logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 31 Selalu Ada Untukmu

Farzan terkejut bukan main ketika melihat ibunya berada di gedung milik The Harun’s Group. Satu bulan yang lalu, dia mengantarkan Ayu ke bandara sebelum terbang ke Uluwatu. Kenapa wanita itu bisa berada di sini tepat pada hari pernikahan Alyssa?
Ayu menyeringai melihat ekspresi putranya. Dia meraih tangan Farzan, tapi ditepis dengan kuat.
“Mommy hanya ingin hadir di pernikahan cucu. Nggak boleh?”
Farzan menarik tangan Ayu menjauh dari lift. Dia tidak ingin menarik perhatian banyak orang, karena sebentar lagi tamu undangan akan datang.
“Cucu? Mommy udah nggak ada hubungan apa-apa dengan keluarga ini lagi. Jangan ganggu Papa dan Mama lagi. Hidup mereka udah tenang,” cicit Farzan tertahan. Dia berusaha menahan suara khawatir terdengar oleh orang lain.
Ayu tertawa lebar, sehingga bibir tipisnya hampir tidak terlihat. “Makanya turuti Mommy. Kembali ke posisi seharusnya kamu berada. Ngapain coba kamu kerja di perusahaan orang, cuma jadi kacung?!”
Sorot mata Farzan berubah tajam. Napas mulai menderu keluar dari sela hidung dan mulut bersamaan.
“Posisi seharusnya kata Mommy? Posisi yang mana? Posisi sebagai anak haram dan nggak diharapkan? Atau posisi anak dari hasil jebakan yang Mommy bikin buat jerat Papa?” cecarnya dengan dada yang terasa sesak.
Cairan bening tampak menggenangi mata elang yang memerah miliknya. Farzan melemparkan telunjuk asal sebelum berujar, “Sejak awal harusnya aku nggak pernah ada di keluarga ini. Harusnya Mommy nggak jadi orang ketiga yang menghancurkan rumah tangga orang.”
“Menghancurkan gimana? Kamu lihat Mas Sandy masih sama Mbak Lisa sekarang. Yang hancur itu kita, Farzan!!” Ayu mendelik tak kalah tajam dari Farzan. “Lihat hubungan kita, lihat hidup Mommy yang terlunta-lunta. Kamu jangan lupa gimana kita sebelum Mommy di penjara.”
Farzan menggeleng tegas. “Sejak dulu Mommy hanya jadikan aku alat untuk menahan Papa, agar nggak tinggalin Mommy. Cuma Mama Lisa yang tulus sayang sama aku, sebelum Kak Arini hadir.”
“Sekarang pergi dari sini, sebelum aku panggil sekuriti untuk keluarkan Mommy dari sini!” tegas Farzan sudah tidak tahan lagi melihat kelakuan ibunya. Wanita itu belum sadar dengan kesalahan yang telah diperbuat.
Ayu bergeming dengan dagu terangkat ke atas. “Mommy mau naik ke atas. Mas Sandy harus berikan hak kamu!”
“MOMMY!!” hardik Farzan dengan tubuh gemetar menahan amarah. Kedua tangannya mengepal erat di samping tubuh, agar tidak melakukan kekerasan kepada sang Ibu.
Pria itu langsung melempar pandangan mencari keberadaan sekuriti. Tilikan matanya berhenti ketika melihat Nadzifa berdiri tak jauh dari mereka dengan tatapan iba. Gadis itu menggelengkan kepala pelan. Farzan paham maksud gerakan tubuhnya.
“Sekuriti!!” panggil Farzan mengeraskan suara.
Dua orang berseragam hitam dan bertubuh tegap langsung datang menghampiri.
“Kenapa, Mas?” tanya sekuriti yang langsung mengenali Farzan dari pakaian seragam keluarga Harun.
“Bawa wanita ini keluar dan jangan biarkan masuk lagi ke gedung ini!” titah Farzan.
Kedua sekuriti itu langsung memegang tangan Ayu. “Keluar sekarang dengan baik-baik, Bu,” kata salah satu di antara mereka.
Ayu menoleh kepada Farzan sebelum beranjak dari sana. “Kamu akan menyesal karena sudah perlakukan Mommy kayak gini. Lihat aja, Mommy akan bikin keluarga yang kamu banggakan itu berantakan. Terutama Brandon dan Arini!!”
“Dan kamu!!” Ayu menunjuk kepada Nadzifa. “Jangan pernah berharap bisa jadi istri Farzan. Aku nggak akan pernah izinkan kalian menikah.”
Farzan meradang mendengar perkataan Ayu. Rahangnya menegas dengan sorot mata menyeramkan. “Awas kalau Mommy berani ganggu keluargaku, terutama Mas Brandon dan Kak Arini. Aku nggak akan pernah maafkan Mommy.”
Nadzifa meraih tangan Farzan yang benar-benar naik pitam. Sebelah tangan yang bebas mengusap punggung pria itu. Kepalanya menggeleng pelan, agar Farzan tidak terpancing dengan perkataan sang Ibu.
Sekuriti langsung menyeret Ayu keluar tanpa menunjukkan rasa hormat, sebelum membuat keributan lainnya.
Nadzifa melempar pandangan ke sisi lain gedung, agar Farzan bisa menumpahkan segala perasaannya. Setelah melihat spot yang cocok, dia menarik tangan pria itu ke sana.
Farzan melangkah gontai mengikuti ke mana Nadzifa membawanya. Air mata yang sejak tadi ditahan, menetes satu per satu.
“Sekarang nangis aja. Nggak ada yang lihat,” bisik Nadzifa menarik Farzan ke dalam pelukan. Dia tahu persis pria itu membutuhkan bahu untuk bersandar.
“Maaf aku bikin keributan waktu kamu datang,” balas Farzan terdengar lirih.
Nadzifa menganggukkan kepala seraya menepuk punggung Farzan. “Ada kalanya sebuah pesta dihiasi keributan. Kalau nggak rame, nggak asyik.”
Farzan tertawa singkat mendengar perkataan gadis itu. Dia melonggarkan pelukan dan memandang lekat paras Nadzifa yang tampak cantik dengan balutan gaun brokat berwarna pastel. Make-up minimalis menambah keelokan rupanya.
“Makasih udah ada untukku,” ucap Farzan.
Nadzifa tersenyum lembut. Tangannya naik membelai wajah Farzan yang tampak kusut.
“Udah seharusnya gue ada untuk lo. Dua bulan lagi kita nikah loh,” balas Nadzifa terdengar sangat tulus.
Dada Farzan terasa menghangat mendengar perkataannya. Kehadiran Nadzifa saat ini benar-benar berarti baginya. Perlahan tapi pasti gadis itu mulai memiliki arti bagi Farzan, meski belum mampu menggantikan Arini sepenuhnya.
Mereka berbagi pandangan dalam waktu yang cukup lama dalam hening. Berusaha menyelami perasaan yang kini menyelusup di hati masing-masing.
Farzan melepaskan genggaman tangan yang sejak tadi belum terlepas, kemudian beranjak ke samping leher Nadzifa. Tilikan netra hitamnya berpindah ke bibir berisi penuh yang dihiasi lipstik berwarna peach.
Kepala pria itu bergerak mengejar wajah Nadzifa yang tampak pasrah menerima kehadiran bibir Farzan di bibirnya. Mata keduanya terpejam saat jarak mulai terpangkas.
Kening Nadzifa mendadak berkerut ketika Farzan tidak melakukan apa-apa selama beberapa detik. Hanya embusan napas segar yang menggelitik wajahnya. Tak lama kemudian, dia merasakan sebuah kecupan hinggap di keningnya.
Dua pasang mata yang tadi tertutup, kini terbuka serentak. Mereka kembali berbagi pandang sebelum tertawa bersama.
“Penakut banget sih,” ledek Nadzifa menempelkan kening di kening Farzan.
Farzan menggeleng cepat. “Bukan takut, tapi kasihan kamu.”
Nadzifa menatap bingung ketika kepalanya mundur ke belakang.
“Nanti lipstik kamu jadi belepotan,” lontar Farzan melirik bibir Nadzifa.
Gadis itu berjinjit, lantas memberi kecupan singkat di bibir Farzan. “Kalau gitu nggak belepotan, ‘kan?” cibirnya menahan senyum.
Farzan mendesah pelan seraya menggelengkan kepala. Dia mengusap dada sendiri ketika bergumam. “Sabar, dua bulan lagi.”
Kakinya bergerak menuju lift.
“Apanya yang sabar?” Nadzifa dan tingkat kekepoannya segera menyusul Farzan di belakang.
“Sabar kenapa?” ulang Nadzifa ketika tidak mendapatkan jawaban.
“Kepo banget jadi cewek,” balas Farzan setelah menekan tombol naik. Suasana hatinya mulai normal lagi, sehingga memutuskan untuk kembali lagi ke lantai atas.
“Farzan?” kejarnya.
“Rahasia laki-laki.”
Nadzifa mengembuskan napas keras dengan wajah mengerucut. Dia memasuki kotak besi dengan tingkat keingintahuan sudah mencapai ubun-ubun.
“Segitu aja ngambek,” goda Farzan melihat pantulan wajah Nadzifa di dinding lift.
Gadis itu malah membuang muka.
Farzan tergelak melihat wajah menggemaskan Nadzifa. Dia meraih jemari lentik itu dan menggenggamnya erat.
Begitu pintu lift terbuka, keduanya segera keluar dari sana beriringan dan bergandengan tangan. Kinilah saatnya Farzan memperkenalkan calon istrinya kepada Brandon, sesuai janji yang telah diucapkan. Apalagi hingga saat ini sang Kakak belum bertemu dengan Nadzifa.
Sementara Nadzifa melangkah gugup memasuki ballroom, tempat pesta pernikahan Alyssa dilaksanakan. Dia menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya perlahan. Sebentar lagi ia akan berjumpa dengan pria yang selama ini dicari. Orang yang telah menghancurkan hidup Tante yang sangat disayanginya.
Bersambung....

Komentar Buku (82)

  • avatar
    Yuliana Virgo

    menarik

    31/05/2023

      1
  • avatar
    Joezeus Maria Catalanoto

    leen,novelmu buagus smua nih. nungguin trus novel barumu yg lain. udah ku baca berulang" ttep aja bgus. kok lama bgt gak ada novel bru drimu sih.

    22/12/2022

      1
  • avatar
    Sugiarto

    bgs

    05/12/2022

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru