logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 16

Argatha membasuh wajahnya, lalu melihat dirinya di cermin. “Gue sebenernya kenapa sih? Kenapa gue ngerasa kesal saat Arken akrab sama Ayana?”
“Harusnya gue senang, karena Ayana nggak akan ganggu hidup gue lagi,” tambahnya.
Argatha merasakan hati dan pikirannya sedang berdebat hebat saat ini. Ia sangat benci suasana seperti ini.
Argatha keluar dari toilet, raut wajahnya cukup terlihat tenang. Walaupun di dalam hati dan pikirannya sedang tidak sinkron.
“Argatha.,”
Argatha menoleh.
Ayana berlari kecil mendekati Argatha.
“Argatha kok pergi gitu aja sih?” tanya Ayana.
Argatha terdiam, tak memberikan respon apapun pada gadis itu.
“Argatha marah sama Ayana? Ayana ada salah ya sama Argatha?”
“Ayana minta maaf deh kalau Ayana ada salah.” Ayana memaksakan senyumnya untuk mengembang.
Bibir Argatha seolah terkunci. Tak ada suara yang keluar untuk membalas ucapan Ayana.
Argatha mengalihkan pandangannya ke arah lain. Enggan untuk menatap Ayana.
Otak Ayana berpikir keras. Ia berusaha mengingat apa kesalahan yang ia buat sehingga membuat Argatha seperti ini.
Aha! Kini Ayana ingat, semenjak Arken datang, sikap Argatha jadi berubah. Kejadian di kelas dan di kantin tadi membuat Ayana yakin bahwa sikap Argatha berubah karena Arken.
“Argatha cemburu ya?” goda Ayana.
Argatha dengan cepat mengalihkan pandangannya kembali menatap Ayana.
“Argatha cemburu ya kalau Ayana dekat sama Arken?”
“Jangan geer.”
Kedua sudut bibir Ayana semakin mengembang. “Susah banget ya buat ngomong jujur?”
“Argatha tenang aja, Ayana akan tetap suka kok sama Argatha,” ucap Ayana.
“Terserah.” Argatha berjalan meninggalkan Ayana. Ia berusaha untuk mengabaikan gadis itu.
“Kalau nanti Ayana suka sama Arken gimana? Argatha rela? Nggak akan nyesal?” tanya Ayana dengan keras.
Argatha menghentikan langkahnya, lalu menghadap ke Ayana. “Lo jangan tanya sama gue. Lo tanya sama diri lo sendiri, apa lo yakin bisa suka sama dia?” tanya Argatha balik.
“Argatha pikir, Ayana akan terus nunggu Argatha?”
“Untuk saat ini masih, nggak tau nanti,” tambah Ayana tak mau kalah.
Argatha tidak membuka suara sama sekali. Sorot matanya hanya menatap Ayana dengan dingin.
“Hati Ayana bukan kayak hati cewek-cewek di sinetron yang selalu sabar dan pasrah gitu aja. Hati Ayana juga bisa capek.”
Argatha melangkahkan kakinya mendekati Ayana. Raut wajah Argatha terlihat sangat dingin.
Ayana meremas jari jemarinya. Ia sedikit merasa takut saat melihat Argatha saat ini. Argatha tidak seperti biasanya.
“Gue nggak pernah maksa lo buat nunggu.”
“Gue juga nggak pernah minta lo untuk jatuh cinta sama gue, itu kemauan lo sendiri. Jadi, jangan pernah salahin kalau gue nggak bisa jatuh cinta sama lo.”
Tubuh Ayana sedikit gemetar. Dengan sekuat tenaga ia menahan air matanya yang ingin terjun bebas.
Kuambil secarik kertas, ku buat garis berbentuk coretan, dengan penuh rasa yang dapat aku sampaikan,
Aku menyerah.
°°°°°
Argatha menggendong tas berwarna hitam miliknya, lalu bangkit.
“Argatha,” panggil Ayana pelan.
Argatha menghentikan langkahnya. Menarik napasnya panjang, lalu menoleh. “Apa?” tanyanya dingin.
“Argatha marah ya?” tanya Ayana.
“Nggak.”
“Ayana minta maaf,” ucap Ayana.
Mendengar permintaan maaf Ayana membuat murid yang masih berada di kelas melihat Ayana dan Argatha dengan lekat.
“Lo nggak salah,” ucap Argatha masih dengan raut wajahnya yang dingin.
“Hari ini gue nggak bisa nganterin lo pulang. Lo bareng Arken aja,” ucap Argatha, lalu berjalan keluar kelas.
Arken melihat raut wajah Ayana yang nampak sedih. Argatha membuat senyum di wajah cantik Ayana sirna seketika.
Tanpa basa-basi lagi, Arken langsung menggandeng tangan Ayana. “Ayo, lo pulang bareng gue aja,” ucapnya dengan senyum.
“Argatha benar-benar nggak suka sama Ayana. Kalau Argatha suka sama Ayana, pasti Argatha nggak akan ngebiarin cowok lain yang nganterin Ayana pulang,” ucap Ayana dalam hati.
Aku yang terlalu bodoh karena jatuh cinta denganmu, atau kamu yang terlalu sulit untuk jatuh cinta?
Argatha mengeluarkan motornya dari parkiran. Namun, laju motornya terhenti saat melihat Arken yang menggandeng tangan Ayana.
Argatha hanya diam sembari melihat Ayana, begitupun sebaliknya.
“Kenapa lo nggak nolak saat gue suruh lo pulang bareng Arken? Apa lo benar-benar akan nyerah, Ay?” ucap Argatha dalam hati.

Komentar Buku (252)

  • avatar
    Cunda Damayanti

    keren bgt sumpa

    10d

      0
  • avatar
    EN CHo Ng

    hi thank u

    16d

      0
  • avatar
    NgegameAlfat

    ini saya yang mau bicara ya tolong cerita ini sangat menyentuh hati dan prasaan hampir sama seperti yang kisah ku

    22/08

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru