logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Chapter 5

Pertarungan yang sengit itu berhenti setelah komandan menjatuhkan pedang. Altair menahan luka di leher dengan tangan darah segar mulai mengalir di sela-sela tangan.
Altair terduduk tersungkur dengan kedua lututnya menandakan bahwa dirinya sudah kalah dalam pertarungan. Komandan pergi ke pasukan dan mereka meneriaki kedatangannya.
Mary lari menghampiri dan melihat luka di leher Altair.
“Aku tidak apa-apa. Lukaku hanya tergores.” jawab Altair sebelum Mary menanyakan kondisinya.
Mary mengeluarkan sapu tangan miliknya dan memoleskan obat cair di atasnya memberikan sapu tangan itu kepadanya. Altair menerima dan mengikat sapu tangan di lehernya.
Altair mengetahui mengapa dirinya sampai jatuh terduduk karena lingkaran sihir Mana menyerap tenaga lebih banyak sehingga membuatnya lemas.
Tangan Altair mulai bergetar untuk menghilangkan gemetar diseluruh tubuhnya Altair menggenggam tangan.
“Seorang anak pelayan memiliki kekuatan agung para leluhur terdahulu.” ucap komandan lawan duel Altair berjalan mendekati Altair.
Altair yang melihat kedatangan komandan yang menghamipirnya berdiri.
“Kenapa tidak kita lanjutkan saja?” tanya Altair yang sudah dalam keadaan tenang dan berdiri.
“Senjata yang rusak atau patah adalah tanda bahwa duel sudah berakhir.” jawab sang komandan membalikkan badan.
“Berusaha lah lagi bocah. Masih butuh 100 tahun kau untuk mengalahkan komandan pasukan sepertiku.” imbuhnya lagi sambil berjalan meninggalkan Altair dan Mary disana.
Komandan pergi diikuti dengan pasukan di belakangnya. Hawa panas dalam tubuh Altair sudah mereda dan dia beranjak pergi untuk melanjutkan langkahnya ke perpustakaan.
“Lebih baik tuan pergi beristirahat ke kamar.” sanggah Mary dengan cemas.
“Tidak apa-apa, ayo cepat kita pergi dari sini. Ada banyak hal yang harus aku cari di sana.” jawab Altair tanpa melihat ke arah Mary.
Mary ingin membantu memegangi tubuh Altair tapi, dirinya merasa ragu. Altair berjalan di depan meninggalkan Mary sendiri. Mary berlari mendekati Altair dan berjalan mengikutinya dari belakang.
Setelah berjalan dari mansion besar Duke Onder de mereka berjalan ke taman lapang luas yang hanya ditumbuhi bunga peri berwarna putih berbentuk lingkaran, kelopak bunga mereka akan berterbangan jika tertiup oleh angin.
Langkah kaki Altair dan Mary juga ikut menerbangkan kelopak bunga peri di sana. Angin sejuk terasa di kulit. Sejauh mata memandang terlihat pohon-pohon besar menjulang tinggi dan hutan yang rimbun dengan pepohonan.
Mary dan Altair melihat sebuah menara yang menjulang tinggi dengan cat tembok yang terlihat tua berdiri dengan kokoh. Umur bangunan tersebut pasti lebih tua daripada usia Altair sendiri karena menara yang tinggi itu sudah berdiri sejak leluhur mereka ada. Sekitar 1000 tahun yang lalu.
“Tuan, sebelum kita masuk. Saya hanya mengingatkan bahwa Duke Leon pasti sedang berada di sana untuk bekerja dan melakukan penelitian. Di sana ada beberapa penyihir yang menangani kekuatan sihir Mana.” ucap Mary menjelaskan dengan cemas.
“Saya khawatir akan ada kejadian seperti tadi siang tuan.” imbuh Mary kembali dengan perasaan khawatir.
“Terima kasih atas kekhawatiranmu, Mary. Tenang saja. Kali ini aku tidak akan berulah.” jawab Altair dengan yakin.
Mereka tiba di pintu masuk menara dan dihadang dengan sebuah pintu raksasa berukuran tinggi sekitar 5 meter yang sedang tertutup rapat. Di sebelah pintu masuk terdapat tempat pembakaran api untuk obor berjumlah dua buah yang sedang mati.
Mary membukakan pintu untuk tuannya dan Altair masuk. Mary mengikuti dari belakang. Mereka langsung disambut dengan banyak anak tangga yang menuju ke atas.
“Apa kau tidak apa-apa ikut bersama denganku masuk ke menara ini?” tanya Altair sambil melirik ke arah Mary.
“Tidak apa-apa tuan,” jawab Mary dengan tenang.
“Kami para pelayan sering terlihat keluar masuk untuk memenuhi kebutuhan Duke dan para penyihir. Terkadang kami sampai kembali larut malam dan baru keluar dari menara. Sekedar membantu peralatan dan membersihkan agar selalu bersih dan rapi.” jawab Mary dengan lengkap.
Mereka melewati lantai satu dimana para asisten serta para penyihir sedang melakukan uji coba dan terlihat juga melakukan eksperimen dengan asap-asap yang berwarna debu, biru, merah dan ungu.
Terlihat pula api-api yang membakar cairan berada dalam gelas kaca serta buku-buku yang berterbangan.
Ada juga pelayan yang tengah membersihkan dengan memegang sapu dan lap. Di belakang mereka terdapat rak buku besar nan luas menutupi tembok usang berwarna abu-abu. Melihat kedatangan mereka tatapan mengarah kepada Altair dan Mary yang tengah berjalan melewati mereka.
Tempat tujuan Altair dan Mary terletak di lantai 2 sedangkan lantai pertama adalah ruang orang-orang yang tadi mereka lihat, lantai 2 adalah letak buku-buku penting, perkamen berharga dan buku sejarah.
Lantai paling atas adalah tempat Duke Leon tengah mengawasi sekaligus tempat dia bekerja. Mengamati semua pergerakan Mana sihir yang tersebar di kerajaan dan di luar kerajaan.
Setelah Altair dan Mary melewati lantai pertama mereka menaiki tangga kembali. Di Sekeliling mereka sekarang terdapat obor-obor api berwarna biru muda melayang di antara dinding dan kepala mereka.
Obor-obor itu bergerak sesuai kemauan mereka sendiri tidak mengganggu perjalanan mereka sedikitpun. Ada yang mengikuti Mary di belakang ada pula yang terbang mendekati bahu Altair dan juga ada di bawah kaki mereka. Obor-obor api itu ingin menerangi jalanan yang mereka lalui.
Setelah menaiki anak tangga mereka menemukan sebuah jendela besar di depan, tengah terbuka dan menyilaukan mata mereka yang baru saja menaiki anak tangga.
Tepat beberapa meter dari tempat mereka tiba ada pintu besar berwarna silver berkilauan sedang tertutup. Berhiaskan beberapa ruby dan batu permata berwarna biru, ciri khas bola mata keluarga Onder de.
Pintu dengan sebuah celah untuk meletakkan tangan sebagai kunci yang hanya bisa diakses oleh keturunan Onder de dengan meletakkan telapak tangan mereka dan menyalurkan Mana sihir.
Tentu saja perpustakaan itu tidak dapat diakses oleh orang yang bukan keturunan asli Onder de, sekalipun mereka juga memiliki kekuatan Mana.
Altair berjalan mendekati pintu besar dan melihat kunci itu, Altair yang merasa harus meletakkan telapak tangan berusaha mengeluarkan juga Mana miliknya.
Mary hanya melihat dari jauh dan tidak berani untuk mendekat baik para penyihir ataupun pelayan dilarang mendekati ruangan perpustakaan itu.
Terlihat Mana berwarna biru muda dengan sedikit kehijauan emas keluar dari tangan Altair. Batu-batu yang menghiasi pintu besar bersinar sesuai dengan warna asli mereka, terdengar gigi mesin berputar keras dari dalam tembok dan pintu perpustakaan. Pintu terbuka lebar membentang ruangan besar di depan Altair.
Jumlah buku yang tidak bisa dihitung karena terlalu banyaknya tersusun dan tertata rapi dengan lemari-lemari besar di rak buku. Warna buku mereka bermacam-macam. Namun lebih terlihat usang.
Dengan warna yang sudah lusuh dan tua berkat kekuatan Mana sihir segel buku-buku di sana masih terjaga serta terawat meskipun sudah berumur ratusan tahun.
“Saya hanya akan mengantarkan anda sampai di sini tuan karena kami dilarang mendekati ruangan ini.” ucap Mary sambil menundukkan kepalanya.
“Terima kasih banyak Mary sudah mengantarkanku sampai kesini” sambung Altair sembari melihat ke arahnya.
Mary berbalik untuk menuruni tangga dan mulai hilang hingga tidak terlihat lagi sosok di hadapan Altair.
Altair masuk ke dalam tercium aroma buku tua di hidung. Ruangan yang lembab dan pengap beruntung cahaya matahari masih masuk kedalam ruangan tersebut.
Altair yang berjalan masuk mendengar suara pintu yang tertutup sendiri untuk menjaga orang lain agar tidak masuk ke dalam perpustakaan.
Altair pergi menuju ke arah jendela yang terletak jauh dari pintu masuk. Membuka salah satu jendela agar tidak pengap terlihat pemandangan luas dengan tanah lapang hijau dan awan-awan yang bergerak mengikuti arah angin.
Pohon-pohon yang tertiup angin dan sapu tangan yang terikat di leher Altair juga ikut berkibar.
Banyak buku-buku tua membuat Altair bingung harus memulai dari mana. Altair mengambil beberapa dengan menaiki tangga perpustakaan buku seperti sejarah kekaisaran Rhodes, kekuatan Mana serta asal-usul Mana dan yang lain.
Bersinarkan cahaya matahari yang menembus masuk ke dalam ruangan melalui salah satu ornamen pecahan kaca membentuk pola yang sama di kamar mandi.
Sekitar 4-5 buku sudah berada di tangannya. Altair berharap salah satu buku di sini bisa membantunya untuk keluar dari cerita novel.
Baju putih yang dikenakan sekarang menjadi kotor akibat debu dan darah, tidak terlihat seperti baju seorang bangsawan.
Altair duduk di meja besar dan beberapa deret kursi di sana. Meja dan kursi yang terbuat dari kayu jati berkualitas terbaik terasa sangat tua dan mengkilap.
Kursi dengan bantalan empuk yang terbuat dari kain beludru berwarna merah tua yang mewah dikelilingi tersulam dengan benang-benang emas dan perak.
Corak sulaman mawar biru besar berada di tengah kain bantalan untuk penyandar kursi. Ukiran kayunya pun sangat antik mirip aksen naga negara On namun, juga terlihat seperti tumbuhan rambat.
Altair mulai membaca buku-buku tersebut.
Kerajaan Rhodes terlahir karena jasa 5 pengendali Mana dan mereka para Pengendali Mana memiliki sebutan serta kekuatan sendiri yaitu: Mana Spirit, Mana Sihir, Mana Senjata, Mana batu keras, dan Mana Ksatria.

Komentar Buku (153)

  • avatar
    15Heranim

    Suka banget sama ceritanya. Bikin emosiku gak karuan..Semangat! Mari mampir juga ke ceritaku ^^

    17/01/2022

      4
  • avatar
    Ssraah

    saya sangat menyukai cerita ini, mempunyai jalan cerita yang menarik dan tata bahasa yang rapi dan mudah dimengerti.

    21/12/2021

      0
  • avatar
    Yesmi Anita

    lima ribu DM 5.000

    5d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru