logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 29 Just You and Me

Farzan dan Nadzifa saling berbagi tawa. Mereka menertawakan hidup yang terasa begitu menyedihkan. Perselisihan yang kerap terjadi di antara keduanya, kini mulai menguap semakin mengenal satu sama lain.
“Kayaknya beneran deh, Zan. Kita udah ditakdirkan nikah.” Nadzifa tersenyum kecut.
Pria itu mengangkat bahu singkat. “Rahasia Allah, Zi. Kita nggak akan pernah tahu apa yang akan terjadi.”
“Iya juga sih,” sahut Nadzifa membenarkan. Raut usil tergambar di wajahnya sekarang. “Nah gitu dong. Enak tahu dengerin lo panggil gue Zizi. Kayaknya lebih akrab gitu.”
Keduanya kembali diam lagi hingga beberapa detik.
“Lo mau dibikinin apa? Belum makan pasti, ‘kan?” tanya Nadzifa memecah keheningan.
“Emang bisa masak?” ledek Farzan.
Mata hitam lebar Nadzifa membulat protes. Tangannya bertengger di pinggang. “Bisa dong. Sini gue tunjukkan. Mau gue bikinin apa nih? Mie rebus apa mie goreng?”
Farzan langsung ngakak mendengar perkataan Nadzifa. “Mie instan maksudnya?”
Gadis itu menatap malas. “Ngeledek lagi lo? Karena lo akhir-akhir ini udah nggak kaku lagi, jadi gue maafin.”
Dia melangkah ke kulkas, kemudian mengeluarkan satu bungkus ayam fillet. “Lo suka sawi nggak?” teriaknya menoleh sekilas ke belakang.
Farzan berdiri, kemudian melangkah menuju dapur. “Aku suka semua jenis sayuran.”
“Oke. Karena gue belum belanja jadi bikin sawi aja ya,” kata Nadzifa bersiap membersihkan sawi.
Pria itu berdiri di belakang Nadzifa dengan tenang. “Katanya mau bikin mie. Kok malah bikin sayuran?”
“Gue bercanda. Habis lo terlalu meremehkan skill masak gue,” sungut Nadzifa mencibir ke belakang, lantas kembali fokus lagi membersihkan lembar demi lembar daun sawi.
“Selama ini kamu selalu beli yang udah jadi, makanya aku pikir nggak bisa masak.”
Nadzifa mematikan kran air dan memutar balik tubuh ke belakang. Baru saja ingin merespons perkataan Farzan tadi, ia langsung mingkem melihat pria itu tepat di depannya. Pandangan mereka berdua bertemu beberapa saat. Jantung mulai gaduh di dalam dadanya ketika menatap sorot mata elang itu.
“Gue … gue cuma lagi males aja.” Nadzifa kembali membelakangi Farzan. Dia pura-pura fokus lagi dengan sawi yang tadi dibersihkan.
“Gue bisa masak, tapi nggak rajin masak. Tergantung mood,” sambungnya lagi di sela perasaan aneh yang menyelimuti hati.
“Oh gitu. Jadi penasaran pengin cicipi masakan kamu,” tanggap Farzan mengusap kedua belah tangan.
Nadzifa menarik napas berat ketika jantungnya masih berdendang. “Duduk sana gih. Jangan ganggu gue masak,” suruhnya tanpa melihat kepada Farzan.
“Makan klapertart aja. Gue tadi bikin banyak. Ambil di kulkas. Kasih buat Nyokap lo satu gih. Kali aja lapar,” tutur Nadzifa masih membersihkan sawi.
“Oya? Boleh juga tuh.” Farzan tampak bersemangat melangkah ke kulkas. Setelah mengambil satu, ia kembali duduk bersandar di meja dapur, tepat di samping Nadzifa.
“Makan kok berdiri?! Duduk sana,” usir gadis itu mengibaskan tangan.
Farzan menggeleng. “Ini juga udah duduk, ‘kan?” balasnya mengerling ke tubuh yang bertengger sebagian di meja dapur.
Nadzifa memutar bola mata, kemudian geleng-geleng kepala. Dia tidak bisa konsentrasi jika Farzan masih terus berada di sana. Bingung juga memikirkan bagaimana cara agar pria itu beranjak dari sana.
“Gimana?” Gadis itu melirik sekilas kepada Farzan yang tampak menikmati klapertart buatannya.
“Ini beneran kamu yang bikin? Nggak beli, ‘kan?” Sifat usil Farzan mulai keluar sekarang.
Nadzifa mengurungkan niat mengiris daun sawi yang sudah dibersihkan. Dia mulai memberikan serangan bertubi-tubi di lengan Farzan, sehingga membuatnya meringis.
“Jahat banget sih lo! Itu gue bikin sendiri ampe keringetan, tapi malah dibilang beli,” sungutnya kesal. Wajah Nadzifa memerah sebal.
Farzan malah cekikikan ketika berhasil menghindar dari serangan gadis itu. Dia menangkap tangan Nadzifa yang tidak berhenti melancarkan pukulan.
“Maaf, aku bercanda. Habis suka aja lihat kamu marah-marah kayak gini,” ucap Farzan menatap lurus Nadzifa, sehingga tubuhnya sedikit membungkuk.
Jangan ditanya lagi bagaimana ekspresi gadis itu sekarang. Wajahnya langsung bersemu merah, saat merasakan darahnya berdesir oleh sorot mata elang Farzan. Nadzifa mulai bingung dengan dirinya dua hari ini. Semenjak pria itu menginap tadi malam, jantungnya sering berdebar. Belum lagi jadi mudah tersipu.
Gue kenapa sih? batinnya kebingungan.
“Anterin klapertart gih buat Nyokap lo,” gumam Nadzifa menurunkan lagi tangan ke bawah.
Farzan menggeleng enggan. “Nanti aja sekalian dengan makanan yang kamu masak sekarang. Malas bolak-balik.”
Gadis itu berdecak pelan. “Gue nggak bisa lagi kasih saran kayak kemarin. Emang sih Nyokap lo rada menyebalkan,” celetuknya jujur.
“Akhirnya lihat sendiri ‘kan Mommy kayak apa.” Farzan kembali menikmati klapertart yang tadi diletakkannya di atas meja dapur, sebelum serangan tepuk nyamuk yang diberikan Nadzifa.
Nadzifa mengangguk seraya memotong sawi yang akan ditumis. Rencananya dia akan memasak chicken teriyaki dan tumis sawi, agar cepat selesai.
“Cuma Kak Arini yang sabar hadepin Mommy. Kak Arini juga yang kirim uang tiap bulan buat Mommy sebelum aku kerja,” sambung Farzan setelah menelan suapan klapertart.
“Kakak ipar lo emang kayak ibu peri banget deh.” Nadzifa mengambil bawang, lalu mengupasnya. “Kelihatan baik kok orangnya.”
“Banget, Zi. Dia juga nggak pernah beda-bedakan aku dengan El dan Al,” kenang Farzan tersenyum mengenang bagaimana penyayangnya Arini.
“Udahan makan klapertartnya?” Nadzifa menoleh ke kiri sebelum mengiris bawang.
“Habis nih. Enak.” Farzan memperlihatkan kotak yang ditutupi kertas aluminium itu.
“Sekarang duduk di situ. Gue mau masak. Nggak konsen dari tadi nih, sumpah,” suruh Nadzifa lagi menunjuk ke arah kursi meja makan.
Senyum usil terbit di wajah Farzan. Dia ingin melihat wajah marah Nadzifa sekali lagi sebelum benar-benar beranjak dari dapur. Kakinya melangkah ke depan gadis itu, lalu mengurungnya dengan kedua tangan memegang pinggir meja.
Farzan seperti ingin membalas perbuatan Nadzifa yang suka seenak jidat kepadanya.
Dia hanya diam seraya menatap lekat gadis itu. Kepalanya mendekat, sehingga Nadzifa memalingkan wajah karena salah tingkah.
“Mau ngapain lo?” desis Nadzifa dengan napas tertahan, sehingga tulang lehernya terlihat jelas.
“Kok jadi salting gitu? Bukannya kita udah pernah ciuman ya?” goda Farzan menyeringai.
Bola mata Nadzifa bergerak liar menghindari tatapan mata elang hitam tersebut. Kepala gadis itu auto mundur ke belakang saat Farzan semakin mendekatkan wajah, sehingga jarak menjadi terpangkas lagi.
“Emang nggak mau lagi?” Farzan masih belum berhenti menggodanya.
“Jangan bercanda deh, Zan. Waktu itu ‘kan cuma ngetes doang,” kilah Nadzifa beralasan.
Nadzifa auto menelan ludah ketika tilikan matanya beranjak ke netra Farzan. Jantung berdebar lebih cepat, seiringan dengan darah berdesir di dalam tubuh.
Ini anak mau ngapain sih? Jangan bikin gue khilaf woi! berisik hatinya.
Farzan memandang mata hitam lebar milik Nadzifa bergantian. Tangan yang tadi bertumpu ke pinggir meja makan, kini bergerak naik membelai pipi tirus gadis itu. Dia semakin menikmati ekspresi was-was Nadzifa sekarang.
Farzan memajukan bibirnya ke depan, seakan ingin menyentuh bibir berisi milik Nadzifa. Alhasil gadis itu malah memejamkan mata rapat, pasrah jika mereka kembali melakukan pergulatan bibir seperti waktu itu.
“Emang enak dikerjain?” bisik Farzan tepat di telinga Nadzifa. Dia mundur satu langkah ke belakang, kemudian tertawa sejadi-jadinya.
Nadzifa yang baru sadar dikerjai pria itu, langsung sewot dengan wajah mengerucut. “Lo bener-bener ya. Gue udah sport jantung. Tanggung jawab!!” teriaknya mengacungkan pisau.
Farzan langsung lari ke dekat sofa dengan wajah ketakutan. “Jangan main-main sama pisau, Zi. Serem,” katanya bergidik.
“Bodoh amat. Gue udah hampir mati karena jantung rasanya mau copot, gara-gara lo,” sergah Nadzifa garang.
“Nanti aku cium beneran loh.” Farzan masih ngeri melihat pisau.
“Awas kalau lo cium gue. Gue ajak ML (making love) beneran baru tahu rasa lo!” balas Nadzifa sengit.
“Apa?” Kini giliran Farzan yang terkejut.
“Kenapa? Lo nggak suka?” Nadzifa meletakkan pisau tadi di atas meja makan.
Gadis itu menyeringai bersiap melakukan pembalasan atas perbuatan Farzan barusan.
“Eh, Zi. Jangan gila deh. Aku nggak mau loh ya.” Farzan mundur ke belakang, khawatir jika Nadzifa benar-benar nekat mengajaknya bercinta.
“Lo yang mancing duluan.” Nadzifa melepaskan ikat rambut, sehingga rambut hitam legam itu terurai. Kakinya terus melangkah ke depan, membuat Farzan melangkah mundur lagi.
Pria itu semakin tersudutkan, sehingga terjungkal ke atas kasur. Dalam hitungan detik Nadzifa sudah berada di atas tubuhnya.
“Mau lari ke mana lo? Ayo cium gue kalau berani. Setelah itu kita ML beneran,” tantangnya.
Farzan menggeleng cepat. “Jangan gila, Zi!”
“Di sini cuma kita berdua, nggak ada yang lain. Hanya ada lo dan gue.”
“Ada Allah dan malaikat.” Farzan semakin gemetar.
Nadzifa tertawa keras, kemudian beranjak dari atas tubuh Farzan. Napasnya semakin sesak karena puas mengerjai pria itu.
“Makanya jangan kerjain gue. Lo sendiri yang gemetar, ‘kan?” ledek Nadzifa geleng-geleng kepala.
Farzan langsung duduk ketika tidak ada lagi beban di atas tubuh. Dia berdecak berkali-kali menyadari ternyata Nadzifa jauh lebih jail dibanding dirinya. Meski demikian, dia suka dengan sifat periang gadis itu.
Awal pertemuan mereka memang tidak mengenakkan, tapi sekarang hubungan keduanya mulai membaik. Tidak ada yang menyangka, Farzan dan Nadzifa akan menikah dalam waktu dekat.
Ponsel Farzan tiba-tiba berdering. Sebuah panggilan masuk dari Bramasta.
“Astaghfirullah,” ucapnya menepuk jidat.
“Kenapa?” tanya Nadzifa bingung.
“Aku lupa cerita tentang kita sama Bram,” jawabnya panik.
Bersambung....
Jangan lupa follow akun ini untuk dapat informasi update bab terbaru yaa, Kakak-kakak. Atau bisa follow juga akun IG @Leena_gie yaa ^^

Komentar Buku (82)

  • avatar
    Yuliana Virgo

    menarik

    31/05/2023

      1
  • avatar
    Joezeus Maria Catalanoto

    leen,novelmu buagus smua nih. nungguin trus novel barumu yg lain. udah ku baca berulang" ttep aja bgus. kok lama bgt gak ada novel bru drimu sih.

    22/12/2022

      1
  • avatar
    Sugiarto

    bgs

    05/12/2022

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru