logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Part 4. Kenangan Malik Dan Aisyah (2/2)

Sudah beberapa jam telah berlalu, dan surat pengumuman kelulusan juga sudah di serahkan ke seluruh santriwan dan santriwati. Begitu juga dengan Aisyah. Gadis itu sekarang tengah berpelukkan bersama teman-teman wanitanya.
"Gila Ais, selamat kau lulus dengan nilai yang mengesankan," puji Fitri salah satu teman Aisyah berperawakan sedikit berisi.
"Iyah, ternyata kau pintar juga Ais," puji Elsa salah satu teman Aisyah juga, yang berkulit hitam manis dengan kacamata minus yang bertengger di hidungnya.
"Kalian baru sadar kalau temenku ini pintar yah," ujar Layla teman sekampung, dan sekaligus teman kecil Aisyah.
"Kami juga temannya loh," balas Fitri dan Elsa bersamaan, dan membuat Aisyah tertawa kecil.
"Kalian semua temanku. Jika kalian tidak ada disini, mungkin kehidupan pondokku terasa hambar," ujar Aisyah, dan mereka berempat kembali berpelukan.
"Tunggu ... Linda kemana? Bukankah tadi dia bersama kita," intrupsi Aisyah, dan membuat ketiga temannya itu saling berpandangan.
"Iya ... kemana perginya gadis tomboi itu," ujar Layla dan membuat Fitri beserta Elsa berfikir.
"Aisyah! Aisyah! Hah...hah...." Seru Seorang pemuda bernama Rama, dan membuat keempat gadis itu menoleh kepadanya.
"Rendra hah...hah... Dia hah...hah...."
"Atur napas dulu. Rendra ... ada apa dengannya?" Perintah Aisyah, dan Rama langsung mematuhinya.
Pemuda itu mengatur nafasnya terlebih dulu, "Rendra menunggumu di ruang kelas. Dia sudah menunggumu dari beberapa jam yang lalu," ujar Rama membuat Aisyah memukul pelan kepalanya.
"Astagfirullah haladzim, aku hampir melupakannya," ujar Aisyah, dan membuat ketiga sahabat wanitanya itu tersenyum mengejek.
"Sudah pergi saja sana, siapa tau ada hal penting iyakan. Lagian surat pengumuman kelulusan Rendra ada padamu."
"Baiklah ... aku pergi menemuinya dulu," pamit Aisyah dan langsung berlari ke kelas, salah tapi bekas kelas mereka.
Dengan senyum sumringah Aisyah berlari, tangan kanannya masih setia membawa tasbih berwarna merah, dan tangan kirinya membawa amplop yang berisikan surat pengumuman kelulusan.
Aisyah yang sudah melihat bekas kelasnya mengubah larinya menjadi langkah cepat. Gadis remaja itu masih setia menyungging senyum, karena dia tidak sabar ada kejutan apa, yang telah menantinya di dalam ruang kelas sana.
Gadis itu menghentikan langkahnya tepat di depan pintu coklat bekas ruang kelasnya yang saat ini tertutup rapat. Dia mulai menarik napas, untuk menormalkan degup jantungnya yang berdetak cepat.
Dirasa degup jantungnya sudah berdetak normal. Dengan senyum sumringah, Aisyah melangkah, dan mendorong kedua pintu berwarna coklat itu.
"Maaf telah membuatmu menunggu lama mal-...." Ucapan gadis itu menggantung, napasnya seolah tercekat, degup jantungnya berpacu hebat, dan tepat di awal langkahnya Aisyah diam mematung.
"A...apa yang kalian lak—lakukan," ujar Aisyah, dan tanpa di duga amplop beserta tasbih itu terlepas dari genggaman tangannya, yang seketika melemah.
Mendengar hal itu, dua orang berbeda jenis yang saat ini tengah berpelukan itu langsung terkejut. Ehh bukan, tapi Aisyah melihat seorang gadis tengah memeluk paksa seorang pemuda yang sangat Aisyah kenal.
"Ada apa ini Malik? Ka...kau dengan sahabatku sendiri...." Perkataan Aisyah menggantung. Sungguh, rasa sesak yang dirasakan gadis itu tak mampu menghentikan ucapannya, "dan kau Linda. Aku tidak mengira kau menusukku dari belakang."
"Isyah ini tidak benar. A...aku bisa menjelaskan semuanya. Kau salah paham sayang," ujar cepat Malik yang saat ini sedang merasakan khawatir, kalau kekasihnya itu salah paham.
"Apa yang kau katakan Rendra. Jelas-jelas kau yang memintaku datang kemari, dan kau tadi mengutarakan per-...."
"DIAM! Sudah cukup kau berbicara jelang. Isyah dengar, aku bisa jelaskan ini sem- ISYAH! ISYAH!" Kekhawatiran Malik semakin menjadi saat Aisyah berlari meninggalkan bekas ruang kelas itu, setelah dia bergerak memungut tasbih yang tadinya terjatuh, "Jika sampai sesuatu yang buruk terjadi pada hubunganku dengan Isyah. Aku pastikan akan melakukan hal yang buruk padamu," ancam Malik, dan kemudian dia langsung berlari mengejar Aisyah yang mungkin sudah menjauh.
Di sisi Aisyah, gadis itu sudah berhenti berlari. Dia menekuk lututnya tepat disebuah danau buatan yang sengaja dibuat oleh pihak pondok pesantren.
Sakit? Jangan ditanya lagi. Gadis itu sekarang tengah merasakan sakit yang teramat.
Perih? Jangan ditanya lagi. Rasa perih yang gadis itu rasakan seperti luka yang di guyur air garam.
Kecewa? Entahlah apa dia juga merasakan kecewa, dia juga tidak mengetahui itu. Ini sudah menjadi pilihannya tapi, kenapa pilihannya sesakit dan seperih ini. Dia tidak pernah mengira kalau harus menanggung resiko ini dalam bercinta.
"Akhhh!" teriak Aisyah mencoba menyalurkan kesakitan yang dia rasakan itu pada danau yang ada di hadapannya.
"Aku sudah menebak kau akan kemari Isyah," instrupsi Malik dari arah belakang, yang terlihat ngos-ngosan.
Gadis cantik yang masih terbalut baju putih abu-abu itu menoleh kebelakang melihat wajah kekasihnya, "Mau apa kau kesini? Pergi!" usir Aisyah dan ini kali pertama dia meninggikan suaranya pada lawan bicaranya.
Malik mencoba mengurangi jaraknya dengan melangkah mendekati Aisyah yang sudah bangkit dari bertekuk lututnya.
"Isyah ... A...aku bis-....,"
"Berhenti dan tetap disana brengsek," instrupsi Aisyah, dan membuat Malik membulatkan mata.
Pasalnya pemuda itu tidak pernah mendengar Aisyahnya mengumpat seperti itu, "A...apa yang kamu katakan Isyah? Ber-...."
"Ya ... Kau Rendra si pemuda brengsek dan bajingan!" potong Aisyah dengan masih berteriak, "kau bukanlah Malik. Nama Malik tidak pantas untuk brengsek seperti kau itu!"
"Isyah kau salah paham. Sumpah demi all-...."
"Kau jangan membawa nama Allah Rendra. Ka-...."
Ucapan gadis itu terhenti saat matanya dengan jelas melihat Malik Putra Narendra tengah bertekuk lutut di hadapannya, "Isyah jujur aku tidak seperti apa yang kamu lihat sayang. Lin...Linda sahabatmu tiba-tiba datang kesana dan...." Malik menghentikan ucapannya saat mata hitam sedikit kecoklatan itu melihat Aisyah gadis yang sangat dia sayangi tengah terenyuh.
"Biar aku lanjutkan Rendra. Aku tau alur ceritanya, dan kau diam dan dengarkan saja."
"Apa yang kamu katakan Isyah. Apa kau tidak mempercayaiku?"
"Jujur saja. Aku tidak pernah mempercayai pemuda sepertimu Rendra! Awalnya aku mengira kau bisa berubah, tapi sudah tiga tahun kau berada di pondok pesantren ini, dan kau masih sama seperti yang dulu. Masih sama seperti Rendra yang belum masuk ke sini," ujar Aisyah panjang lebar membuat Malik membulatkan mata.
Iya ... Memang benar Malik Putra Narendra itu pemuda bajingan kelas kakap. Kedua orang tuanya memasukkan dirinya ke pondok, karena mereka berharap Malik dapat berubah, tapi itu tidak sama sekali.
Pemuda itu tidak pernah bisa berubah, tapi setelah Malik bertemu dengan gadis polos seperti Aisyah. Dia lamgsung berniat untuk mengubah hidupnya, "Isyah deng-...."
"Cukup Rendra, sudah cukup. Aku tidak ingin mendengar karangan yang kau buat itu," potong Aisyah dengan memalingkan wajah ke samping, "aku bisa menerima kau berdekatan dengan wanita lain Rendra. Tapi, mengapa kau memilih sahabatku."
"Aku mencoba menjelaskan semua padamu Isyah, tapi kau selalu menghalanginya. Ada apa sebenarnya?" Malik menarik kasar lengan Aisyah, dan membuat tubuh gadis itu menempel ke tubuhnya, "sudah cukup kamu bicaranya, dan sekarang biarkan aku yang berbicara," ujar lembut Malik walau dia dalam keadaan emosi. Dia tidak mau lagi membentak gadisnya itu.
"Aku dan Linda sahabatmu itu tidak ada hubungan apapun. Dia tiba-tiba datang ke kelas, dan langsung memelukku. Itu saja tidak lebih," jelas Malik berharap Aisyah percaya dengan perkataannya.
"Aku mau kita putus," ujar Aisyah dan membuat genggaman tangan Malik melemah.
Dengan cepat gadis itu mendorong tubuh kekar kekasihnya yang akan segera menjadi mantannya, "Aku sudah lelah seperti ini Rendra, aku lelah," ujar Aisyah dengan tatapan mata sendu.
Gadis itu mencoba tersenyum walau hatinya sekarang tengah merasakan sakit yang teramat perih. Aisyah memejamkan mata. Air matanya semakin deras mengalir, "Kita cukup sampai disini Rendra. Aku ingin mengucapkan terima kasih atas kejutan yang engkau berikan ini," ujar Aisyah dan bergerak menyerahkan tasbih yang berhiaskan hati.
Malik menatap tajam tasbih yang diserahkan Aisyah tersebut, lalu berganti menatap teduh ke Aisyah, "Aku tidak menginginkan ini Isyah. Aku tidak ingin kita berdua berakhir. Bukankah kita sudah berjanji akan bersama," ujar sendu Malik dengan masih menatap Aisyah dengan raut menyedihkan.
"Ambillah tasbih ini. Mungkin tasbih ini bukan di takdirkan untuk menjadi milikku. Aku doakan kau menemukan pendamping hidup yang lebih baik dariku," jelas Aisyah dengan menyerahkan tasbih itu ke tangan Malik.
Aisyah berlalu pergi, taoi langkahnya terhenti kala dua lengan kekar melingkar di pinggangnya, "Aku mohon jangan seperti ini Isyah, aku mohon," ujar Malik sembari menaruh kepalanya di pundak Aisyah, "aku hanya mencintai Isyah, hanya dirimu dan tidak ada yang lain," lanjutnya dengan masih menaruh kepalanya di pundak Aisyah.
Terlihat Aisyah memejamkan mata. Hatinya sedikit tersentuh, karena mendengarkan ungkapan cinta Malik, pemuda yang mampu membuat dia lupa akan pelajaran yang ia dapatkan dari Abinya.
Namun, dengan cepatnya Aisyah menepis rasa itu. Gadis itu sudah bertekad demi kebaikan bersama, 'maafkan aku Malik,' batin Aisyah sembari memejamkan mata.
"Kita sudah berakhir dan lupakan aku," ujar Aisyah dan perkataan itu berhasil membuat lengan kekar Malik yang melingkar di pinggang Aisyah terlepas seketika.
Hari kelulusan yang seharusnya akan menjadi hari sepesial untuk Aisyah dari Malik, malah menjadi hari yang kelam untuk pemuda itu. Tepat dihari itu juga, tasbih yang Malik berikan dulu untuk Aisyah, karena gadis itu menerimanya menjadi kekasihnya telah dikembalikan. Kembalinya tasbih itu menyatakannya berkahir sudah kisah asmara mereka.

Komentar Buku (123)

  • avatar
    Shazarina

    Cerita yang bagus sekali! Bisa dipelajari disini bahawa kita sebagai anak harus selalu jujur sama orangtua ✨

    18/01/2022

      1
  • avatar
    Ony

    belajar mendalami arti sebuah cinta

    13d

      0
  • avatar
    PutraAdhika

    cerita yang bagus

    24d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru