logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

9. Dekat?

Selamat membaca!!
~~~
Hari ini sekolah dibubarkan lebih cepat dari biasanya. Semua guru akan melaksanakan rapat, sehingga mereka tidak bisa mengajar dikelas.
Mendengar itu, Renata hanya menarik nafas pelan sebelum menutup buku yang sempat dia baca. Dia kemudian memasukan buku dengan tenang. Tidak seperti teman-temannya yang lain, mereka sangat heboh berhamburan keluar dari dalam kelas.
"Renata...,"
Merasa dipanggil Renata langsung menoleh dan mendapati Andini tengah berdiri disamping mejanya.
"Apa hari ini kamu punya waktu? Aku ingin mentraktirmu makan sebagai tanda terimakasih karena sudah menolongku di perpustakan tempo lalu."
Renata hanya menatap Andiri sebentar, kemudian dia kembali memasukkan barangnya. "Aku tidak menolongmu, waktu itu aku hanya merasa terganggu dengan suara mereka." Renata berbicara tanpa menoleh pada Andini.
Andini hanya mampu diam sambil menatap Renata, dia tidak menyangka reaksi Renata hanya seperti itu.
Tapi Andini ingin terus berusaha untuk dekat Renata. Bukan tanpa alasan dia hanya merasa punya hutang padanya.
"Tapi kamu berbohong mengenai ucapanmu waktu itu. Kamu bilang aku dipanggil ketua kelas, padahal dia tidak menyuruhku untuk datang."
Renata kembali menatap Andini. "Baiklah anggap seperti itu saja. Kamu tidak usah merasa punya hutang apapun padaku, aku melakukan itu hanya karena mereka mengangguku saat membaca. Jika sudah tidak ada yang ingin dibicarakan, aku akan pulang."
Setelah mengucapkan kalimat itu Renata pantas pergi begitu saja meninggalkan Andini yang masih berdiri menatapnya.
Padahal dia sudah menolongku dua kali, apa dia tidak mengingat itu?
Andini juga langsung pergi meninggalkan kelas.
Renata hanya menatap jalanan yang ramai dipenuhi dengan banyak kendaraan. Saat ini dia tengah di perjalanan menuju rumah, sore harinya dia akan pergi menemui Sopia untuk sesi konseling.
Pandangannya mulai teralihkan saat dirinya melihat segerombolan anak kecil yang tengah menyiksa seekor kucing. Ini bukan kali pertama dia melihat mereka, setiap pulang sekolah ataupun pergi, Renata kerap sekali melihat gerombolan anak tersebut tengah menyiksa kucing jalanan.
Renata hanya terus menatap mereka tanpa ingin turun ataupun berhenti. Mobilnya hanya lewet begitu saja.
Beberapa menit  kemudian dia sudah sampai dirumah miliknya. Dia lantas turun dan berjalan masuk kedalam rumah.
Ibu dan ayahnya mungkin masih berada dikantor karena jam kerja memang belum selesai. Renata memutuskan untuk masuk kedalam kamar.
Dia memiliki janji dengan Sopia pukul 2 sore, masih ada waktu sekitar 3 jam lagi untuk dia beristirahat.
Renata mengambil buku catatan miliknya dan mulai menuliskan kegiatan yang dilakukannya hari ini.
Sudah puluhan buku yang dia simpan selama 12 tahun ini, dia sengaja melakukan itu agar dirinya bisa mengingat aktivitas yang dilakukan oleh dirinya sendiri.
Jika ada tingkah aneh yang dilakukan tidak sesuai dengan tulisan miliknya itu artinya kepribadian dia yang yang melakukannya.
~~~
Karena jam sekolah dibubarkan lebih awal, Anggasta memutuskan untuk pergi berlatih main basket. Selain dirinya menjabat sebagi ketua OSIS, dia juga menjabat sebagai ketua tim Basket di sekolahnya.
Sudah banyak piala yang dia raih bersama rekan-rekannya sehingga mereka cukup populer di sekolah ataupun sekolah lain.
Tidak jarang juga ketika mereka semua berlatih, seluruh siswa pasti akan menyempatkan untuk melihat mereka semua.
"Anggasta...," seseorang menyerukan namanya.
Anggasta yang saat itu tengah asik bermain menoleh dan mendapati beberapa siswa perempuan disekolahnya menghampiri dirinya.
Anggasta tersenyum dan menyapa mereka. "Ada apa?" tanyanya.
"Aku ingin meminta nomormu, apa boleh?" tanyanya.
Anggasta terlihat bingung, dia tidak ingin memberikan nomornya.
"Untuk apa?" tanya Anggasta.
Perempuan tersebut terlihat gugup dan bingung, mereka mungkin tidak bisa mengatakan alasan kenapa dirinya meminta nomor Angga.
"Um– karena– aku menyukaimu." ucapnya.
Anggasta tersenyum mendapat pengakuan dari gadis itu. "Aku tidak ingin menyakitimu jika aku berbicara, lebih baik temukan pria yang lebih baik dariku. Kamu cantik, pasti semua orang menyukaimu."
Setelah mengucapkan itu, Anggasta langsung pergi meninggalkan mereka. Dia memutuskan untuk segera pulang.
Hari ini cukup melelahkan baginya, besok akan ada rapat penting mengenai festival antar kelas yang dilakukan satu tahun sekali, biasanya festival dilakukan hanya untuk kelas 10 dan 11, tapi untuk tahun ini sekolah memutuskan untuk kelas 12 pun harus ikut melaksanakannya.
Awalnya Anggasta menolak perintah itu dengan alasan siswa kelas 12 harus lebih memilih untuk fokus belajar, mereka pasti tidak memiliki waktu yang banyak untuk melakukan hal seperti itu. Ujian akan dilakukan sebentar lagi.
Tapi kepala sekolah tetap memutuskan untuk siswa kelas 12 ikut dengan alasan mereka juga harus memiliki waktu luang selain belajar.
Mau tak mau Anggasta akhirnya setuju. Dia bersama anggota OSIS lainnya akan bertanggung jawab untuk mempersiapkan itu semua.
Anggasta melepas helm miliknya setelah sampai dirumah miliknya. Dia langsung masuk kedalam dan berjalan menuju kamar miliknya.
Dia melintasi ruangan milik ibunya, dia melihat Sopia tengah duduk dimejanya.
Anggasta menyerit bingung, tumben sekali ibunya sudah pulang.
"Sudah pulang?" tanya Anggasta didepan pintu.
Sopia menoleh dan tersenyum. "Ibu pulang lebih awal karena hari ini ada sesi konseling." jawabnya.
Anggasta hanya mengangguk dan ber-oh."Baiklah, aku pergi kekamar dulu."
"Jangan lupan makan setelah itu."
Anggasta hanya mengacungkan jempolnya dan langsung pergi menuju kamar miliknya.
Begitu sampai dikamar, Anggasta langsung menyimpan tas miliknya dan masuk begitu saja menuju kamar mandi, dia memutuskan untuk membersihkan dirinya dulu lalu setelah itu pergi makan.
15 menit berlalu, Anggasta akhirnya telah selesai membersihkan diri, dia mengelap rambut basah miliknya menggunakan handuk, dirasa sudah kering dia menyimpan kembali haduk tersebut di tempatnya. Setelah itu langsung keluar dari kamar untuk makan.
Teng tong
Bunyi bel rumah miliknya berbunyi, Anggasta yang baru saja turun dari kamarnya langsung berjalan menuju pintu. Dia rasa itu pasien ibunya.
"Biar bibi saja yang membukanya."
Anggasta berhenti berjalan dan menoleh pada asisten rumah tangganya. "Baiklah, aku akan pergi makan."
Anggasta berbalik dan berjalan menuju ruang makan, namun langkah kakinya langsung terhenti saat mendengar suara yang tidak asing baginya.
Anggasta kembali berbalik dan menatap seseorang yang tengah berdiri didepan pintu. Rupanya pasien yang akan datang pada ibunya adalah Renata.
Anggasta masih menatap gadis itu yang mulai berjalan masuk kedalam rumah, pandangan mereka bertemu. Renata maupun Anggasta masih sama-sama terdiam, hingga detik kemudian Renata langsung mengalihkan pandangnyannya.
Dia berjalan melewati Anggasta begitu saja. Ini kali kedua dia diperlakukan seperti itu oleh seorang Renata.
"Dia benar-benar marah padaku." gumamnya.

Komentar Buku (138)

  • avatar
    SariLinda

    bagus banget ini

    03/08

      0
  • avatar
    WijayaAngga

    Bagus ka, ada lanjutannya ga? atau cerita yang 11 12 ma ini bagus banget soalnya

    23/07

      0
  • avatar
    Abima aKeynan

    bgs

    11/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru