logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 8 Cemburu Buta

"Ayo pulang!" ajak Fatma menarik tangan suaminya.
"Loh Mas Ulum belum bayar Mbak." kata Sonia.
"Ngutang dulu," jawab Fatma.
"Nggak Mbak, cuma beli kopi kok ngutang. Katanya situ orang kaya masak beli kopi ngutang." bantah Sonia.
"Eh janda ganjen kamu tuh ya baru punya warung kayak gubuk gitu aja udah sombong minta ampun." kata Fatma tidak mau kalah.
"Pokoknya bayar sekarang," bentak Sonia.
Ulum hendak mengambil uang disaku celananya namun dicegah oleh Fatma. "Nggak usah bayar mas," kata Fatma.
"Biar aku bayar dek, malu kalau kopi saja ngutang." jawab Ulum yang malu dilihat banyak orang.
"Mas kamu itu gimana sih, oh jangan-jangan mas suka sama janda gatel itu." kata Fatma berasumsi sendiri.
"Nggak dek, Mas hanya cinta sama kamu seorang." kata Ulum.
"Alah kamu mas bilang cinta nyatanya baru aku tinggal sebentar udah main kesini." kata Fatma.
"Tapi aku tidak suka sama Sonia dek." kata Ulum.
"Ngaku saja Mas, aku udah tahu kamu sering kemari." bantah Fatma.
"Mana cepet bayar," kata Sonia menyodorkan tangan katanya.
Fatma menepis tangan kanan sonia. "Janda gatal kamu pasti menggoda suamiku kan, biar dia kesini teru." tuduh Fatma.
"Mbak Fatma jangan nuduh saya ya, tanya sama orang-orang apa saya pernah menggoda suami Mbak Fatma. Kalau jadi orang jangan terlalu cemburu buta Mbak. Nanti suaminya kegoda janda beneran baru tahu rasa kamu." kata Sonia.
"Kamu nyumpahin saya ya, dasar janda gatel." kata Fatma hendak memukul Sonia namun dihalangi oleh Ulum.
"Ayo pulang dek, jangan buat keributan disini. Aku malu dilihat orang banyak!" ajak Ulum namun Fatma tidak bergeming. Fatma masih berusaha untuk memukul Sonia.
"Mbak Sonia, lawan aja tuh sih Fatma." kata Bu Hana. "Suami nggak cakep gitu kok dicemburuin. Masih gantengan suami saya loh padahal." sindir Bu Hana.
"Bu Hana jangan ikut campur ya, ini urusan saya dengan janda gatal ini." teriak Fatma menunjuk-nunjuk Bu Hana yang sedang memilih gorengan.
"Emang  Mas Ulum kan nggak ganteng Mbak Fatma jadi ngapain harus dicemburuin kayak gitu sih." kata Sonia.
"Kamu jangan menghina suami saya ya, awas saja kalau ketahuan godain suami saya. Tak bikin perkedel kamu Sonia." kata Fatma marah.
    Tampak dari kejauhan Bu Siti berlari menuju warung Sonia. Bu Siti terlihat gugup sekali.
"Sonia kamu menggoda menantuku ya. Dasar jalang!" teriak Bu Siti ikut-ikutan.
"Bu Siti tidak tahu apa-apa malah nuduh aku. Dasar keluarga edan." umpat Sonia. "Udah pulang sana tak ikhlasin kopi yang diminum suamimu." kata Sonia sambil masuk kedalam warung.
"Kamu kira aku orang nggak punya yang kamu sedekahin segelas kopi? Hah! Janda gatel kamu Sonia." teriak Fatma ingin mendekati Sonia. Lagi-lagi dihalangi Ulum,"Bayar Mas kopinya, kita bukan orang miskin yang minta sedekah segelas kopi." kata Fatma pada Ulum.
Ulum mendekati Sonia,"Ini saya bayar kopinya," kata Ulum sembari memberikan uang 10 ribuan.
"Maaf mas, bawa pulang saja uang kamu." jawab Sonia ketus.
    Ulum meninggalkan uang 10 ribut tadi diatas meja lalu beranjak pergi.
"Mahal sekali segelas kopi 10ribu." kata Fatma mengambil uang 10ribu tadi dan menggantinya dengan uang 2ribuan. "Tuh uang 2ribu buat bayar kopinya." kata Fatma sinis.
"Ambil saja, aku nggak butuh. Aku udah ikhlas." kata Sonia.
    Tanpa rasa malu Fatma mengambil uang 2ribu yang dia taruh dimeja tadi. "Ya udah aku ambil lagi, bye." kata Fatma beranjak pergi.
"Dasar wanita nggak punya urat malu." omel Sonia. Ternyata Fatma mendengar perkataan Sonia.
"Janda gatal, jaga mulut kamu kalau nggak dijaga nanti aku sumpal pakai cabai tuh." kata Fatma sambil berjalan menjauhi Sonia.
"Udah Mbak jangan didengerin." kata Bu Hana pada Sonia yang sedang membungkus Nasi.
"Ayo pulang! Lain kali ngopi dirumah saja!" ajak Fatma pada Ulum. Ulum hanya menurut pada ucapan Fatma. bu Siti segera ikut pulang.
"Ulum kamu tuh ya masih suka aja ketempat janda gatel itu." kata Bu Siti.
"Tadi Ulum ingin ngopi Bu, tapi dirumah tidak ada gula dan kopi. Mau beli gula dan kopi juga uangnya tidak cukup jadi Ulum ke warung." kata Ulum.
"Beli kopi saset kan bisa dibuat dirumah, alasan saja kamu ini jadi orang." kata Bu Siti.
    Ulum hanya diam saja dia tidak mau membantah ucapan mertuanya.
"Kerjaan rumah juga nggak kamu kerjain, kamu kan nganggur disuruh bersih-bersih rumah aja nggak becus." omel Bu Siti.
    Ulum masih diam saja dia sadar diri bahwa dia saat ini memang pengangguran.
"Dengerin tuh Mas kata Ibu," kata Fatma. 
Mereka bertiga berjalan beriringan hingga sampai didepan rumah.
"Cepat sana kerjakan pekerjaanmu didapur." suruh Fatma.
"Iya dek," jawab Ulum lalu kedapur untuk mencuci piring.
"Bu aku tuh heran Sonia doyan banget godain suami orang." kata Fatma kesal.
"Iya nggak tua maupun muda diembat semua. Dasar wanita murahan. itu Sonia, nggak punya malu." kata Bu Siti.
"Alah Bu, orang kayak Sonia mana punya malu. Pokoknya aku harus awasi Mas Ulum terus sekarang. Meskipun saat ini dia pengangguran setidaknya bisa bantu kerjaan rumah biar aku bisa tiduran." kata Fatma.
"Kalau perlu borgol saja suamimu, biar tidak bisa kemana-mana. Jadi lelaki kok jelalatan matanya. Kayak Bapak gitu loh setia sama Ibu saja." kata Bu Siti.
"Udah tua emang gitu Bu, dulu aja waktu Fatma masih kecil Ibu sering bertengkar dengan Bapak. Ibu bilang Bapak punya wanita lain." kata Fatma.
"Itu kan dulu tapi nyatanya Bapakmu nggak selingkuh loh. Itu Ibu cuma cemburu buta saja saat itu.'' Bu Siti tidak mau kalah.
"Alah...nanti Bapak selingkuh Ibu baru tahu rasa." kata Fatma.
"Kamu kalau ngomong dijaga Fat, Bapak mu itu setia sekali." kata Bu Siti.
"Iya Bu Fatma percaya sama Ibu." kata Fatma mengalah.
"Wajib percaya aku kan Ibu mu." kata Bu Siti senang.
"Emh...," dehem Fatma.
    Bu Siti pamit pulang dan minta untuk dijemput nanti sore untuk melihat rumah.
    Jarak rumah Bu Siti hanya selisih sekitar 5 rumah dari rumah Fatma. Sesampainya dirumah Bu Siti melihat seorang wanita sedang duduk diteraa bersama Pak Warto.
"Bapak...," teriak Bu Siti.
Bu Siti mendekati mereka berdua,"Emh...ehm enak ya dirumah berduaan dengan wanita cantik. Pulang sana Mbak!" suruh Bu Siti.
"Maaf Bu saya hanya...," kata wanita itu terhenti.
"Hanya apa? Hanya mampir? Sudah pergi sana. Suamiku nggak tertarik denganmu." kata Bu Siti.
Wanita itu berdiri lalu membawa tas besarnya pergi dari rumah Bu Siti. "Aku kan cuma Seles masak dituduh godain suaminya. Suami tua kayak gitu kok dibanggakan." omel wanita itu sambil terus berjalan.
"Bapak jangan ulangi lagi berdua dengan gadis cantik. Nanti jadi fitnah dikira ada apa-apa." kata Bu Sofi kesal.
"Astagfirullah Bu, dia itu seles jelas cantik lah Bu." jawab Pak warto.
"Apa Bapak suka punya pacar cantik?' tanya Bu Siti.
"Ya suka lah, namanya juga lelaki pasti milih yang cantik dan sexy." jawab Pak Warto.
Seketika emosi Bu Siti memuncak," Bapak sudah bikin Ibu naik darah." kata Bu Siti masuk kedalam rumah.
"Bu, Ibu cemburu buta kok terus. Kalau Bapak selingkuh baru tahu rasa kamu Bu." kata Pak Warto.
   Bu Siti merebahkan tubuhnya diatas kasur, dia capek dengan tingkah suaminya yang masih suka melirik yang lebih muda.
"Jangan sampai Bapak kayak Ulum suka ngopi ke warung janda." kata Bu Siti.
    Bu Siti terlelap karena capek sedangkan Pak Warto berjalan menuju warung sonia.
***
    Mutia fokus belajar bersama Amalia, dia ingin segera bisa kerjaan kantor biar tidak tergantung dengan Amalia.
"Udah selesai dokumen yang nanti dibutuhkan?" tanya Mutia pada Amalia.
"Sudah ini tinggal fotocopy saja, tunggu saja di ruangan kamu nanti saya antar." jawab Amalia.
"Oh ya, rapat sama perusahaan B kapan ya? Aku lupa?" tanya Mutia.
"Masih dua hari lagi Tia," jawab Amalia.
    Mutia masuk keruangannya, dia kali ini sudah belajar menangani proyek perusahaan dan didampingi dengan pak Samsul.
"Tia, sudah siang ini Ayo kita makan siang!" ajak Pak Samsul ketikaemasuki ruangan Mutia.
"Baik Pak, tunggu sebentar saya ambil tas." kata Mutia lalu menyambar tasnya.
"Kita makan dicafe langganan Mama ya, tadi Papa udah janjian sama Mama." kata Pak Samsul.
"Oke Pa, Tia ngikut aja sama yang tua." jawab Mutia tersenyum.
    Pak Samsul melajukan mobilnya menuju cafe langganan Bu Salma.
Sesampainya dicafe Bu Salma sudah menunggu,"Papa, Tia...kalian kok lama sih?" tanya Bu Salma.
"Maaf Ma jam makan siang gini jalanan ramai." kata Pak Samsul lalu duduk disamping Bu Salma. Mutia duduk dikursi yang lain.
"Tia tahu nggak sih, tadi Fatma sama Bu Siti selfie-selfie dirumah kita. Kan udah Mama usir kok malah nggak mau pulang-pulang." kata Bu Salma.
"Biarin saja sih Ma, biar mereka senang." kata Pak Samsul.
"Ya nggak lah Pa, pasti mereka mau pamer Pa." kata Bu Salma.
"Udahlah Ma jangan bahas mereka mending kita nikmati aja acara makan siang ini." kata Tia.
"Betul tuh kata Tia," kata Pak Samsul.
"Kalian berdua tuh udah kaya anak sama Bapak kandung aja." kata Bu Salma.
"Lha emang harus gitu lah Ma." kata Tia.
    Mereka menikmati makan siang bersama hari ini.
***
    Bu Siti terbangun dia mencari suaminya namun tidak ada dirumah. Bu Siti kerumah Fatma mencari Pak Warto.
"Fatma...Bapak kesini?" tanya Bu Siti.
"Nggak Bu," jawab Fatma.
"Tadi Ulum lihat Bapak kearah warung Sonia Bu." kata Ulum yang sedang makan siang.
"Ngapain Bapak kesana? Ngopi dirumah sudah sedih tinggal buat." kata Bu Siti.
"Mana Fatma tahu, mending Ibu susul Bapak sana." perintah Fatma.
    Bu Siti segera menuju warung Sonia dengan terburu-buru.
"Bapak... Mas Parno lihat Pak Warto?" tanya Bu Siti.
"Tadi disini Bu, tapi kayaknya sudah pulang." jawab Mas Parno.
"Kok saya nggak ketemu kalau pulang. Bu Sanah Sonia dimana?" tanya Bu Siti.
"Pulang tadi, ambil barang yang ketinggalan dirumah." kata Bu Sanah teman jualan Sonia.
"Bapak kemana sih kok nggak ada disini." kata Bu Siti.
    Karena tidak menemukan Pak Warto Bu Siti akhirnya pulang. Sesampainya dirumah dia segera makan siang. Selesai makan Pak Warto belum juga pulang.
"Bu Siti...,"Panggil Bu Zuli.
"Ada apa Bu?" tanya Bu Siti yang sedang duduk dikursi.
Bu Zuli duduk disamping Bu Siti," Bu tadi aku lihat Pak Warto masuk kerumah Bu Novi." kata Bu Zuli.
"Novi janda itu?" tanya Bu Siti.
"Iya Bu,tadi aku lihat Pak Warto disana. Mereka masuk kedalam rumah tapi pintunya ditutup lagi. Kayaknya Pak Warto ada bubungan dengan Bu Novi." kata Bu Zuli.
"Jangan fitnah suami saya kamu Bu Zuli. Suami saya itu Setia nggak suka selingkuh." bantah Bu Siti.
"Nggak percaya ya udah Bu, dikasih tahu kok malah gitu." omel Bu Zuli berdiri lalu pergi begitu saja.
"Aku doain suami Bu Zuli yang selingkuh." omel Bu Siti tidak terima.
    Bu Siti kesal dengan sikap Bu Zuli yang menuduh Pak Warto selingkuh. Padahal yang Bu Siti tahu Pak Warto tidak pernah selingkuh.
"Ngapain Ibu diluar?" tanya Pak Warto yang tiba-tiba datang.
"Bapak darimana?" tanya Bu Siti.
"Bapak dari warung Sonia tadi." jawab Pak Warto.
"Tadi Ibu cari kesana Bapak Nggak ada. Bapak kemana lagi?" selidik Bu Siti.
"Bapak ya habis itu mampir rumah Pak Jono lihat burung. Pak Jono beli burung baru." kata Pak Warto.
"Nggak kerumah janda Novi kan?'' tanya Bu Siti.
"Ya nggak lah Bu, kan Bapak cuma sayang sama Ibu." kata Pak Warto memeluk Bu Siti.
"Ah Bapak malu ah dilihat orang." kata Bu Siti.
"Ke kamar saja kalau gitu Bu," kata Pak Warto menarik tangan Bu Siti untuk masuk kedalam kamar. Terjadilah aktivitas mereka didalam kamar.
"Ibu...Bapak mana?" teriak Fatma.
"Ada apa?" tanya Bu Siti keluar dari kamar dengan rambut acak-acakan.
"Nih lihat kelakuan Bapak," kata Fatma memperlihatkan sebuah vidio.
   Bu Siti seketika langsung naik darah setelah melihat vidio yang diperlihatkan Fatma dari ponselnya.
"Bapak...," teriak Bu Siti seketika Pak Warto keluar dengan hanya memakai sarung.
   Pak Warto terlihat bingung dengan pandangan Bu Siti yang sepertinya ingin memakan Pak Warto mentah-mentah.
"Jelaskan vidio ini," kata Fatma memperlihatkan vidio diponselnya pada Pak Warto.
   Seketika wajah Pak Warto tampak pias dan pucat melihat vidio yanv diperlihatkan oleh Fatma.
"Tolong Bapak jelaskan pada kita." perintah Bu Siti sambil melotot pada Pak Warto.
   Pak Warto masih terdiam, dia tidak tahu harus menjelaskan apa kepada Istri dan anaknya itu.
"Cepat jelaskan, jangan diam saja." bentak Bu Siti.
"Bapak..." kata Pak Warto terhenti.
   Fatma dan Bu Siti sudah menunggu jawaban Pak Warto.
"Bapak kenapa?" tanya Fatma kesal.
   Melihat Bapaknya hanya diam, Fatma sangat kesal. Namun dia masih menunggu penjelasan Bapaknya dengan adanya vidio berdurasi 2 menit itu. Tapi tampaknya Pak Warto sulit untuk menjelaskan.
"Iya itu benar Bapak," kata Pak Warto akhirnya menjawab pertanyaan Bu Siti dan Fatma.
   Bu Siti tampak sangat marah begitu juga dengan Fatma.

Komentar Buku (259)

  • avatar
    RidwanDeden

    good job

    09/08

      0
  • avatar
    MulianiFitri

    👍🏻

    28/07

      0
  • avatar
    HusnaDamia

    best

    28/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru