha menutupinya."
"Menutupi apa maksudmu? Sudah, aku mau tidur. Capek!"
Dengan cepat kedua lengan Gana melingkar di pinggang Bintang.
"Ya Allah!" Bintang terdiam kaku merasakan Gana memeluknya erat dari belakang.
Syahla yang mengintip lebih kaget lagi. Sikap Gana seperti ada yang aneh. Tatapan mata Gana seperti bukan tatapan seorang sepupu yang selayaknya, malah seperti seseorang yang sedang jatuh cinta. "Ya Allah, otakku ga boleh mikir yang aneh-aneh. Gana sama Kak Bintang kan masih kerabat, Kak Bintang juga anggep Gana sebagai adiknya, lah."
"Gana, lepas," pinta Bintang.
"Aku siapamu?" tanya Gana menempelkan bibirnya pada punggung Bintang yang wangi.
"Kamu adikku!" jawab Bintang dengan penuh kecemasan, sikap Gana mulai aneh.
"Jujur, aku senang kalau Kak Jenna akan menikah dengan Kak Emir. Jadi, aku bisa-"
"Bisa apa?" Bintang berbalik cepat melepas paksa pelukan Gana.
Kedua tangan Gana menangkup wajah tampan Bintang yang ia kagumi dari jauh selama ini. "Aku bisa mencintaimu sendirian. Ga boleh ada perempuan lain."
Tubuh Bintang merinding mendapat perlakuan aneh dari Gana. Sungguh dia tidak menyangka jika malam ini sikap Gana berubah, juga terlalu berlebihan.
Gana menunduk sedih. "Kalau Kak Bintang ga mau tidur sama aku malam ini, apa besok mau?"
*
Bersambung...

Komentar Buku (177)

  • avatar
    Setyo21Renny

    woooww ceritanya seru bgt gak bosenin jg. trs berkarya kak sukses slalu. di tunggu karya lainnya

    16/08/2022

    Β Β 1
  • avatar
    ChipsCassava

    AAA MOM CERITA NYA SERU BNGET ALUR NYA GAK NGEBOSENIN DAN PALING PENTING EMOSI NYA DPT BNGET. GMES BNGET PEN NGEBANTING GHEA AMA GINO KE LAUT. SEMANGAT TERUS MOM LOP YOU SEKEBON😘😘😘

    20/01/2022

    Β Β 5
  • avatar
    PriTa Putri

    bagus ceritanya. ringan tapi seru. konfliknya juga bukan yg berat dan perlu mikir keras. masih bisa dinikmatin saat santai. suka sama ceritanya 😊😊😊

    16/01/2022

    Β Β 4
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru