logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 5 Namanya juga cewek

Andra POV
Itu Rista! Mati aku! Batinnku
Kringg***ringggg***ringggg
Bel masuk telah berbunyi dan aku masih didepan kelas seperti patung yang bernyawa, Saat ini aku sungguh sial mengapa juga Si Rista itu pakai masuk lagi. Dan, kenapa juga dia masuk di jadwal yang sama. Sungguh menyebalkan. Aku bingung harus masuk atau tidak.
Kalau masuk bearti aku harus siap dipermalukan. Dan..
Kalau tidak masuk, aku dihukum lagi, apa aku sanggup? Sanggup sih sanggup saja bagiku tapi kalau pihak sekolah? Mungkin sudah langsung dikeluarkan!
Oke, aku melangkah maju sehingga diriku bisa berhadapan dengan pintu yang masih tertutup, aku menghela nafas panjang lalu meruntuki ku diri sendiri 'Sial kau'.
Aku hendak memegang ganggang pintu tapi aku masih ragu apa diriku ini siap, ah aku jadi pusing kalau begini. Aku mencoba membuka ganggang pintu dengan tangan gemetar hingga berhasil!. Berhasil memegangnya bukan membukanya.
"Kenapa kau belum, masuk?" suara pria yang terdengar begitu berat membuat diriku tertegun sesaat.
Aku masih berada ditempat yang sama, menghadap pintu. Aku belum berani menghadap kebelakang, takut guru nya jelek.
Pria itu mengerutkan kening, " Kenapa kau belum masuk, bukankah bel sudah bunyi dari tadi?" katanya lagi.
"Emmm....a..anuu, pak. Mmm aku tadi..." ucapku yang terbata-bata, kubalikkan tubuhku dan melihat guru ku itu.
"Kenapa kau tidak masuk kelas?, apa kau mau membolos yaaa..." ujarnya, pria itu langsung menarik tanganku masuk ke kelas. Padahal ingin saja aku menyahuti pikiran yang tidak itu, buat apa juga aku membolos.
"Selamat siang, anak-anak!" teriaknya, aku hanya bisa menunduk dan mengalihkan pandanganku ke tembok dan tangan ku yang masih dicekal, agar tidak bertemu Rista, musuhnya!.
Dapat ku mendengar bisikan-bisikan kaum hawa maupun adam. Entah mengucapkan sesuatu hal yang tidak dapat ku dengar yang pasti saat ini berisik. Dan aku tidak diberikan keistemewaan oleh tuhan untuk menjadi INDIGO, yang bisa membaca pikiran orang dan mendengar jelas apa yang mereka ucap.
Dosen itu mengerutkan kening, kenapa semua muridnya tidak menjawab sapaannya. "Apa kalian tidak berniat menjawab sapaanku?"
Mendengar itu semua mahasiswa sadar akan hal itu.
"Siaaangg, pak!" jawab semua mahasiswa dengan balas berteriak.
"Si..siapa itu pak?" tanya salah satu mahasiswi.
Aku masih menghadap kebelakang, dan juga aku merasa kalau dosen itu melihat ku dengan intens. Sungguh mengerikan.
"Dia ini sebenarnya tadi mau membolos di jadwalku. Tapi karna kepergok oleh ku jadi dia gagal untuk melakukan aksinya itu." ia berucap dengan santai, " Hai pemuda menghadaplah kedepan!" suruhnya.
Aku masih bingung, takut dan kesal, Semua perasaan itu menjadi satu. Dengan rasa gugup aku berusa memberanikan diriku untuk membalikkan tubuhku. Walaupun kepalaku masih menunduk.
"Kenapa kau tadi telat ha? jelaskan alasanmu. Dan jika kau tak berniat melakukan yang seperti saya pikir, jelaskan juga secara terinci."
Tapi aku masih diam, tak membalas pertanyaan yang ia berikan padaku. Aku belum siaap, oh ya tuhan bisakah kau membantuku kali ini, kali ini saja.
"Bapak bertanya kepada ku?" mungkin pertanyaanku terlihat konyol, tapi yakinlah itu supaya memberi waktu untuk mengumpulkan keberanian didalam tubuhku ini.
"Emangnya kau kira aku bertanya ke siapa? Bukankah yang tadi kepergok membolos adalah kau!" ia sedikit membentak, membuat diriku bergidik ngeri olehnya.
Aku menghela napas panjang dan membuangnya secara kasar.
Perlahan aku sedikit mendongakkan kepalaku ke depan dengan keberanian yang tinggi, " jadi ini berawal dari tadi pagi. Tadi pagi aku dihukum oleh dosen ku dan karna kebiasaannya membuat teman didepan ku mendapat musibah yaitu ketelen koin, sebenarnya dosen ingin koin itu masuk ke mulutku lagi tapi sepertinya koinnya mengelak. Dan sebenarnya aku tidak berniat membolos bahkan aku sudah berdiri di depan pintu sebelum bel berbunyi, saat mau masuk aku mulai ragu dengan masalah tadi." aku memberi jeda membuat seisi ruangan bungkam tanpa berbicara. Ia menunggu ku untuk melanjutkan pembicaraan yang tadi sempat terpotong.
Ku lirik dimana Rista duduk dia biasa saja dan tampak tidak terkejut dengan ucapanku.
"Kenapa kau melirik ku begitu? Dan kenapa kau menyalahkan ku atas kesalahanmu?" ia bertanya dengan tenang dan santai, tidak ada nada marah ataupun lainnya.
"KARNA KAU PASTI AKAN MENGOMELI KU SAAT AKU MASUK TADI, DAN MENYURUHKU AKAN HAL-HAL YANG ANEH. DAN INI SEMUA SALAH MU!" Bentak ku dengan nada tinggi.
" Apa kau bilang?" tanya Rista yang sudah siap menghampiri diriku.
Seketika aku langsung memukul bibir ku berkali-kali, aku makin gugup kenapa tadi ini bisa terjadi padaku. Sial mulut tak punya etika.

Komentar Buku (51)

  • avatar
    EfrianIrjon

    cerita ini sangat menarik dan baik dengan cara berbicara antara satu dan yang lain intonasi yang sangat jelas baik dan komunikasi yang sangat baik saya tertarik dengan cerita yang anda buat dan rekan yang lain disatu sisi saya kira cerita ini tidak menarik ternyata malah sebaliknya cerita ini adik tidak singkat padat jelas dan memiliki sifat yang lembut dan berkualitas dan memiliki kreteria masing masing dari semua pemain yg ada dicerita sayang sangat puas dengan cerita ini terimakasih..

    18/02/2022

      9
  • avatar
    LakambeaIndrawaty

    🙏🙏🙏👍

    26/07

      0
  • avatar
    AsrafAmirul

    sangat best cerita ni

    08/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru