logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

KERINDUAN

Satu minggu telah berlalu, namun kondisi kesehatan Pak Giring masih sama, belum ada peningkatan yang signifikan. Dokter bilang, kemungkinan malah kondisinya akan makin memburuk, dan pihak keluarga harus siap untuk hasil yang paling jelek sekalipun. Satu-satunya hal yang barangkali masih menunggu Pak Giring adalah pernikahan Bhaga dan Jessica, dan itu pun sudah harus disegerakan.
"Lihat kondisi bapak, Ga. Secepatnya ajak Jessica ke sini, supaya bapak bisa melihat kamu menikah," ucap Bu Sona pada suatu hari.
Bhaga mengulum bibirnya, gundah, bingung. Sejujurnya, dalam lubuk hati paling dalam, dia masih ragu, haruskah menikahi Jessica? Keraguan itu kini timbul dan meninggi, setelah hadir Atma dalam hidupnya, yang walau masih terbilang singkat, namun begitu berkesan.
Berhari-hari gundah, Bhaga sampai sengaja menghindar dari Atma, tentu untuk mengusir secuil rasa yang timbul tiap kali bertemu pandang dengan gadis cantik itu. Sebisa mungkin dia tepis dan dia padamkan gejolak-gejolak yang hadir.
Realistis! Ayo realistis! Bhaga bicara pada dirinya sendiri. Atma memang manis, dia juga disayangi ibu dan bapak, tapi dia cuma pelarian singkat, ini cuma pertemuan biasa, perasaan ini akan hilang kalau lu balik ke kota, kembali melihat Jessica. Selayaknya merapal mantra, Bhaga meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua yang terjadi hanyalah semu belaka.
Ingin membuktikan sekaligus melupakan gejolak perasaan di hatinya, Bhaga mengambil keputusan kemudian.
"Aku akan menjemput Jessica ke sini, sekalian aku mau mengajukan cuti yang lebih lama. Aku harus balik ke Jakarta selama seminggu."
Bu Sona dan Atma yang hari itu sama-sama berada di rumah sakit terkejut mendengarnya, terlebih Atma. Itu artinya, kemungkinan pernikahan akan dipercepat. Namun, tak ada yang bisa dilakukan oleh Atma. Dia tak punya kuasa untuk menghalangi terlebih menghentikan pernikahan itu. Hanya hatinya saja yang dia biarkan teriris di dalam.
"Oke, kamu jangan lama-lama ya, Ga. Bawa segera calon mantu ibu ke sini, ibu juga udah kangen sama dia." Bu Sona menyambut antusias rencana Bhaga.
Sepanjang di perjalanan pulang ke kota, Bhaga masih resah. Bagaimana harus menghadapi Jessica? Dirinya telah ingkar. Memang dia tak punya hubungan apa-apa dengan Atma, tapi perasaan yang timbul itu pun termasuk salah. Bhaga mengacak rambut dengan frustasi.
Di bandara, Jessica telah menunggu kekasih hatinya datang. Mereka segera langsung berpelukan saat bertemu setelah lebih dari dua minggu tak bertemu. Jessica tampak cantik dengan rambut bob berwarna coklat tanah, kulit putih mulus, tubuh tinggi semampai, serta dibalut pakaian kantor yang membentuk lekuk tubuh indahnya.
"I miss you, Hon." Jessica berbisik mesra.
Bhaga memaksa diri untuk tersenyum, tapi untuk menatap mata Jessica pun dia tak berani. "Kamu kenapa? Kok keliatan cemberut? Muka kamu kayak orang banyak utang!" Jessica mencubit hidung Bhaga dengan gemas.
"Bisa kita ngomong di mobil aja? Sambil jalan, aku lapar."
"Oke, kita cari restoran paling enak! Biar aku yang nyetir. Kamu pasti capek setelah perjalanan jauh, kampung kamu kan di pelosok!" Jessica sedikit mencibir sembari membukakan pintu mobil untuk Bhaga.
Cibiran itu tak disahut oleh Bhaga. Dia manut saja duduk di samping kursi pengemudi, membiarkan Jessica membawanya ke restoran terdekat.
***
"Jadi gimana?"
Suara husky milik Jessica memecah keheningan di dalam mobil.
"Apanya?" Bhaga menyahut tak semangat.
"Kampung kamu lah! Gimana kondisi bapak? Kampung kamu? Semuanya oke?"
Jessica mengerem saat lampu merah. Bhaga menarik napas berat. "Kita harus balik, kondisi bapak makin parah. Kita harus mempercepat pernikahan."
"Harus banget ya di kampung? Kamu tau, semua keluarga aku di sini, dan nggak bisa tiba-tiba, sayang."
"Aku tau. Kita cuma nikah secara agama dulu, biar disaksikan sama bapak, habis itu kita nikah lagi di sini, di depan keluarga kamu."
Kepala Jessica mengangguk cuek. "Ya ... Oke deh kalau gitu." Jessica memutar setir kemudi, lalu berhenti di depan sebuah restoran. Percakapan seputar desa Bhaga berhenti di sana, Jessica tak bertanya lebih dalam.
***
Sudah setahun Bhaga dan Jessica tinggal bersama di apartemen yang mereka sewa bersama. Apartemen mewah itu berada di jantung ibu kota. Sembari menunggu rumah impian yang sedang dibangun Bhaga selesai didirikan. Tinggal bersama kekasih bukan masalah besar di kota-kota besar. Terlebih hubungan Bhaga dan Jessica sudah terjalin sejak kuliah, sudah lebih dari tujuh tahun. Kalau dipikirkan kembali, betapa hebatnya Atma, dalam waktu singkat, dia mampu menjungkir-balikkan perasaan Bhaga.
Senja itu Bhaga memandangi gedung-gedung tinggi melalui dinding kaca apartemen. Dugaan Bhaga terbukti salah. Walau telah kembali kepada Jessica, dan jauh dari Atma, namun yang hinggap di kepalanya masih terus sosok Atma. Cuma Atma. Kerinduan kepada gadis manis itu membumbung sampai ke awan tingginya.
Jessica mendekat lalu memeluknya dari belakang. "Kamu kenapa, sayang? Kamu keliatan nggak tenang. Separah itu ya kondisi bapak?"
Oh seandainya Jessica tahu siapa yang sedang dipikirkan Bhaga!
"Bukan. Bukan gitu," tepis Bhaga seraya menggenggam tangan Jessica di dadanya.
"Terus?"
"Ada pembantu di rumah ibu, dia masih muda, terus--"
"Kamu jatuh cinta sama dia?" potong Jessica.
Tubuh Bhaga spontan berbalik, mata mereka bertemu lurus, tegang. "Ha ha ha ha!" Tiba-tiba Jessica tergelak. "Ya ampun! Aku bercanda, sayang! Muka kamu kenapa panik gitu?! Nggak mungkin dong kamu jatuh cinta sama pembantu! Ya kan? Kocak banget deh! Terus? Dia kenapa?" Jessica memegang kedua tangan Bhaga.
Seketika tubuh Bhaga berdesir. Sempat dia kira Jessica serius. "Ya, dia ..., aku juga harus mikirin dia kan setelah nanti dia nggak kerja untuk ibu."
"Soal itu, kita bisa bawa dia ikut bareng kita ke sini. Kita bisa jadikan dia pembantu kita, rumah kita nanti gede banget kan? Kita juga butuh pembantu. Ngapain terlalu dipikirin soal begitu? Gampang aja."
"Aku nggak berpikir untuk tetap menjadikan dia pembantu, Jess. She deserve a better job. Aku berencana untuk mengejar paket C untuk dia."
"Hah? Ck, kamu berlebihan banget sih mikirin hal kayak gitu buat dia? I mean, dia itu cewek kampung, Ga. Don't get me wrong, ya! Maksud aku, bentar lagi juga dia palingan nikah sama cowok di desa kamu, jadi ibu rumah tangga, terus ya udah, kelar! Kalau pun nggak, ya ..., dia bisa kerja untuk kita. Aku nggak yakin dia mau kerja yang sulit, mau ngapain coba? Mau jadi sekretaris kamu? Mau jadi karyawan kantoran? Kayaknya nggak mungkin, deh. Jangankan buat itu, buat hidup di kota aja dia pasti sulit untuk berbaur, untuk nyampur sama orang-orang di kota! Kan?"
Bhaga tertegun. Apa yang dikatakan Jessica terdengar culas, namun begitulah adanya. Tentu akan berat bagi Atma untuk memulai hal baru.
"Udah ya, Ga. Nggak usah dipikirin, sekarang aku mau cek permohonan cuti aku, apa udah disetujui atau belum." Jessica mengecup bibir Bhaga lembut lalu masuk ke dalam kamar. Meninggalkan Bhaga yang masih berhati berat.

Komentar Buku (138)

  • avatar
    a******5@gmail.com

    Cerita nya bagus banget.. sempat ikut meneteskan air mata..karena ikut larut dalam cerita nya .. ada bab bab yg terasa mengajak sy kembali kemasa lalu.. terus berkarya ya kak.. semangat..semoga sukses ..🙏

    21/12/2021

      3
  • avatar
    Cntaa

    bagus banget

    3d

      0
  • avatar
    DurahmanTurina

    Bagus sekali ceritanya

    03/09/2023

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru