logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 57 Penyatuan Dua Insan

Seluruh keluarga Harun dibuat panik gara-gara pernikahan dadakan Farzan dan Nadzifa. Begitu juga dengan Brandon yang baru saja pulang dari rumah sakit. Beruntung menjelang sore semua berjalan sesuai dengan rencana. Tinggal menunggu akad nikah dilaksanakan.
Paman Nadzifa juga bisa hadir untuk menikahkan keponakan yang jarang berjumpa. Semesta seakan memberi kelancaran baik dari segi dokumen, penghulu sampai pakaian yang akan dikenakan oleh Nadzifa dan Farzan untuk akad nikah.
Jangan ditanyakan lagi bagaimana gugup Farzan sekarang. Pria itu tampak gagah mengenakan setelan beskap berwarna putih gading. Sebuah peci berwarna senada menutupi rambut model layered miliknya.
“Penghulu udah datang tuh, Zan,” info Bramasta yang sejak tadi sibuk sendiri, pasca diberitahukan tentang pernikahan Farzan. Pria berkacamata itu langsung minta izin pulang dari kantor lebih awal.
Farzan menganggukkan kepala, kemudian berdiri. Dia menarik napas dan mengembuskannya perlahan. “Gue gugup nih, Bram,” ungkapnya dengan raut wajah tegang.
“Udah nggak perlu gugup sekarang, simpan buat entar malam aja,” celetuk Bramasta mengibaskan tangan. “Sekarang lo turun daripada kelamaan nunggu. Untung lo nikah sore, jadi penghulunya bisa datang.”
“Entar lo coba sendiri deh, Bram. Awas kalau lo lebih nervous dari gue pas akad nikah nanti, gue ketawain lo,” sungut Farzan.
Bramasta berkacak pinggang seraya menelengkan kepala. “Lo mau nikah atau nggak sih, Zan? Buruan ke bawah. Udah ditungguin tuh.”
Farzan kembali menarik napas dalam, sebelum melangkah keluar dari kamar. Akad nikah diadakan di taman belakang yang sudah didekorasi dadakan oleh tim yang dipersiapkan Georgio. Ya, semua memang serba instan.
Pria itu segera turun tangga. Kakinya terus melangkah ke arah pintu belakang rumah. Bramasta berjalan beriringan sedikit di belakang calon mempelai pria.
Tilikan netra elang Farzan bergerak mencari keberadaan Nadzifa di antara anggota keluarga yang hadir, tapi tidak ada.
“Nadzifa mana?” bisiknya di telinga Bramasta.
“Masih diumpetin. Lha ‘kan keluarnya nanti kalau udah kelar akad nikah,” balas Bramasta menatap malas Farzan.
Farzan mengangguk singkat, kemudian meneruskan ayunan kaki menuju meja tempat akad nikah dilaksanakan. Karena pernikahan ini dadakan, maka yang hadir sedikit. Hanya anggota inti keluarga Harun dan keluarga paman Nadzifa, termasuk orang kepercayaan yang mengelola butik.
“Karena pengantin pria sudah ada di sini. Bagaimana jika akad nikah segera dimulai?” Penghulu melihat ke arah anggota keluarga yang lain.
Semua yang ada di sana mengangguk serentak. Penghulu menyampaikan khutbah nikah terlebih dahulu, sebelum akad nikah dilakukan. Setelah dua orang saksi sudah duduk di sisi kiri dan kanan meja, petugas KUA (Kantor Urusan Agama) itu mempersilakan Farzan memegang tangan Paman Nadzifa.
Akad nikah pun dimulai. Paman Nadzifa membacakan kalimat ijab dengan jelas dan lugas. Farzan langsung menyambutnya dengan kalimat kabul tanpa melakukan kesalahan sedikitpun, meski keningnya tampak berkeringat.
“Bagaimana saksi?” Penghulu melihat kedua saksi bergantian. “Sah?”
“Sah,” sahut dua orang saksi.
“Alhamdulillah,” ucap penghulu diiringi yang lainnya.
Farzan bisa bernapas lega sekarang, karena telah resmi memperistri Nadzifa. Dadanya dipenuhi kebahagiaan yang meluap, seakan tumpah ruah.
“Pengantin wanita silakan dibawa ke sini. Kasihan sejak tadi dicari sama Mas Farzan,” canda petugas KUA tersebut.
Farzan tersenyum malu dengan kepala tertunduk. Dia kemudian berdiri dan membalikkan tubuh. Jantungnya riuh gempita di dalam dada menunggu kedatangan istri tercinta. Sungguh apa yang dirasakan saat ini tidak lagi bisa digambarkan dengan kata-kata.
Pandangan netra elang Farzan terpaku melihat seorang wanita berkerudung, mengenakan baju kebaya muslimah yang membungkus rapat tubuh rampingnya. Sebuah tiara menghiasi bagian puncak kepala. Nadzifa berjalan diapit oleh Arini di samping kiri dan Alyssa di samping kanan.
Senyum manis tampak merekah di bibir berisi Nadzifa yang mengenakan lipstik berwarna peach. Gadis itu tampak anggun dan cantik, membuat Farzan tidak sabar untuk memeluk dan melabuhkan kecupan di kening dan bibirnya.
Semakin Nadzifa mendekat, Farzan semakin tegang dibuatnya. Tarikan napas panjang entah berapa kali dilakukan untuk mengusir gugup yang melanda. Ya, meski sudah mengucapkan akad nikah, tetap saja ia dilanda gelisah.
Farzan mengulurkan tangan yang berkeringat menyambut kedatangan sang Istri. Beberapa detik kemudian, Nadzifa sudah menautkan jemarinya di daun tangan pria itu.
“Cantik banget,” puji Farzan tersenyum lembut.
Nadzifa hanya menanggapi dengan mengulum senyum.
“Peluk trus cium, Zan,” seru Brandon menggoda adiknya. Dia tahu persis Farzan sudah menahan diri sejak tadi pagi. Haha!
Arini hanya geleng-geleng kepala mendengar suaminya.
Farzan nyengir kuda sebelum menarik Nadzifa mendekat. Dia menyentuh pinggir wajah gadis itu, kemudian memintanya menundukkan kepala. Mata elangnya terpejam ketika membacakan doa. Setelah itu, ia melabuhkan kecupan di kening Nadzifa dalam waktu yang lama.
“Ya, kok ciumnya di kening doang, Zan? Nggak seru.” Bramasta ikut-ikutan bersuara.
“Hush! Takut kebablasan gue di sini,” sahut Farzan melirik ke arah Nadzifa yang tersipu malu.
Bramasta langsung maju ke depan, bersiap menyandang profesi sebagai juru foto.
“Ambil fotonya nanti aja, Mas. Sekarang tanda tangan dulu, agar tugas saya kelar. Kasihan anak istri saya nanti lumutan tunggu saya pulang,” gurau petugas KUA menyerahkan dua buku nikah dan beberapa berkas yang harus ditandatangani.
Farzan dan Nadzifa memutar balik tubuh, lalu duduk di kursi yang telah tersedia. Keduanya membubuhkan tanda tangan pada berkas yang dibutuhkan. Setelah itu mereka berdua saling bertatapan dan berbagi senyuman. Akhirnya status mereka sekarang menjadi suami istri. Fiuh!
***
Suasana hening menyelimuti kamar hotel yang luas ini. Hanya suara deru napas keluar memburu dari hidung dan mulut bersamaan yang terdengar. Farzan merasa kepanasan, sehingga wajahnya memerah dan berkeringat. Dia mengipaskan tangan ke wajah sendiri.
Nadzifa tersenyum melihat ekspresi suaminya sekarang, lantas mengambil tisu dan menyeka keringat pria itu.
“Segitu aja udah ngos-ngosan. Gimana nanti?” ledeknya menyeringai.
Hayo, lagi mikir apa sekarang? Jangan bilang sedang membayangkan yang tidak-tidak. Haha!
“Kamu itu berat, Sayang. Bayangin aku harus gendong kamu dari turun mobil, trus naik ke atas juga.”
Prank! Mereka belum ngapa-ngapain, baru sampai hotel. Ck!
Mata hitam Nadzifa mendelik nyalang. “Jadi aku sekarang berat ya? Waktu kamu gendong aku di Zürich dulu bilang ringan banget,” sungutnya dengan wajah ditekuk.
Gadis itu berdiri kemudian beranjak ke depan walk in closet dengan raut kesal.
Farzan langsung panik, khawatir jika istrinya merajuk. Bisa ambyar malam pertama mereka. Sia-sia penantian panjangnya untuk memadu kasih.
“Eh, jangan ngambek, Zi.” Farzan melangkah ke dekat Nadzifa.
Nadzifa membuang muka dengan bibir mengerucut. Dia membuka tiara yang berada di puncak kepala, kemudian meletakkannya di atas nakas.
“Zi?” panggil Farzan bingung mencari cara agar bisa meredakan rasa kesal Nadzifa.
Gadis itu tidak mengindahkan panggilan Farzan dan terus melanjutkan aktivitas membuka kerudung. Dalam hitungan detik, rambut panjang hitam nan tebal itu tergerai menutupi area punggung.
Tanpa berbicara lagi, Farzan langsung merangkul Nadzifa dari belakang. “Maaf ya. Aku nggak bermaksud bikin kamu marah. Masa sih malam pertama kita harus marah-marahan?” bisiknya di samping telinga sang Istri.
Nadzifa menarik napas panjang, kemudian diembuskan perlahan. Dia melihat Farzan di pantulan cermin. Benar juga, tidak baik jika dia tersinggung dengan perkataan suaminya. Bisa jadi memang berat badannya yang bertambah sekarang.
Dia melepaskan tautan tangan Farzan di depan perut, lantas memutar balik tubuh. Keduanya saling berbagi pandang beberapa saat.
“Aku juga minta maaf, mungkin lagi sensi aja karena mau dapet,” ucap Nadzifa merasa bersalah.
“Mau dapet?” Tampak raut kecewa di wajah Farzan.
Nadzifa menganggukkan kepala. “Minggu-minggu ini sih.”
Raut wajah gadis itu berganti usil. “Kenapa? Kamu khawatir ya?”
“Iya. Masa baru enak-enak udah datang bulan aja,” keluhnya.
Nadzifa tersenyum usil. “Ya udah mandi dulu sana,” suruhnya mengerling ke kamar mandi.
Farzan menggeleng. “Nanti aja mandi berdua,” balas pria itu menyeringai.
“Masa kita nggak mandi? Aku keringetan nih bau do—”
Pria itu langsung membungkam bibir istrinya dengan rapat. Rasa manis inilah yang dirindukan Farzan selama ini. Dia ingin mengecap rasa bibir berisi Nadzifa yang mampu membuat candu.
Nadzifa mulai membalasnya dengan intens seraya melepaskan kancing beskap yang dikenakan Farzan. Tak peduli dengan tubuh suaminya yang berkeringat, ia masih melanjutkan aksi melepaskan pernak-pernik yang ada di tubuh Farzan.
Hasrat Farzan dan Nadzifa mulai terpancing. Sehingga … terjadilah sesuatu yang seharusnya terjadi. Tidak perlu dijelaskan bagaimana detailnya. Biarlah menjadi privasi mereka, tanpa dibeberkan ke khalayak ramai.
Pada akhirnya suami istri itu terkapar di bawah selimut yang menutupi tubuh polos mereka. Farzan dan Nadzifa saling berhadap-hadapan dan berbagi senyum. Mereka tidak menyangka akan melewati sesuatu yang penting malam ini.
Jari telunjuk Nadzifa bergerak mencolek hidung Farzan. “Kamu mahir banget deh.”
“Masa? Sakit nggak?”
Kepala gadis itu mengangguk pelan. “Dikit sih, tapi habis itu enak.”
“Mau lagi?” goda Farzan mulai ketagihan.
Nadzifa menutup wajah dengan kedua tangan malu-malu meong. Kepalanya bergerak ke atas dan bawah. Setuju untuk melanjutkan perjuangan mereka malam ini.
Perjalanan kembali diteruskan. Suami istri itu menjelajahi banyak area yang baru saja terjamah. Seperti theme song Ninja Hattori; mendaki gunung lewati lembah. Sungai mengalir hijau ke samudera. Bersama teman bertualang. Haha!
Bersambung....
Sssttt ... gak boleh ketawa, ngakak boleh. :)))

Komentar Buku (82)

  • avatar
    Yuliana Virgo

    menarik

    31/05/2023

      1
  • avatar
    Joezeus Maria Catalanoto

    leen,novelmu buagus smua nih. nungguin trus novel barumu yg lain. udah ku baca berulang" ttep aja bgus. kok lama bgt gak ada novel bru drimu sih.

    22/12/2022

      1
  • avatar
    Sugiarto

    bgs

    05/12/2022

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru