logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

4. Good Morning

Syean terbangun ketika mendengar kumandang suara adzan. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya. Yang pertama kali dia lihat adalah kipas angin yang tergantung di langit-langit kamar. Bunyi deru kipas begitu lembut dan tenang. Angin yang dihasilkan pun cukup adem. Syean memandangi selimut putih yang menutupi tubuhnya.
"Di mana gue?" bisik hatinya pelan. Kamar ini tidak terlalu besar. Lebih mirip kamar hotel karena terasa sangat nyaman. Nuansa putih hampir memenuhi ruangan tersebut. Syean menatap cermin yang menyatu dengan lemari pakaian yang ada di samping ranjang.
"Tampang gue kucel banget!" Syean merapikan rambutnya sambil perlahan-lahan turun dari kasur. Dia membuka pintu kamar dengan hati-hati. Perempuan itu cukup terkejut melihat ruangan di balik kamar yang dia tiduri. Sesosok tubuh nampak tertidur di atas sofa panjang. Tubuhnya tertutupi sehelai selimut.
Syean hendak beranjak mendekati orang tersebut, tetapi dia terkejut mendengar sesuatu di belakangnya, tepatnya dari arah dapur. Syean membalikkan badan dan perlahan-lahan berjalan ke arah sumber suara .
Seorang perempuan paruh baya tampak sedang memasak sesuatu. Wangi. Sepertinya lezat, racau hati Syean. Jam setengah enam kurang sudah berkuatat di dapur.
Perempuan paruh baya tersebut terkejut mendapati Syean sudah berdiri di sampingnya. Syean memberikan senyuman manis.
"Pagi, Ibu!" sapa Syean ramah. Si ibu membalas senyuman Syean dengan tidak kalah lebarnya.
"Wah, pagi juga. Sudah bangun, ya? Ayo sana cuci muka dulu sekalian ambil wudhu dan shalat subuh!" Ibu tersebut mendorong pelan tubuh Syean ke kamar mandi.
"Syean lagi berhalangan, Bu. Cuci muka aja, ya?" Syean mencuci mukanya secepat kilat dan kembali berdiri di samping ibu tersebut.
"Ibu masak apa?"
"Hehe, cuma soup ayam. Kamu pasti suka. Tapi tolong bangunin Dean dulu, deh. Itu anak paling susah disuruh bangun pagi."
"Dean?" Syean terkejut. "Jadi Syean sekarang ada di rumah Dean? Begitu, Bu?"
"Hehe, iya. Dean banyak cerita tentang kamu semalam. Ayo sana, bangunin dia. Bawa air dalam gayung ini. Cara paling ampuh bangunin, tuh, anak. Hahaha."
Syean menatap ngeri perempuan tua tersebut dan akhirnya kemudian dia berlalu untuk pergi membangunkan Dean.
Dengan gayung di tangan, perlahan-lahan Syean berjalan mendekati Dean yang masih tidur dengan suara mendengkur. Selimut yang tadi menutupi tubuhnya sudah terjatuh ke lantai menampakkan dadanya yang telanjang. Syean mereguk kerongkongannya melihat dada bidang tersebut. Tangan Dean berada di bawah kepalanya menonjolkan ketiaknya yang terbuka lebar. Bulu-bulu ketiak menghitam dan tumbuh subur di sana.
Syean alergi bulu. Perutnya langsung mual melihat bulu ketiaknya Dean. Karena terlanjur salah tingkah, Syean mengguyurkan air yang ada di dalam gayung ke wajahnya Dean.
Lelaki tersebut langsung terlonjak. Kutuk serapah bermuncratan dari mulutnya. Namun makian tersebut terhenti ketika melihat Syean berdiri di depannya dengan wajah tanpa dosa.
"Kau ...! Dean menunjuk hidung Syean, "Siapa kau?" bentaknya kalap.
Syean memutar bola matanya. Tanpa ekspresi dia memunggungi Dean dan berlalu dari hadapan pria tampan tersebut. Tidak jauh dari sana, ibunya Dean terkikik geli melihat adegan tersebut dan buru-buru menyibukkan diri ketika melihat Syean mendekatinya.
"Ampun, dah, Bu. Dia amnesia. Melupakan Syean yang cantik ini." Syean menaruh gayung kembali ke dalam kamar mandi. "Tapi yang penting, tugas Syean selesaikan, Bu?"
"Hahaha, begitulah Dean. Tapi harusnya tadi kamu percikkan saja airnya, bukan diguyur gitu. Tapi ga' apa-apalah, hiburan pagi. Hahaha."
Kedua orang tersebut selanjutnya sibuk bergosip ria. Sementara itu Dean melipat selimut dan membersihkan air yang tergenang di lantai.
"Perempuan aneh. Sudah berganti hari tetap saja bikin sial!" Dean memasuki kamar yang tadi digunakan Syean. Dia melihat kamarnya sangat berantakan. "Itu cewek apa, sih? Ga' bisa rapi apa?"
Dean mendekati ranjang tersebut dan mulai merapikannya. Di dalam kamar ini juga ada kamar mandi. Dean segera mengambil wudhu dan melaksanakan shalat subuh.
Selesai shalat, Dean tergerak hatinya untuk mengintip ke dapur. Karena sedari subuh tadi tidak henti-hentinya terdengar gelak tawa. Tawa sang ibu yang selama ini hilang sekarang kembali membuncah di pagi yang dingin. Dean terharu melihat bagaimana tawa perempuan tua tersebut begitu lepas tanpa beban.
Tidak terasa air mata merebak di mata elangnya Dean.
"Maafkan aku, Ibu!" bisik hatinya ngilu. Dean segera berbalik kembali ke dalam kamar. Melepaskan rasa sesak di dada dengan air mata yang menetes satu per satu.
"Ayah, Dean rindu!"
***
Jangan lupa komen, ya, guys?
Thank you.

Komentar Buku (33)

  • avatar
    lepaspenulis

    keren, Cuy

    16/08/2023

      0
  • avatar
    Novel_Triboy

    mantap jiwa

    28/02/2023

      0
  • avatar
    Nabila

    keren ceritanya

    14/01/2023

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru