logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 8 Pemilik Suara Misterius

"Ini adalah beasiswa yang adik Mbak perlukan."
Ucapan kepala sekolah tadi masih tak bisa dipercaya oleh Aleya. Matanya terpaku pada batu dan kerikil yang ada di bawah alas kakinya.
"Kak … Kak!" teriak Kija sambil menarik pergelangan tangan Aleya.
"Eh, iya, ada apa, Kija?"
"Hmm, Kakak lamunin apa, sih? Dari tadi Kija liat Kakak nunduk mulu jalannya."
"Ga apa-apa." Sahut Aleya mengelus rambut Kija lembut.
"E … Pa-Papa." Reyen menarik kemeja Raphael.
"Ada apa Reyen?" tanya sang Papa ikut terkejut.
"Itu-itu si anak kelas baru Reyen yang tadi bertengkar denganku!" tunjuk Reyen mengarah ke Kija dan dengan bahasa Indonesia yang masih berantakan.
"Mana?" Celinguk kanan-kiri Raphael.
"Itu, Papa … right in front of us. Can't you see him?" gemas Reyen.
"Oh, lalu? Kau mau apa? Challenge him to fight with you?" tanya Raphael menghentikan laju mobilnya.
"Tidak! Tapi aku akan minta ganti rugi!" Reyen langsung keluar dari mobil dan menghampiri Kija serta Aleya.
"Reyen! Reyen! Gosshhh, anak ini …," mau tak mau Raphael mengikuti Reyen turun dari mobilnya dan menghampiri ketiganya.
"Hei, kamu! Kamu kan si perusak tempat pensilku! Ayo ganti, cepat!" Reyen langsung menengadahkan tangannya ke atas dan meminta paksa ala preman.
"Kamu …," Kija hanya menatap Reyen bingung dan aneh. "Reyen! Apa yang kamu lakukan?" Raphael tiba-tiba muncul di samping Reyen.
"Dia yang telah merusak tempat pensilku, Papa."
"Ah, ma-maaf … maafkan adik saya. Kamu teman sekelasnya Kija, ya? Maafkan atas kelakuan adik saya, ya." Aleya mengulurkan tangannya bermaksud berjabat tangan.
PLAK!
Di luar dugaan, Reyen menampik uluran tangan Aleya dengan keras.
BUK!
Kali ini giliran Kija yang mendorong tubuh Reyen dengan keras hingga terjatuh.
"Reyen!'
"Kija!"
Aleya dan Raphael saling pandang. "Are you okay?" tanya Raphael membersihkan pakaian sang anak yang kotor.
"See? Did you see, Papa? What I've told you? He's rude! I don't like being here!"
"Pardon, but it was your fault! You attacked us first and now you blame my brother?" tanya Aleya kesal.
"Hmm, Miss. I think there's misunderstanding between them. Forgive my child, he didn't know what he has done."
"Pa!" protes Reyen.
"Enough, Reyen! Go back to your car, NOW!" perintah Raphael.
"Ini belum berakhir, hei kamu!" Ancam Reyen membalikkan badannya menuju mobil yang tak jauh darinya.
"Are you okay, Miss?" tanya Raphael kini.
Aleya mengangguk. "Excuse me!" Aleya langsung pergi meninggalkan Raphael tanpa sepatah kata pun.
"E …," Raphael hanya mengangkat tangannya ketika melihat Aleya telah berjalan jauh. 'Hmm, siapa wanita itu? Wajahnya … kenapa hampir mirip dengan wanita itu?' gumam Raphael menggelengkan kepalanya.
"Reyen, apa kau tahu siapa nama temanmu itu?"
"Kija."
"Kija? Nama yang unik. Sepertinya dia baik," ucap sang Papa.
"Tidak bagiku!" tegas Reyen tampak kesal.
Raphael hanya tersenyum melihat sikap sang putra, "Kau tak bisa menilai semua orang sama, Sayang. Like the old quote said 'don't judge the book from the cover', apa kau mengerti?"
"Aku mau jalan-jalan, Pa." Reyen mengalihkan pembicaraan.
"Hhhh, benar-benar anak ini …,"
****
"Kami pulang."
Aleya juga Kija kini telah sampai di rumah mungil nan tenang mereka. Sebuah tempat tinggal yang tak terlalu besar, namun penuh kehangatan dan tawa ceria para penghuninya.
"Kau sudah pulang, Aleya? Kenapa lama sekali? Apa terjadi sesuatu?" tanya sang Mama yang sedang menjahit baju pesanan.
"Tidak. Tak ada, Ma. Semua baik-baik saja. Aku masuk kamar dulu, Ma." Ucap Aleya segera bergegas menuju kamarnya.
Di dalam kamarnya, Aleya memandangi amplop putih panjang yang diberikan Syam padanya. Menarik napas panjang dan rasa penasaran yang tinggi, Aleya membuka amplop itu dan ….
"A-apa ini?" Rasa kaget tak dapat ditutupi oleh Aleya. Uang, kunci, dan … kartu nama sebuah hotel bintang lima di daerah yang terkenal akan 'lembah hitamnya' tepampang jelas di depan matanya.
"A-apa maksudnya ini? K-kenapa … kenapa ….!" Aleya langsung meremas kasar kartu nama hotel itu dan mengambil kunci kamar hotel yang ada bersama isi amplop itu.
"Brengsek! Tua bangka tak punya otak! Dia pikir aku ini penghibur ranjangnya!?"
Aleya segera bangkit dan keluar kamarnya. "Kija mana, Ma?" tanya Aleya yang masih melihat sang mama sedang menjahit.
"Coba kamu lihat di kamarnya, mungkin dia sedang main bersama Dinda."
Aleya langsung menuju kamar adik-adiknya dan mendapatkan adiknya, Kija sedang tertidur. Sementara adiknya yang paling kecil, Dinda tengah asyik bermain boneka sendiri. Tak ingin mengganggu sang adik yang tertidur pulas, Aleya mengurungkan niatnya dan pergi keluar.
"Kamu mau ke mana, Aleya?" tanya Mama melihat pintu rumahnya terbuka.
"Aleya ingin cari angin sebentar, Ma," jawab Aleya sekenanya.
Sepanjang jalan, Aleya ingin rasanya menangis, namun apa daya. Lalu-lalang orang-orang membuatnya harus menahan tangisnya. Akhirnya, selama beberapa menit menahan tangisnya, sebuah tepian jembatan menjadi saksi tangis Aleya pecah. Dengan sejadi-jadinya, Aleya menumpahkan segala kesal, amarah, dan rasa yang tak lagi dapat dikatakan dengan kata-kata.
"Hadehhh, siapa sih yang tengah hari bolong nangis kaya anak TK?"
Suara bariton seorang pria tiba-tiba mengejutkan Aleya dan segera ia mencari sumber suara berasal.
"Siapa itu? Kamu manusia atau setan?" tanyanya polos.
"Heyyyy, mana ada setan siang-siang! Yang ada kebakar kali," sahut suara itu lagi.
"Terus kalo kamu bukan setan, tunjukkan dirimu!" tantang Aleya.
"Males, ah. Ngapain aku harus nunjukkin diriku ke cewek cengeng kaya kamu."
Rasa kesal Aleya semakin menjadi terhadap suara tak tampak itu. "Terserah! Tapi jangan ganggu aku. Aku-aku …," Aleya tak melanjutkan ucapannya.
"Aku apa? Aku adalah anak gembala …," persis lagu, deh." Kelakar suara itu.
'Ya Tuhannnnnnn … salah apa hamba hingga hari ini begitu sial?' keluh Aleya.
"Lagian kalo mau nangis jangan di tempat kaya gini. Yang elite dikit, kek. Kaya restoran, hotel, apa rumah. Nangis kok di tempat kaya gini," celoteh suara itu.
"Berisik! Bisa diam ga!" teriak Aleya kesal.
"Orang aku punya mulut, terang aja aku bakal ngomong apa yang aku suka," sahut suara itu semakin membuat Aleya kesal.
"Lagipula, Nona jika seorang wanita menangis maka langit pun akan turut menangis. Jadi, sudahilah tangismu," kali ini sang pemilik suara merendahkan nada bicaranya.
"Inginku, tapi sepertinya tak bisa. Hari ini begitu melelahkan untukku. Banyak hal tak terduga datang padaku begitu saja. Dan sekarang …,"
Aleya langsung tersadar dan berkata, "Kenapa aku harus mengatakannya padamu, huffttt!" Keluh Aleya menghapus bulir air mata di pipinya.
Tanpa diduga, seorang pria berpakaian jas biru navy tengah memperhatikan Aleya yang sedari tadi menangis di tepian jembatan. Pria berambut lurus itu terus melihat ke arah Aleya dan tersenyum padanya dari balik pohon besar yang ada di sekitar jembatan.
"Apa benar kau bukan … setan?" tanya Aleya sekali lagi memastikan.
"Hahaha, memang kenapa jika aku setan? Apa kau takut?" goda pria itu.
"Tentu saja aku takut! Siapa yang ga takut sama setan!" sahut Aleya sambil menyelasar asal suara itu.
"Jika … setan itu berwujud tampan? Apa kau juga akan takut?"
"Hah, mana ada! Kebanyakan baca komik, nihhhh!" kesal Aleya tapi entah mengapa justru dia merasa nyaman dengan suara yang tak tampak pemiliknya itu.
"Mungkin. Nah, begitu donk, kalau Nona manis tersenyum akan kelihatan cantiknya," ucap suara itu tiba-tiba.
Aleya langsung terdiam. Pikirannya mulai tak karuan. Suasana yang sepi dan tenang yang biasanya menenangkan kini berubah menyeramkan bagi Aleya.
"K-kau siapa? K-kenapa? …,"
"Aku bukan siapa-siapa tapi aku tahu siapa Nona."
Mata Aleya semakin terbelalak. Seketika netranya melihat sekeliling tempatnya berdiri. 'Tak ada siapa pun!' gumamnya. Bulu roma milik Aleya langsung bergidik. Tanpa pikir panjang, Aleya langsung berlari meninggalkan tempat itu.
"Hahaha, lucu sekali caranya berlari."
Ddrtt … ddrrtt …
"Ada apa?"
[Tuan, Anda di mana sekarang?]
"Mencari angin. Ada apa?"
[Tuan Syam telah tiba, Tuan.]
"Aku mengerti."
Pria itu memandang Aleya hingga siluet wanita cantik itu tak lagi tampak di matanya.
"Kita akan segera bertemu, Aleya."

Komentar Buku (64)

  • avatar
    Adilah Syafiqah

    good lucky

    4d

      0
  • avatar
    AmaliaNurul

    kerenn sangatt

    23d

      0
  • avatar
    CaturMahmudah

    seru

    17/05

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru