logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

2. Meet Him

Syean masih merasa marah dan benci. Dia tidak menyangka, rekan kerja yang sudah bersamanya selama setahun ini ternyata memiliki niat kotor. Dia akui Raka memang tampan. Tidak bakalan ada perempuan yang tidak menyukainya. Selain tampan dia juga kaya. Acara tadi saja itu dibiayai oleh Raka. Selama ini Raka terlihat sopan dan santun. Entah kenapa hari ini lelaki itu menunjukkan belangnya.
"Seharusnya aku tidak percaya pada monyet satu itu. Di mana-mana laki-laki sama saja. Hanya mikirin selangkangan dan seks semata. Brengsek!" Perempuan cantik itu mengendarai motor matic-nya tanpa arah. Dia biarkan angin menuntunnya ke mana saja. Temaram lampu kota sedikit banyak membuat pikirannya bisa teralihkan dari Raka.
Suasana malam dengan hembusan angin laut membuatnya berhenti di tepi pantai. Langit terlihat cerah merona. Tebaran bintang berkerlap kerlip menghiasi permadani malam.
Syean memarkirkan motor di dekat sebuah warung tenda. Memesan satu botol air mineral dan berjalan menyusuri batu-batu besar yang menjorok ke tengah laut. Terasa sepi dan sunyi.
Gadis itu mengitari pandangannya dan matanya tertumbuk pada beberapa sosok tubuh yang berada dalam keremangan cahaya bulan. Wajahnya memerah seketika. Sepasang muda-mudi terlihat duduk dempet-dempetan di balik batu besar yang hanya bisa terlihat dari tempat Syean berdiri.
"Astaghfirullah!" Syean mengucap keras. Tidak suka melihat apa yang tersaji di depan matanya. Tanpa pikir panjang, dia mendekati dua anak muda yang sedang dimabuk cinta tersebut.
"Heh!" Syean membentak kedua pemuda tersebut yang langsung terkejut melihat kemunculan Syean. Si pemuda dengan cepat merapikan celananya. Sedangkan si perempuan merapikan pakaiannya. Buah dadanya sempat tertangkap mata Syean.
"Apa ... sih, Mbak? Mengganggu orang saja!" Si perempuan terlihat marah, sambil berusaha berdiri.
"Mengganggu kau bilang? Apa perlu aku panggilkan Satpol PP biar kalian dihakimi massa? Setan kalian berdua! Perbuatan hina seperti ini yang membuat kota ini hampir dihancurkan bencana!" Syean melotot sembari berkacak pinggang. "Kalian masih mahasiswa 'kan? Mana KTP kalian? Cepat? Atau aku akan teriak memanggil orang-orang untuk membakar kalian hidup-hidup!"
Kedua orang tersebut pucat pasi. Syean bahkan dengan berani memukul kepala si lelaki yang hanya bisa tertunduk takut. Dibandingkan si lelaki, si perempuan lebih berani. Dia segera menyeret tangan kekasihnya dan berlalu dengan cepat dari hadapan Syean.
"Perempuan aneh! Kalau tidak laku, ya terima saja! Pakai acara menggangu orang lagi indehoy aja!"
"Indehoy-indehoy Mamakmu! Setelah bunting baru kau menyesal!" Namun teriakan Syean hanya dijawab oleh deru ombak memecah karang. Berdebur-debur meremukkan jantung. Kedua muda mudi tersebut berlari tunggang-langgang.
Syean menyandarkan punggungnya ke batu besar. Mereguk minuman dingin dan matanya menerawang menatap angkasa.
"Langit, gue kesepian! Rasanya hampa saja gitu hidup gue! Kalo lu punya malaikat ganteng, turunin gih satu buat gue! Masa' gue harus merana terus kaya' gini! Malam minggu hanya bertemankan air mineral! Nasib ... nasib!" Syean melepas pandangannya ke arah laut lepas. Kapal-kapal nelayan terlihat sangat cantik dengan lampu-lampu yang terpasang di badan kapal.
"Akh, gue kadang juga pengen ngerasain nyari ikan malam-malam di tengah laut sana. Wahai laut, adakah seorang kekasih hati yang bisa membawa gue ke sana?"
Syean menceracau seperti orang mabuk. Dia terus berteriak ke langit, berteriak ke laut. Tanpa dia sadari, tidak berapa jauh di depannya seseorang merasa terganggu dengan racauannya. Sosok tersebut akhirnya bangkit duduk, membuat Syean terpekik.
"Hantu!" Syean langsung gagap ketika melihat sosok yang sekarang menatapnya kesal.
"Berisik!" desis orang tersebut, "Lu mengganggu kesenangan gue. Kalo mau meratapi nasib jangan di sini!"
"Ya Tuhan, makhluk apakah ini? Jantung hamba bergetar!" Syean tidak bisa menyembunyikan ketakjubannya.
"Udah biasa dipuji. Jadi Mbak yang mulutnya cerewet, tolong tinggalkan tempat ini. Mbak mengganggu kesenangan gue mengintip orang bercinta. Please, ini tempat spesial gue. Udah gue tandain sebagai daerah kekuasaan gue. Jadi sebelum nada suara gue meloncat ke sol, tolong angkat pantat dari sini!" Pemuda tersebut berdiri. Syean semakin ternganga.
"Tinggi dan atletis! Ya Tuhan, inikah cinta pada pandangan pertama? Bahkan suaranya terdengar begitu indah."
Syean tidak tahu mau berbuat apa lagi. Dia terlalu takjub dengan kehadiran pemuda tersebut. Bahkan sampai lelaki tersebut jongkok di depannya, Syean masih seperti terhipnotis.
"Woy! Biasa aja tuh mata! Gue bukan dewa, malaikat atau hantu." Dia menggoyang-goyangkan tangannya di depan Syean. Membuat kesadaran Syean pulih seketika.
"Hmm" Syean berdehem. Berusaha menetralisir rasa debaran di dadanya. "Siapa lu? Kenapa tiba-tiba ada di sini? Jangan-jangan lu sebangsa jin laut penjaga? Ngaku lu?" Syean meledak.
"Lu, tuh, ya. Jangan asal ngebacot. Mana ada hantu sekeren gue. Pasang telinga baik-baik. Gue DEAN. Dan gue adalah preman di kawasan ini. Jadi lu 'ngga bisa macam-macam sama gue!" Dean membusungkan dada dan melipat tangan. Menunjukkan otot-otot bisep yang muncul di lengannya.
"Duh, keren! Gue pengen bergayut manja di lengan lu, bolehkah?" Air liur Syean meleler.
"Dasar cewek syarap! Lu kehabisan obat, ya?" Dean menjauhi Syean yang sekarang berdiri mendekatinya. Memandangi Dean dengan tanpa berkedip.
"Apa lu?" hardik Dean membuat Syean tergagap.
"Gue ... masih ragu kalo elu ini manusia!" jawab Syean asal.
Dean menatap hamparan laut lepas.
"Maksud lu?"
"Lu tidak menginjak tanah." bisik Syean pelan dengan ekspresi berjengit takut.
"Ya iyalah. Apa lu 'nggak liat kalo kita berdiri di atas batu?" Dean memutar matanya. Syean terkikik melihat apa yang dilakukan Dean barusan. Cute!
"Gue Syean!" ujar Syean datar. Sambil sudut matanya menatap Dean yang masih memandangi laut.
"Ga' nanya!" balas Dean ketus.
"Ya ampun, ini cowok belagu banget. Apa lu 'nggak tertarik kenalan sama cewek secantik gue?" Syean menggembor marah.
"Cantik? Elu?" Dean memencongkan mulutnya. "Please, deh! Ngaca!"
Jawaban Dean barusan sukses menusuk jantung hati Syean.
"You know ...."
"I dont know and I dont want to know all about you. Can't you just go away?"
Syean terbelalak ngeri. Ini pertama kalinya ada seorang cowok yang memandangnya sebelah mata dan itu rasanya sangat menyakitkan.
"Fine! Good bye, asshole! Fuck you!"
"Whatever!"
Syean dengan setengah berlari meninggalkan Dean yang kembali merebahkan badannya di bebatuan. Hati perempuan tersebut sangat sakit. Belum juga berganti hari, sudah dua orang lelaki yang menyakiti perasaannya. Air mata tumpah membasahi pipi mulusnya.
"Apa salah gue, Tuhan? Gue hanya ingin menghabiskan malam ini dengan damai. Tanpa hati tersakiti, tapi kenapa Kau berikan rasa sakit seperti ini? Gue berdoa Engkau menurunkan Malaikat, bukan Iblis! Hiks hiks hiks!" Syean sampai di motornya dan langsung mendudukinya. Mencari kunci di kantong celananya. Namun, sampai dia keluarkan sakunya, kunci tersebut tetap tidak ada.
"Ya Tuhan, apa lagi ini? Di mana kunci motor gue?" Seketika wajah Syean pucat pasi. "Tidak ... tidak mungkin kunci motor gue hilang!"
Syean kelabakan.
"Kenapa, Mbak?" Seorang bapak-bapak berdiri di depan Syean. Syean terlonjak kaget karena bapak itu tiba-tiba saja muncul. Matanya langsung menguliti si bapak dengan pandangan menyelidik.
"Bapak siapa?" tanyanya sedikit takut.
"Tukang parkir di sini, Mbak! Saya perhatikan tadi sepertinya Mbak sedang kebingungan. Apakah ada masalah?" tanya si bapak dengan tersenyum ramah. Melihat si bapak tersenyum, Syean tertawa geli di dalam hati. Si bapak ompong.
"Kunci saya hilang, Pak. Sepertinya jatuh di suatu tempat. Astaga!" Syean menepuk jidat. Matanya tertuju ke arah di mana Dean terlihat masih terbujur.
"Kenapa, Mbak?" tanya si tukang parkir heran.
"Mungkin jatuh di sana, Pak! Saya ke sana dulu, ya?" Syean segera hendak beranjak, tapi tangannya dicekal oleh si bapak. Gadis cantik itu terkejut.
"Hati-hati sama penunggu pantai di sini, Mbak!" Si bapak memandangi Syean dengan tanpa berkedip. Syean jadi merasa tidak enak hati.
"Penunggu?" Syean cemas. Namun, si bapak tidak menjawab. Dia melepaskan pegangannya dan berlalu dari hadapan Syean.
Dengan menekan rasa takutnya, Syean kembali ke tempat tadi.
"Mau apa lagi lu ke sini? Maaf yah, kalo lu mau ribut, sorry aja! Cari pria lain!" Dean menaruh kepala di atas kedua telapak tangan. Matanya terpejam. Syean tidak melayani ucapan Dean barusan. Dia mulai sibuk mencari kuncinya yang hilang. Grasak-grusuk dan menimbulkan keributan. Kekesalan mulai muncul di hatinya.
"Brengsek! Di mana itu kunci? Ya Tuhan, kenapa buruk sekali hari ini!" Syean mengomel dan menggerutu tidak karuan. Di puncak kesalnya dia berteriak kencang dan mulai menangis.
"Hei!" Dean berdiri terkejut, "Kenapa lu?" Dean bergerak mendekatinya.
"Kunci gue hilang! Kunci motor gueee!" Syean mulai menarik nada rendah lalu detik demi detik naik menjadi nada-nada tinggi.
"Ya ampun, kirain kenapa tadi!" Dean berusaha membantu mencarikan kunci tersebut. Sementara Syean masih saja menangis.
"Lu diam, dong! Emang dengan menangis itu kunci bakalan ketemu? Dasar cewek aneh!" Dean mulai memasukkan tangannya ke celah-celah batu.
"Kunci gueee. Gue mesti pulang. Ini sudah malam. Bantuin gueee ...." Syean meratap seperti orang kematian suami.
"Tenang, dong, akh! Ini juga lagi bantu dicari!" Dean mengembuskan nafas kesal.
Namun sampai setengah jam mereka mencari, kunci tersebut tidak juga ditemukan. Syean menatap Dean yang terlihat kelelahan. Akhirnya mereka kembali duduk di bebatuan dengan wajah pasrah.
"Emang lu tinggal di mana?" tanya Dean setelah menghapus keringat di lehernya. Dia menatap Syean yang matanya sudah bengkak dan hidungnya memerah. Rambutnya yang panjang berkibaran ditiup angin.
"Ulak Karang!" jawab Syean pendek. Dia seperti kehilangan semangat hidup.
"Yaelah, Non. Dekat itu, mah. Biar nanti gue anterin lu pulang. Sudah, hapus ingus lu. Jijik banget gue ngeliatnya." Dean mengangsurkan sehelai sapu tangan. Syean menerimanya dengan suka cita. Ketika dia hendak menghapus ingusnya dengan sapu tangan tersebut seketika dia hentikan tindakannya itu. Matanya terpejam menikmati aroma yang menguar dari sapu tangan itu. Harum sekali, batinnya. Syean menoleh memandangi Dean yang juga sedang menatapnya.
"Kenapa? Sapu tangannya bau?" Dean menaikkan sebelah alisnya.
"Buk ... bukan ...." Syean gugup. Dia tidak mampu menerima pesona Dean yang seakan-akan menghipnotisnya.
"Terus kenapa?" kejar Dean menginterogasi.
"Sap ... sapu tangannya, wangi!" jawab Syean menunduk malu-malu.
Tawa Dean pecah.
"Ya elah, kirain kenapa!" Dean mengangkat tangan dan meliukkan badannya."Gue anter lu pulang, ya? Udah malam, nih!"
"Motor gue gimana?" tanya Syean bingung.
"Santai saja. Titip aja dulu di sini. Nanti setelah gue nganterin elu, motor lu biar gue beresin!" jawab Dean sambil berdiri.
"Jangan lu jual, ya?" sindir Syean tajam.
"Emang gue terlihat seperti orang kere?" Lagi-lagi Dean menaikkan alisnya.
Syean memutar bola matanya.
Bersambung ....

Komentar Buku (33)

  • avatar
    lepaspenulis

    keren, Cuy

    16/08/2023

      0
  • avatar
    Novel_Triboy

    mantap jiwa

    28/02/2023

      0
  • avatar
    Nabila

    keren ceritanya

    14/01/2023

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru