logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 5 Dilemma Duda Tampan

"Jika--jika Mbak Aleya mau menikah dengan saya, kira-kira mau tidak?"
"HAH!!!"
Suara lantang Aleya langsung menyeruak keluar dari sela-sela tenggorokannya dan membuat gerakan terkejut pada tubuh Kija.
"A--Anda, apa yang Anda katakan, Pak Kepala Sekolah? Me--nikah?" Aleya menurunkan volume suaranya.
"Hahahhaha, Mbak Aleya kenapa tegang begitu? Saya hanya bercanda, lho." Ucap Syam langsung berdiri dari pinggiran kasur tempat Kija sedang tidur. "Mengenai beasiswa itu, bisa Mbak Aleya besok kembali lagi ke sekolah dan membawa syarat-syarat yang akan Bu Sofia berikan?"
Mata Aleya seketika berbinar kala mendengar ucapan sang kepala sekolah dan langsung membungkukkan badannya mengucap terima kasih.
"A--apa itu benar, Pak Kepala Sekolah? Anda--Anda mau memberikan beasiswa pada adik saya?" tanya Aleya dengan mata berbinar
"Hanya jika adik Mbak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan."
"Baik. Akan segera saya lengkapi persyaratannya, Pak. Sekali lagi, terima kasih." Aleya langsung melambungkan tangannya dan menyalami Syam erat.
"Eh, M--Mbak …," kali ini giliran Syam yang terkejut. "I--iya, akan saya usahakan dan saya berikan syaratnya, ya. Sementara Mbak fokus dulu saja sama adiknya dan semoga beasiswa itu benar-benar bisa adik Mbak dapatkan." Jelas Syam bersiap mengambil langkah keluar ruang UKS.
'Tuhan, semoga kali ini memang benar ada jalan terbaik bagi Kija untuk terus sekolah.'
****
"I'm not going to school anymore! Tell that to papa!"
Suara lantang seorang anak kecil berambut coklat kemerahan dengan wajah kesal merebahkan tubuhnya dengan keras ke atas tempat tidur bergambar Captain America. Mata coklat terang khas orang barat memang terpatri dengan jelas di wajah anak bernama Reyen Raphael Jordan Jr. itu. Lahir dan besar di lingkungan yang menganut multi-kultural, membuat Reyen terbiasa dengan segala perbedaan, namun tidak kali ini.
"Tuan Reyen, Anda tak apa-apa kan? Tak ada yang luka?" tanya Rebecca, sang personal assisten Reyen sekaligus sekretaris pribadi sang papa, Raphael Jordan.
"Apa kau tahu bagaimana berada di lingkungan yang … hehhhhhh …," kesahnya.
"Lingkungan yang bagaimana, Tuan?"
"Pokoknya aku tak suka sekolah di sana! Hubungi papa, bilang pada papa aku mau kembali ke Vienna! Aku gak suka di sini!" kesalnya.
Rebecca tersenyum dan duduk di sebelah Reyen. "Tuan, apa Anda rindu dengan papa?" tanyanya pelan.
Reyen terdiam. "Kenapa Papa jarang sekali di rumah? Padahal rumah ini besar, tapi …." Reyen menundukkan kepalanya dan selentingan Rebecca mendengar isak tangis pria kecil itu sambil mengusap sesuatu di mata dengan tangan putihnya.
"Are you crying, Young Master?" Rebecca menoleh ke samping kiri tepat Reyen duduk.
"No! I'm not crying! There's something in my eyes! Go get a tissue!" perintah Reyen sesekali terdengar sesenggukkan namun pelan.
Rebecca tersenyum, mengelus kepala pria kecil itu dengan lembut dan keluar dari kamar Reyen.
'kasihan Tuan Reyen, sejak ditinggal nyonya, dia seperti kehilangan arah dan tujuan. Ditambah lagi tuan besar …,"
Rebecca buru-buru turun dari tangga kamar Reyen di lantai dua dan mengambil ponselnya yang ia simpan di dalam tasnya. Dengan cepat, ia membuka password gawainya dan menekan item kontak. Tangannya berhenti di salah satu kontak dengan nama 'Big Boss'. Tak perlu waktu lama, Rebecca menekan nomor-nomor yang ada di dalam gawainya.
Semenit-dua menit-tiga menit …. "Kenapa tak diangkat juga.' Pikir Rebecca melihat ke arah jam dinding besar yang ada di ruang utama keluarga.
"My Gossshhhh!! How can I forgot! Di sana pasti masih pagi, tuan besar pasti baru bangun." Gumamnya sambil menepuk jidat mulusnya.
Perbedaan waktu yang cukup banyak, sekitar 5 jam antara Indonesia-Austria membuat Reyen mau tak mau harus menyesuaikan dengan lingkungan barunya. Pun halnya untuk komunikasi dengan sang papa. Memiliki papa yang super sibuk, membuat Reyen tumbuh menjadi anak yang kurang bergaul, introvert dan egois. Hanya Rebecca yang menjadi teman, ayah, asisten rumah tangga serta ibu bagi Reyen setelah perceraian kedua orang tuanya. Rebecca, sang asisten pribadi Reyen sesegera mungkin mencoba sekali lagi menghubungi sang bos besar dengan sedikit rasa cemas.
'Oh, ayolah! Angkat tuan … saya mohon …," Rebecca sedikit cemas dan mendongakkan kepalanya ke atas tepat di mana kamar Reyen berada.
"Halo,"
Rebecca seketika tersenyum lebar mendengar suara dalam, pelan dan sedikit serak milik seorang pria.
[Tuan, bagaimana kabar Anda?]
"Hmm, baik. Ada apa Rebecca? Apa ada masalah? Bagaimana kabar Reyen?"
[Semua baik-baik saja, Tuan. Anda jangan khawatir. Tuan Reyen, beliau baik-baik saja.]
"Hmm, nice to hear that."
[Hanya saja ….]
"Hanya saja? Hanya saja apa?"
Rebecca terdiam sejenak.
"Rebecca, ada apa?"
[Tuan Besar, tuan muda … dia terlibat perselisihan dengan teman sekelasnya.]
"Apa? Lalu bagaimana? Apa dia terluka?"
[Tidak, Tuan. Tuan muda tak terluka, tapi temannya pingsan.]
"Pingsan? Baiklah, aku mengerti. Secepatnya aku akan kembali ke Indonesia."
[Baik, Tuan.]
****
"Apa itu papa?"
Rebecca terkejut mendengar suara Reyen yang terengah-engah dan telah berdiri di belakangnya. "T--Tuan Muda? Anda--kenapa? Anda keringetan dan terengah-engah?" Rebecca mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Reyen sambil mengelap keringat di dahinya.
"Was it papa?" tanyanya dengan napas terengah-engah.
"Let me clean up your sweat, dear Young Master."
Plak!
Sebuah tampikan keras dilayangkan Reyen ke telapak Rebecca hingga memerah.
"Tu--Tuan Reyen!" Rebecca membelalakkan matanya.
"Aku tanya, apa itu papa dan kau tak menjawabnya, Rebecca! Kau dibayar papaku untuk menjadi pelayanku dan tak lebih dari itu!" Reyen melihat Rebecca dengan tatapan seakan merendahkan dirinya.
"Saya tidak ada maksud seperti itu, Tuan Muda. Saya hanya diberikan tugas oleh papa Anda jika Anda harus dalam keadaan sehat dan baik-baik saja." Jelas Rebecca memegang tangan kanan Reyen
"Aku tak mau sekolah di sekolah itu lagi! Berikan ponselmu!" perintah Reyen layaknya memerintah orang dewasa
"Tapi, untuk apa Tuan?"
"Aku ingin menghubungi papa. Aku mau pindah! Aku mau kembali ke Vienna!" mata Reyen mulai memerah.
Rebecca hanya diam. Dia melihat gawai hitamnya dan menatap wajah Reyen ragu.
"Maaf, Tuan. Tapi tuan besar berpesan pada saya agar Anda tetap bersekolah di sekolah itu." Rebecca berdiri dan menatap Reyen serius.
"Rebecca!" sentak Reyen, "Tuan Muda, sekarang sayalah yang bertanggung jawab atas diri Anda. Tolong bekerja samalah," mata Rebecca mulai pekat menatap Reyen.
"Terserahlah!" Reyen pergi dari hadapan Rebecca dengan langkah kesal. "Jangan pernah mimpi kau bisa menggantikan posisi mami dalam keluarga ini! Tak akan pernah bisa!" Langkah kaki kecilnya mulai berjalan meninggalkan Rebecca.
'Dia baru berumur 10 tahun, tapi kelakuannya benar-benar membuatku pusing!' gumam Rebecca menggelengkan kepalanya.
****
Vienna, Austria
"Prepare my jet! I'm going back to Indonesia today!"
Suara seorang pria dengan bariton dalam dan sedikit serak menyeruak pada pria dengan setelan jas biru tua yang tengah membawa sebuah messenger bag di sebelahnya.
"What's happening, Sir? Why you suddenly back to Indonesia?" tanya pria yang membawa messenger back dengan heran.
"My boy, he's in trouble. I must come back to Indonesia tonight!"
"What about our agreement to Mr.Donovan? Should we cancelled?"
Pria yang mengenakan setelan jas abu-abu dengan kancing dua di tengah dan berbalut mantel warna hitam tersebut menghentikan langkahnya dan berbalik dan menghadap sang pria di sebelahnya seraya berkata, "You handle it! When the case is over, I'll be back!" Tepuk pelan pria bermantel hitam itu.
"Got it, Sir."
Dua orang pria yang terlihat tengah keluar dari salah satu perusahaan baja terbesar di Austria, di mana satu di antara mereka adalah sang CEO JoSC(Jordan Steel Company), Raphael Jordan, pria yang banyak digandrungi para wanita, baik yang masih single, bersuami, terlebih pada janda cantik di negara Wolfgang tersebut. Pesona yang dipancarkan sang CEO memang tak main-main! Tubuh atletis, mata biru saphire, rambut coklat-kemerahan, hidung yang diibaratkan mampu menggantung sebuah pakaian serta alis mata menyambung yang hitam dan lebat serta lancip di ujungnya, membuat siapa pun yang melihatnya akan langsung terpanah oleh mata biru saphire-nya yang tajam dan seksi.
"Sir, your plane is ready." Salah satu asisten pribadi Raphael, Morgan berbisik padanya kala ia tengah berjalan menuju pintu keluar perusahaannya.
"Hmm, got it! Don't wait for me. You handle Mr. Donovan's. I'll be here when it's done." Tanpa banyak kata, Raphael segera menaiki mobil Range Rover miliknya dan segera bergegas menuju bandara.
"Did you miss me, my boy?" ucapnya sambil tersenyum-senyum sendiri.
****
Jakarta, Indonesia
"Tuan Reyen … Tuan Reyen … buka pintunya. Tuan Reyen." Rebecca mengetuk pintu Reyen yang dikunci.
"Go! I don't wanna see everyone!" teriak Reyen dari dalam.
"Tuan Reyen, jangan mempersulit saya! Jika papa Anda sampai tahu, semua akan lain ceritanya!" ucap Rebecca kali ini ia mengubah intonasi bicaranya lebih serius.
Tak ada tanggapan, seakan ucapan Rebecca hanyalah angin lalu! "I must to do something!" geram Rebecca kemudian ia segera menuruni tangga lantai dua kediaman keluarga Jordan dan pergi ke ruang di mana Raphael biasa menyelesaikan pekerjaannya.
"Seharusnya ini bisa diandalkan!" Ucapnya tatkala memegang kunci cadangan kamar Reyen. 'Anak itu tak bisa main-main denganku!' gumamnya.
Kali ini Rebecca menaiki tangga lantai dua kamar Reyen dengan santai. Langkah hampir yang tak terdengar, "Tuan Reyen, apa Anda masih bersikeras dengan sikap Anda?" tanya Rebecca pelan.
Tak ada jawaban.
"Baiklah, Anda yang memaksa saya melakukan ini …,"
"Apa yang mau kau lakukan, Rebecca!?" tanya Reyen dengan bahasa Indonesia yang masih terdengar kaku.
Klik … klik … klik ….
Reyen melihat ke arah pintu kamarnya dan terlihat kepala pintu kamarnya tengah diputar dan diutak-atik oleh Rebecca.
"Rebecca! What are you doing? Are you crazy!" teriak Reyen.
"Tuan, bukankah sudah saya katakan, jangan mempersulit saya atau …,"
"Or what?!"
Suara bariton yang dalam dari seorang pria yang tak asing lagi di telinga Rebecca segera membuatnya menghentikan tingkahnya. Spontan, dia langsung membalikkan badannya dan menjatuhkan kunci cadangan yang ia bawa di tangannya.
"T--Tuan Besar!!" Ucapnya membelalakkan matanya.
"Yeah, it's me! Any problems? What are you doing, Rebecca?" Raphael melirik kunci kamar yang jatuh di bawah kakinya.
"Oh, s--saya …,"
"Reyen?" Tangan Raphael menunjuk ke kamar sang putra.
Rebecca mengangguk. "Still the same like he was?" tanya Raphael lagi.
Lagi-lagi Rebecca mengangguk. "Tapi, kali ini temannya pingsan karena gertakan tuan muda, Tuan Besar."
"Apa? Dia menggertak orang sampai pingsan? How could be like that?" Raphael lalu mengetuk pintu sang putra berulang kali, namun tiada jawaban. "Kau pergilah dulu, biar aku dan putraku yang selesaikan!" perintah Raphael.
"Baik, Tuan."
Selepas Rebecca pergi, Raphael kembali mengetuk pintu kamar sang putra. "Dear, it's me. Your papa."
Tak ada jawaban. "Reyen, I'm home. Don't you miss me? I miss you, my boy …,"
Tak lama, pintu kamar Reyen dibuka dan ….
"PAPA!!!" Sebuah lompatan spontan yang dilakukan oleh Reyen sedikit mengejutkan Raphael. "I miss you, Papa. How long we never seen? I miss you … totally miss you." Reyen mendekap dan memeluk erat sang papa.
"I miss you, too Reyen." Balas Raphael memeluk erat sang anak.
Temu lepas kangen rindu antara ayah-anak selama beberapa bulan pun akhirnya bisa tercapai. Senyum bahagia tak pernah terlepas dari wajah mungil itu, begitu pula dengan sang papa. Senyum bahagia meskipun setelah menempuh perjalanan jauh, tetap tak membuatnya lelah.
"Bagaimana sekolahmu?" tanya Raphael sambil memangku sang putra di kamarnya.
"I'm not going to schoo anymore," Reyen menundukkan kepalanya.
"Why? Something wrong?"
Reyen menggelengkan kepalanya.
"Are you disturbed? Or bullying or …,"
"No, Papa. I wasn't."
"Then what? Tell me."
Reyen diam sejenak. "Aku tak suka di sini!" jawabnya dengan bahasa Indonesia yang masih terdengar kaku.
"Lalu apa yang kau inginkan, Reyen?" Raphael mendekapkan anaknya erat dan mendekatkan wajahnya.
"I wanna go home. I want to meet mommy."


Komentar Buku (64)

  • avatar
    Adilah Syafiqah

    good lucky

    5d

      0
  • avatar
    AmaliaNurul

    kerenn sangatt

    23d

      0
  • avatar
    CaturMahmudah

    seru

    17/05

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru