logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 7 HILANG

Aruna menangis, ia kembali mengingat kejadian 14 tahun yang lalu. “mah, hiks hiks aku kangen sama mamah” tangisnya, kini Aruna sendiri dalam gelap.
Hary POV
Maafkan papah Aruna, jika saja waktu itu papah gk tinggalin kamu sama mamah kamu. Pasti semua ini gak akan pernah terjadi, “bagaimana perasaan anda tentang ini” ucap seorang pria yang saya kenali. Saya melihat kebelakang dan benar saja bahwa itu Raga.
Pria itu tersenyum miring, saya menghapus air mata dan menatapnya lekat. “perasaan saya, seperti kamu yang di tinggal olehnya” ucapku remeh dengan senyum miring. Terlihat Raga yang sedang menahan emosi akibat perkataanku barusan membuat wajahnya merah.
“ANJ-
Bukkk
........
Pagi ini Aruna tak bersemangat untuk pergi kekantor, ia merasa lesu. Saat melakukan pekerjaanya pun ia hanya melihat tanpa menyentuh berkas, dan menyuruh yang lain untuk tidak datang ke ruanganya. Aruna yang sedang menatap mejanya dengan air mata yang mengalir, suara pintu terbuka mengalihkan pikirannya. Dengan malas Aruna melihat kearah pintu, dan memperlihatkan seorang pria tampan.
Pria itu berjalan kearah Aruna dengan senyum manis di bibirnya, Aruna hanya diam menatap pria didepannya yang kini sudah duduk di depannya dengan serangkai bunga. “hai,baby”, Aruna hanya memutar bola matanya “gue, gk kenal sama lu” ucapnya malas, “saya, sayang sama kamu” ucapnya dengan menyerah kan serangkai bunga itu.
Aruna ia tidak menjawab pria di depannya, dan ia hanya mendengkus. “apa anda sudah selesai berbicara?” ucap Aruna malas, pria itu hanya diam, dan ia berdiri lalu berjalan kearah Aruna. Ia menarik lengan Aruna dan membawanya kedalam dekapan, yang sangat Aruna rindukan. Air mata keluar begitu saja di dalam dekapan Arga.
Arga mengeratkan pelukannya, ia sangat merindukan gadis cantiknya ini. “i miss you” ucap Arga membisik, Aruna ia masih terdiam dengan perasaan yang sangat hancur, setelah sadar dengan cepat Aruna melepaskan dekapan itu, meski ia tak ingin untuk mengakhirinya.
“apa yang kamu lakukan Arga!!” bentak Aruna menatap tajam Arga yang berdiri tepat di depannya, dengan perlahan Arga berjalan ke arah Aruna, dan Aruna ia berjalan mundur sampai ia terpojokan. Arga tersenyum miring dengan tangan yang dengan perlahan meriah pinggang ramping Aruna, situasi yang membuat Aruna tidak nyaman dan ia sudah tak bisa berbuat apapun.
“ARUNA!!”, suara lantang membuat Aruna dan juga Arga melihat kearah suara itu, “Aditt”. Dengan cepat Aruna menjauhkan dirinya dari Arga dan berjalan kearah Adit yang suda mengepal kedua lengannya kuat, “A-adit, ini semua bukan seperti yang kamu pikir kan” ucap Aruna bingung dan juga panik melihat wajah Adit sudah memerah akibat menahan marah.
“saya,,,,kecewa sama kamu” Adit pergi, ia meninggalkan Aruna yang akan menjelaskan semuanya. Aruna pergi mengejar Adit dengan air mata yang terus mengalir, “Adit tunggu dulu” panggil Aruna. Adit terus saja berjalan dengan emosi yang ia pendam.
Senyum puascterlihat dari wajah Arga, ia merasa sangat puas dan senang. Saat ia mengetahui bahwa pertunangan Aruna dan juga Adit, Arga berjalan santai dengan senyum senang dan juga siulan. Ia terus saja menatap punggung Aruna yang sedang berlari mengejar Adit.
Aruna terus memanggil Adit dan berlari, ia sangat hancur dengan keadaan ini. Dan ia sangat takut jika Adit akan meninggalkannya, Aruna berlari menyebrang jalan dan Adit tiba-tiba saja ia terdiam tanpa melihat kebelakang.
Saat sedang berlari di tengah jalan, kaki Aruna terkilir. Ia tak mampu lagi untuk berjalan dan ia masih terus berjalan kearah Adit dengan Air mata yang masih mengalir deras, sebuah lampu sangat terang dan juga suara klakson yang sangat kencang, membuat Aruna melihat kearahnya
“AHHHHHH!!!”
Suasan ruma sakit yang begitu sepi, membuatnya semakin panik dengan keadaan kekasihnya di dalam. ia menyesal telah melakukan itu, ia ingin memutar kembali waktu disaat ia pertama kali bertemu dengannya dan memulai dimana mereka bisa menjadi sepasang kekasih.
Seorang dokter keluar dari ruangan dan menghadap Aruna yang sudah menangis sejak ia dan juga Adit datang, “keluarga pasien?” tanya dokter memastikan, “saya tunangan pasien dok, bagaimana keadaannya” balas Aruna panik. Sang dokter hanya menghela nafas jengah, dan kembali mengambil nafas panjang.
“pasien, mencarimu dan keadaannya kritis” mendengar itu, Aruna berlari meninggalkan sang dokter dan masuk kedalam kamar Adit yang sedang berjuang antara hidup dan mati. Tangisnya kini sudah tak bisa ia tahan, Aruna mengusap pipi Adit lembut dengan tangisnya.
saat sedang mengusap pipi Adit, jari-jari Adit bergerak lemah. Aruna menggenggam cepat lengan Adit, dan terus menyebutkan namanya. “A-adit hiks hiks” Adit tersenyum setelah ia mendengar suara Aruna, kini Adit ia sudah sadar dan menggenggam kembali tangan Aruna lemah. “a-aruna” panggil Adit dengan pelan.
Aruna ia merasa sedikit tenang setelah ia mendengar suara Adit, “A-adit, kamu butuh apa, apa ada yang sakit aku mau panggil dokter” Adit menahan tangan Aruna yang hendak pergi memanggil dokter. Aruna merasa heran, mengapa Adit menahannya untuk memanggil dokter untuk memeriksa keadaannya.
Dengan bersusah payah Adit mencoba mengatakan sesuatu, “a-aku sayang sama kamu” ucap Adit terengah-engah, “mengapa hatiku hancur saat Adit mengatakan itu” batin Aruna yang merasakan ada yang aneh dengan Adit.
“ma-maksud kamu Adit, aku juga sayang sama kamu hiks hiks” tangis Aruna tak bisa di bendung, Adit hanya mencoba mengusap air mata Aruna yang keluar meski sangat sulit untuk di capai. “kita akan bertemu nanti”
Tittt
Tiittt
Tiitttttttttt
Suara yang berbunyi berbunyi keras, dan lengan Adit yang terjatuh membuat Aruna panik, ia berlari keluar, berharap ada suster ataupun dokter yang membantunya. “sus, tolongin suami saya sus, saya mohon” ucapnya setelah bertemu dengan seorang suster.
“saya akan memanggil dokter untuk cepat keruangan pasien” ucap suster itu dan pergi, Aruna kembali kekamar Adit dengan berlari, Aruna takut jika Adit akan meninggalkannya. Aruna sudah tiba di depan kamar Adit, ia bingung mengapa suster itu tidak menolong Adit.
Dan dokter, dokter itu hanya menghela nafasnya pasrah. Aruna masuk ia melihat tubuh Adit yang sudah terkujur kaku, “dokter, kenapa kalian gak tolong Adit” tangis Aruna memanggil dokter yang sudah menunduk menahan air mata yang hendak keluar.
Suster yang sedang melepaskan selang infus yang ada di Adit pun, ia menangis sesungukkan, dokter keluar dari ruangan begitu juga sang suster yang sudah menangis tanpa peduli dengan Aruna yang terus saja menanyakan keadaan Adit.
“Yuda!!” Aruna mengejar dokter yang tak lain adalah sahabat kecil Adit, “Yuda tunggu!!” Yuda berhenti dan menghadap Aruna yang masih saja menanyakan keadaan Adit. Emosi yang memuncak membuat Yuda menatap tajam Aruna.
“APA LO, GK BISA PAHAM SAMA KEADAAN GUA!!” bentakkan Yuda membuat Aruna tersentak, Aruna terdiam ia terus saja terpikirkan oleh ucapan Adit, “jangan pergi” jika Adit menyuruh Aruna untuk tidak pergi, tapi mengapa harus yang mengatakan nya yang pergi.
“lo mau tau apa yang terjadi sama sahabat gue” ucap Yuda kembali menahan tangis yang akan pecah.
“Adit dia” Yuda menangis ia benar-benar menangis, seorang pria yang memiliki julukan sang tak punya hati. Menangis di hadapan seorang gadis.
“Adit meninggal”
Hancur runtuh itu yang dirasakan Aruna, dunia nya hancur seperti kaca yang di hancurkan. Hendry pergi meninggalkan Aruna yang sudah terduduk lemas dengan tangis yang sudah tak bisa lagi ia tahan lagi. Aruna terus mengenggap tangan Adit dengan air mata yang mengalir.
“A-adit, ka-kamu udah janjikan, gak a-akan pergi” Aruna benar-benar tak percaya dengan semua, “Adit!! Bangun, ini pasti Cuma prank kan, bangun brengsek AHHHHH!” Aruna yang terus menggoyangkan tubuh Adit, dan terus saja memanggil namanya tidak ada jawaban di sana membuat Aruna terduduk menangis pilu dan terus saja menyalahkan kejadian ini adalah salahnya.
Aruna sudah di penuhi dengan tangisan tatapan yang kosong dengan air mata kini menemaninya dengan jasad Adit di belakangnya, seorang suster masuk dan melemparkan sebuah kotak berwarna putih dengan pita biru di tutupnya.
Kotak itu mengenai wajah Aruna dan membuat Aruna sadar dari pikiran kosongnya, Aruna melihat kotak itu dan suster secara bergantian. “a-apa ini” ucapnya dengan pilu, “puas kan lo, udah bikin hidup Adit sensara” ucap suster dengan emosi dan juga menahan tangis.
Aruna masih tak mengerti dengan ucapan suster tadi ia masih mencerna ucapan wanita tadi, Rini pergi dari sana setelah Rini pergi beberapa orang pria masuk dan membawa Adit pergi dari sana. Aruna mengejar Rini untuk menanyakan sesuatu.
“kamu tunggu!!” panggil Aruna keras, Rini berhenti dengan kepala yang menunduk. “apa maksud kamu” Rini menatap Aruna sendu, tanpa menjawab pertanyaan Aruna, Rini menarik lengan Aruna untuk pergi dari sana.
Rini membawa Aruna ke taman rumah sakit dan duduk di bangku taman, “aku suka sama Adit” ucap Rini dengan suara yang serak. Aruna duduk di samping Rini “Adit, dia cinta pertama gue” Rini menatap wajah Aruna dengan air mata yang sudah sangat deras.
Aruna tak ingin menjawab ucapan gadis di depannya, karna ia dan juga Rini sedang merasakan kehilangan untuk orang yang sama. “Adit baik ya sama lo” ucap Rini menatap bunga yang ada di depannya, “maksud kamu apa?” ucap Aruna hati-hati.
Rini menatap sekilas Aruna dan kembali menatap bunga-bunga, Rini tersenyum kecil “iya, Adit tuh baik sama lo, dia ngelamar lo, padahal gw yang selalu dukung di dimana pun dia” ucap Rini tersenyum dengan air yang terus saja mengalir.
Aruna mengelus punggung Rini pelan meskipun ia harus menahan sakit di hatinya, “gu-gue” ucap Rini menangis beralih memeluk tubuh Aruna erat. Rini sudah tak bisa menahan air mata nya, ia menangis kencang di dalam pelukan Aruna yang sama menahan tangis.
........
“A-adit hiks hiks kenapa kamu pergi meninggalkan begitu banyak rasa penyesalan hiks hiks” Aruna menangis di depan sebuah batu nisan dengan sebuah lambang salib di atasnya dan bertuliskan sebuah nama Adit Rahendra.
“hiks hiks, kamu bodoh Adit, kamu tolol. Kenapa kamu rahasia in penyakit kamu, KENAPA!!!” Aruna sudah tak bisa menahan rasa sesak di dadanya, Rini selalu mengelus punggung Aruna di saat Aruna sedang menangis di depan batu nisan Adit.
Disaat yang lain sudah pergi, dan datangnya hujan membuat Aruna semakin terpuruk, Aruna berjalan dengan tatapan kosong dan diguyur nya hujan. Aruna berjalan menyusuri jalan raya dan beberapa orang lalu lalang berlari menghindari hujan.
Aruna berhenti saat ia melihat sepasang kekasih yang sedang berlari menyebrang mengahmpiri pedagang ice cream, perempuan yang di lindungi oleh jaket si pria dan berlari bersama. Tampak sangat menyenangkan, saat Aruna masih menatap sepasang kekasih tadi.
Hujan berhenti mengguyur dirinya, Aruna melihat ke atas pria tampan dengan payung di tanganya.
“Raga?”

Komentar Buku (79)

  • avatar
    SirenSahril

    cerita cukup bagusssssssss

    4d

      0
  • avatar
    KhodirDedy abdul

    bguss mntap Applekasi nyq

    27d

      0
  • avatar
    CiciCici

    menarikk cuyy

    31/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru