logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 22

Suasana kelas pagi ini nampak hening, mengingat kejadian kemarin, seisi kelas tidak ada yang berani menyapa Ayana terlebih dahulu.
"Kok pada diam?" tegur Ayana.
Mereka hanya menatap Ayana dengan lekat. Namun tidak bersuara.
"Kalian lagi puasa ngomong?" tanya Ayana.
Seisi kelas tetap tidak memberikan respon apapun pada gadis itu.
"Ditanyain malah ngelihatin," ucap Ayana sembari berjalan menuju kursinya.
"Ay, lo nggak apa-apa?" tanya Gaeun membuka pembicaraan.
Ayana mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti dengan ucapan Gaeun. "Emang Ayana kenapa? Ayana baik-baik aja kok."
"Buat lo," ucap seseorang menaruh susu kotak rasa coklat kesukaan Ayana di atas meja gadis itu.
Ayana melihat orang itu, Arken. Pria itu sangat baik padanya.
Ayana mengalihkan pandangannya ke susu kotak yang berada dihadapannya, memegangnya erat. "Makasih."
"Ayana sama Arken cocok," ucap Aldi penuh penekanan.
"Menurut gue sih iya," sahut Farah.
"Lebih baik sama yang perhatian, daripada sama yang cuek. Ups, canda cuek," lanjutnya seenak hati.
Argatha diam saja. Tentu saja ia merasa bahwa perkataan Farah itu ditujukkan untuknya.
"Kawal Arken sama Ayana sampai jadian," ucap Aldi.
"Setuju," sahut salah satu murid.
"Sorry, gue tim Argatha," sahut Azka.
"Kalian pada bahas apaan sih?" bingung Ayana.
°°°°°°
Jam pertama hari ini di kelas XII IPA 2 adalah olahraga. Pelajaran yang sangat disukai, karena jam pelajaran olahraga menghabiskan waktu lebih banyak di outdoor.
"Weh, cowok-cowok keluar dulu kek, pengin ganti baju nih," ucap Farah.
"Ribet banget sih lo, tinggal ganti baju aja," sahut Aldi enteng.
"Lu waras ngomong gitu?" tegur Gaeun.
"Emang gue salah ngomong gitu?" tanya Aldi.
"Ayo weh keluar," ajak Azka.
"Kenapa nggak ganti baju di toilet aja sih?" tanya Aldi.
"Kalau bisa di kelas kenapa harus di toilet?" Ayana membuka suara.
Aldi mengangkat kedua tangannya, seraya mengalah. "Kalau udah lo yang ngomong, gue lebih baik keluar."
"Lo benar Ay, kalau bisa di kelas kenapa harus di toilet?" tambah Aldi sembari berjalan keluar kelas.
Argatha, Arken, dan Azka tertawa ketika melihat tingkah Aldi. Pria itu terlihat cari aman, ia tidak ingin membuat masalah dengan Ayana.
°°°°°
Ayana, Farah, dan Gaeun duduk di pinggir lapangan usai menyelesaikan materi olahraga yang diajarkan pak Rino. Mereka bertiga menonton Argatha, Arken, Aldi, dan Azka yang tengah bermain basket.
Argatha mendribble bola menuju ring Arken terletak. Argatha berlari membawa bola dengan lincah.
Arken beberapa kali berusaha merebut bola itu dari Argatha, namun gagal.
"Menurut kalian, diantara Argatha, Arken, dan Aldi, siapa yang paling ganteng?" tanya Gaeun.
"Azka nggak masuk nominasi?" tanya Ayana.
"Azka punya gue, fix no debat. Jadi nggak boleh dipilih," ucap Gaeun.
"Jujur sih, sebenarnya Argatha itu ganteng. Ganteng banget malah. Cuma you know lah, Argatha terlalu dingin buat kita yang hangat," ucap Farah.
"Hah? Kita?" tanya Ayana dan Gaeun kompak.
"Sorry. Maksudnya, Ayana," jelas Farah.
"Ganteng doang, tapi nggak bisa dimilikkin," ucap Ayana.
Kelihatannya Argatha, Arken, Aldi, dan Azka memang bermain basket berempat, namun kenyataannya, Aldi dan Azka hanya menjadi pendamping, selebihnya Argatha dan Arken yang bertanding.
"Wey! Lo berdua punya masalah hidup apaan sih? Kita main berempat, lo rebutannya berdua terus," teriak Aldi.
"Masalah pribadi jangan dibawa ke lapangan woy!" celetuk Azka.
Arken dan Argatha tidak mempedulikan ucapan kedua temannya itu. Mereka berdua saling tidak mau mengalah, Argatha terus mempertahankan bola yang ia bawa, sedangkan Arken terus berusaha mengambil bola itu.
Prittttt!
Suara peluit pak Rino berbunyi dengan nyaring.
"Udah, udah. Waktu kalian tinggal sepuluh menit lagi. Kalian semua boleh istirahat," ucap pak Rino.
Keempat pria itu berhenti bermain basket, lalu menghampiri Ayana, Farah, dan Gaeun. Begitupun dengan anak-anak yang lain, mereka berjalan ke kantin dan kelas.
"Sayang, nggak ada minum?" tanya Azka pada sang kekasih.
"Kamu mau minum?"
"Mau dong."
"Sebentar ya, aku beliin dulu."
"Ayo guys ikut gue ke kantin," ajak Gaeun pada Ayana dan Farah.
"Arken mau minum juga?" tanya Ayana.
Arken terkejut saat mendengar ucapan Ayana. Ia refleks menganggukan kepalanya. "Boleh."
Argatha terdiam. Ayana hanya menawarkan minum pada Arken. Padahal, Argatha berdiri tepat di samping Arken.
"Lo nggak ada cita-cita nawarin gue minum, Far?" tanya Aldi.
"Nggak."
"Jahat banget sih lo jadi teman," gerutu Aldi.
"Bodo."
Ketiga gadis itu berjalan menuju ke kantin. Meninggalkan Aldi yang masih mengoceh tidak jelas.
"Si Farah mulutnya udah kek sambal cobek ya, pedas banget," oceh Aldi.
Argatha, Arken, dan Azka hanya menahan tawa saat melihat Aldi mengoceh.
Beberapa menit kemudian ketiga gadis itu kembali dengan membawa air mineral.
"Nih, sayang."
"Makasih sayang," ucap Azka dengan manja.
"Buat lo nih!" ucap Farah dengan ketus sembari memberikan air mineral pada Aldi.
"Ya ampun gue nggak nyangka, ternyata teman gue baik banget. Jadi sayang," ucap Aldi.
"Najis!"
"Lo jangan durhaka sama gue. Dosa," ucap Aldi.
"Lah, lo siapa? Emak gue?"
Aldi mendesis pelan. "Heran gue sama cewek-cewek di sekolah ini, mulutnya pada lincah banget. Waktu bayi dikasih makan kroto kali ya?"
"Lo pikir gue burung!" kesal Farah.
Azka dan Gaeun hanya bisa geleng-geleng kepala, karena kelakuan Aldi sudah biasa seperti itu.
"Ini buat Arken," Ayana memberikan air mineral itu pada Arken.
"Ini buat Argatha," gadis itu juga memberikan air mineral pada Argatha.
"Makasih," ucap Argatha dan Arken kompak.
"Senangnya dalam hati, kalau berpasangan dua," goda Aldi.

Komentar Buku (252)

  • avatar
    Cunda Damayanti

    keren bgt sumpa

    10d

      0
  • avatar
    EN CHo Ng

    hi thank u

    15d

      0
  • avatar
    NgegameAlfat

    ini saya yang mau bicara ya tolong cerita ini sangat menyentuh hati dan prasaan hampir sama seperti yang kisah ku

    22/08

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru