logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

11. Kali ini

Selamat membaca!!
~~~
Malam itu Renata masih terlelap tidur diatas kasur besar miliknya. Dia sudah tertidur lelap pukul delapan malam, entah apa yang terjadi padanya saat ini.
Ini adalah momen langka yang terjadi padanya, selama ini Renata selalu tak bisa memejamkan matanya ketika jam masih belum menunjukan pukul empat atau lima subuh.
Saat itu, Renata tengah membaca buku dan menulis beberapa rangkuman materi yang tadi dipelajari didalam kelas. Entah karena merasa lelah atau apa, Renata tiba-tiba merasa mengantuk.
Dia langsung bangun dari meja belajar dan berjalan menuju kasur miliknya. Tak lama dia sudah tertidur pulas.
Namun saat tengah malam, Renata tiba-tiba bangun. Dia turun dari kasur lalu masuk kedalam kamar mandi. Setelah itu dia membuka lemari dan menganti pakaiannya.
Renata keluar dari kamar dan berjalan menuju pintu utama, dia lantas keluar dari rumah menggunakan kunci cadangan yang sering kali Ayahnya simpan dilanci dekat tv.
Saat itu hujan tengah mengguyur hampir seluruh kota. Renata tidak peduli, dia menudungkan jaket miliknya untuk menutupi kepalanya.
Dia lantas berjalan menyisir jalanan sepi dengan berjalan kaki. langkahnya langsung terhenti saat dia sudah mencapai tujuannya.
Dia berjongkok menghadap pada sebuah kadus kecil yang tertutup sebuah kain berwaran hitam, dia mengangkat kardus tersebut dan memindahkannya ketempat teduh.
Renata membuka isi kadus dan mendapati satu ekor kucing tengah meringkuk kedinginan, dibadannya terdapat beberapa luka akibat terkena lemparan batu.
Ya. Itu kucing yang selalu disiksa oleh sekelompok anak-anak yang sempat Renata lihat tadi siang.
Dia mengelus lembut kucing tersebut dan memangkunya.
"Hidupmu pasti sangat sulit bukan?" Renata mengelus lembut kucing tersebut.
"Orang-orang itu memang tidak punya otak, mereka menyiksamu tanpa ampun." lanjutnya.
Kucing tersebut mengeong kecil kala Renata berbicara, dia seolah ingin berbicara tentang rasa sakitnya. Dia seperti anak kecil yang meminta bantuan.
"Aku tidak ingin melihatmu terus disiksa seperti itu, aku akan mengantarkanmu ketempat dimana mereka tidak menyiksamu."
~~~
Anggasta masih berdiri didepan pintu ruang kelas 12 bersama rekannya yang lain. Saat ini dia tengah berkeliling memberi pengumuman tentang festival yang akan dilaksanakan sekitar 2 minggu lagi sesuai dengan rapat yang sudah mereka sepakati bersama.
Kali ini giliran dia memasuki kelas dimana Renata ada didalamnya, dia kemudian mengetuk pintu kelas pelan, pintu langsung dibuka oleh guru yang tengah mengajar,
Anggasta berbicara sebentar untuk meminta ijin, setelah guru tersebut mengijinkan Anggasta berserta rekannya yang lain langsung masuk kedalam.
Sekilas dia menatap Renata yang kini juga tengah menatapnya dingin, tapi dia berusaha untuk fokus pada pekejaaannya saat ini dibandingkan harus terus menatap Renata.
Dia berdehem pelan sebelum berbicara. "Maaf karena kami menganggu waktu belajar kalian, ada beberapa hal yang saya dan rekan akan sampaikan mengenai kegiatan sekolah." Anggasta menyampaikan informasi dengan tenang.
Dia kemudian melanjutkan ucapannya, "Berbeda dengan tahun kemarin, acara festival kelas untuk tahun dilakukan oleh seluruh kelas termasuk juga dengan kelas 12."
Seluruh siswa yang berada didalam kelas langsung mengeluh malas, mereka sangat tidak setuju dengan ucapan Anggasta.
"Ini bukan waktunya melakukan hal seperti itu, kami sudah berada dikelas 12, tidak ada waktu untuk itu." protes salah satunya yang langsung mendapat persetujuan dari seisi kelas.
Anggasta juga sejujurnya mengerti dengan keluhan mereka, dia juga sudah mengupayakan berbicara dengan kepala sekolah, tapi dia tetap pada keputusannya untuk membuat kelas 12 ikut berpartisipasi.
Anggasta tidak kehabisan akal, dia membuat syarat yang tentunya pasti akan sangat berat untuk kepala sekolah setujui. Karena sekolah ini tidak pernah mengadakan yang namanya Prom night, untuk itu Anggasta meminta ijin untuk Kepala sekolah menyetujuinya.
Dengan segala bujuk rayu, akhirnya Kepala sekolah menyetujui hal tersebut.
"Aku sungguh mengerti dengan keluhan kalian karena aku juga sudah berada dikelas 12, tapi ini permintaan langsung dari kepala sekolah, dia ingin seluruh siswa kelas 12 juga ikut berpatisipasi." Anggasta menjeda ucapannya. "Tentunya ada syarat yang sudah aku ajukan pada kepala sekolah, selama ini sekolah kita tidak pernah mengadakan acara prom night, jadi aku mengajukan syarat itu dan tentunya langsung disetujui oleh kepala sekolah dengan catatan kalian ikut festival."
Kali ini seluruh isi kelas langsung bersorak senang, mereka tidak menyangka jika ketua OSISnya sangat mengerti dengan keinginan para siswanya.
2 tahun ini dia selalu mengajukan untuk mengadakan acara prom ningt disetiap tahunnya, namun selalu ditolak oleh kepala sekolah dengan alasan yang tidak begitu jelas, tapi untuk tahun ini dia sudah berhasil membujuknya.
"Ketua OSIS kita sungguh pengertian, aku setuju dengan itu." Sorak seluruh siswa.
Siapa yang tidak menyukai acara prom night, mereka selalu menginginkan acara itu diadakan. Karena itu terjadi sekali dalam seumur hidup, dimana mereka bisa berkumpul bersama sebelum perpisahan tiba.
Dan tentunya akan ada banyak kegiatan yang dilakukan diacara tersebut seperti pesta dansa, ajang penghargaan murid berprestasi, dan penampilan pentas menyanyi yang dibawakan oleh siswa.
Satu hal lagi yang tertinggal adalah pemilihan raja dan ratu prom.
Mereka sungguh menginginkan itu terjadi, dan siapa sangka berkat bujuk rayu dari seorang Anggasta acara itu akan segera terlaksanakan.
Anggasta sungguh senang melihat reaksi gembira mereka, usahanya untuk membujuk kepala sekolah tidak sia-sia.
Tanpa sadar Anggasta menatap Renata, gadis itu kini tidak menatapnya lagi, dia malah sibuk dengan buku yang dipegang. Tidak ada gurat bahagia ataupun senang dari dalam dirinya, berbeda sekali dengan teman-teman kelasnya.
"Ayo selesaikan, jangan terus menatapnya." ujar Erik menyenggol lengan Anggasta.
Anggasta langsung beralih lagi pada seluruh murid. "Festival akan dimulai sekitar 2 minggu lagi, harap segera dipersiapkan dan rundingkan apa yang akan kalian lakukan untuk mengisi stan milik kelas kalian sendiri. Jika ada pertanyaan boleh ajukan nanti atau bisa datang ke ruang OSIS karena jam pelajaran masih berjalan. Sekian dari kami."
Setelah mengucapkan itu Anggasta dan yang lain langsung berpamitan dan melanjutkan pengumuman dikelas lain.
~~~
Prom night merupakan rangkaian acara yang biasanya diselenggarakan oleh sekolah untuk siswa-siswi menengah ke atas, untuk merayakan kelulusan.
***

Komentar Buku (138)

  • avatar
    SariLinda

    bagus banget ini

    03/08

      0
  • avatar
    WijayaAngga

    Bagus ka, ada lanjutannya ga? atau cerita yang 11 12 ma ini bagus banget soalnya

    23/07

      0
  • avatar
    Abima aKeynan

    bgs

    11/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru