logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 11 Kedekatan Tia dan Ulum

"Ya ampun Bu Salma repot-repot kemari." kata Bu Siti tersenyum.
"Ini Bu ada sedikit bingkisan." kata Tia memberikan parcel buah pada Bu Siti.
"Terimakasih Tia, Terimakasih juga sudah memberi Ulum pekerjaan." kata Bu Siti.
"Oh ya Fatma kok tidak ada disini Bu?" tanya Bu Salma.
"Fatma pulang sore tadi Bu, kita gantian jaga Bapak." kata Bu Siti.
"Silahkan duduk Bu Tia!" kata Ulum pada Tia.
"Terimakasih Pak," jawab Tia lalu duduk disofa bersama Bu Salma.
"Sepertinya saya pernah lihat suami Bu Siti ya? Tapi dimana? Oh iya aku lupa vidio viral itu ya." sindir Bu Salma.
"Itu bukan suami saya Bu," sanggah Bu Siti.
"Alhamdulillah kalau bukan suami Ibu, soalnya kasihan kalau suami Ibu." kata Bu Salma.
"Ya nggak lah Bu," kata Bu Siti dengan senyum yang dipaksakan.
"Soalnya mirip sekali," kata Bu Salma. "Oh ya ini ya suami Fatma?" tanya Bu Salma melihat kearah Ulum yang berdiri.
"Iya Bu, dia suaminya Fatma." jawab Bu Siti.
"Pintar juga Fatma cari suami tampan." goda Bi Salma. "Iya kan Tia?" tanya Bu Salma.
"Iya Bu, Pak Ulum tampan." kata Tia mengikuti alur Bu Salma.
"Ah Bu Tia bisa aja deh." kata Ulum tersipu malu.
"Pak Ulum memang tampan kok aku nggak bohong." kata Tia tersenyum sangat manis.
Bu Siti hanya diam saja mendengar menantunya dipuji wanita lain.
"Oh ya Bu, kami pamit pulang ya. Semoga Bapak lekas sembuh." kata Bu Salma dan Tia beranjak berdiri.
"Kok buru-buru sih Bu?" tanya Bu Siti.
"Iya ada acara lagi setelah ini." jawab Bu Salma.
"Saya duluan Pak Ulum," pamit Tia pada Ulum.
Mereka keluar dari ruangan Pak Warto.
"Kirain jenguk dikasih uang gitu, malah cuma bawa buah." omel Bu Siti.
"Masih mending Bu dijenguk kita kan juga baru kenal mereka." kata Pak Warto.
"Bapak lihat kan tadi Bu Salma menyinggung soal vidio itu. Bapak sih bikin malu keluarga." kata Bu Siti.
"Sudag Bu jangan dibahas biarkan Bapak istirahat." kata Ulum.
"Jangan belain Bapakmu yang jelas-jelas salah Lum." kata Bu Siti.
"Ulum nggak belain Bapak Bu, apa ibu mau ditegur perawat lagi?" tanya Ulum.
"Ya nggak lah," kata Bu Siti.
"Sudah Bapak mau istirahat." kata Pak Warto.
Bu Siti istirahat sedangkan Ulum pamit pulang. Sesampainya dirumah Ulum merasa aneh, lampu menyala semua biasanya Fatma jam segitu udah tidur dan lampu dimatikan.
Ulum membuka pintu namun terkunci dari dalam. Ulum sudah membawa kunci cadangan sehingga bisa masuk. Terdengar suara seseorang didalam kamar Fatma.
"Fatma...Fatma..." panggil Ulum namun tidak ada jawaban.
Ulum masuk kedalam kamar, terlihat Fatma sudah tertidur.
"Suara siapa tadi? Aku dengar jelas ada suara orang dikamar ini." kata Ulum. Ulum kembali keruang tamu untuk mengunci pintu dan jendela serta mematikan lampu.
Ketika kembali kekamar dia melihat Fatma terbangun.
"Tadi kamu ketiduran ya kok lampung nggak dimatikan?" tanya Ulum.
"Iya mas, kamu tidur aja aku mau ambil minum." kata Fatma menuju dapur. 
Ulum ganti baju tidur lalu terlelap. Sedangkan Fatma kembali ke kamar sekitar satu jam.
"Untung saja mas Ulum nggak lihat." kata Fatma.
Fatma kembali tidur disamping Ulum yang sudah mimpi indah.
****
Paginya Fatma selesai mandi saat Ulum terbangun. 
"Tumben dek keramas pagi sekali." kata Ulum.
"Iya mas, soalnya gerah." jawab Fatma.
Ulum lalu mandi dan sarapan bersama Fatma.
"Dek Mas berangkat dulu ya," kata Ulum.
"Iya Mas, hati-hati ya," jawab Fatma.
Ulum berangkat kerja lebih awal dia tidak ingin datang terlambat.
"Selamat pagi Bu Tia," sapa Ulum saat bertemu Tia yang baru datang.
"Pagi Pak Ulum," jawab Tia dengan senyuman manisnya.
Ulum sedang mengepel lantai, saat ini ruangan Tia harus Ulum yang membersihkan tidak boleh yang lain. 
"Bersih juga dia bekerja." kata Tia setelah melihat ruangannya rapi dan bersih.
"Pak Iman panggil Pak Ulum kerjaan saya." kata Tia dalam telfon.
Beberapa menit kemudian Ulum datang, "Maaf Bu Tia ada yang perlu saya bantu?" tanya Ulum ramah.
"Kalau cuma kita berdua jangan panggil Bu Tia. panggil saja Tia begitu juga saya akan memanggil kamu Ulum." kata Tia. "Ulum ini ada sesuatu buat kamu." kata Tia memberikan paperbag warna coklat.
"Maaf Tia ini apa ya?" tanya Ulum malu-malu.
"Sudah terima saja, tingkatkan kinerja kamu Ulum agar bisa naik jabatan." kata Tia.
"Terimakasih Tia," jawab Ulum sambil mengambil paperbag tersebut.
"Oh ya, nanti makan siang tolong belikan saya somay 2 porsi ya sama Es ya." kata Tia.
"Baik Tia," kata Ulum lalu pamit melanjutkan pekerjaan dia.
Ulum keluar dengan hati berbunga-bunga, melihat Ulum keluar dengan membawa paper bag karyawan menggunjingnya.
"Siapa sih dia, terlihat dekat sama Bu Tia. Sampai ruangannya Bu Tia dia yang handle." kata Susi.
"Pada ngomongin Bu Tia ya." kata Amalia.
"Ulum tadi dapat paper bag dari Bu Tia. siapa sih dia baru kerja aja dapat hadiah." kata Susi.
"Aku nggak tahu, udah jangan urusin masalah Bu Tia. Entar kalian dipecat baru tahu rasa." kata Amalia.
"Benar juga sih," kata Susi.
Ulum menaruh paperbagnya diloker miliknya. 
"Dapat Apa kamu dari Bu Tia?" tanya Pak Iman.
"Dikasih kaos Pak, Bu Tia baik banget ya." kata Ulum.
"Enak kamu baru kerja dapat kaos. Ada hubungan apa kamu sama Bu Tia?" tanya Pak Iman curiga.
"Nggak ada lah Pak," jawab Ulum.
"Kamu beruntung dapat hatinya Bu Tia. Sampai diberi kaos segala, apa Bu Tia suka sama kamu?" tanya Pak Iman.
"Bapak jangan ngaco ah, udah ya pak saya mau lanjut kerja." kata Ulum pergu meninggalkan Pak Iman.
"Pasti ada sesuatu," kata Pak Iman.
Saat pukul 11.30 Ulum mencari cafe yang jual somay enak. Dia beli 2 porsi dan es juga 2 porsi.
"Tia beli 2 porsi sama siapa ya? Apa sama pak Samsul?" tanya Ulum.
Sesampainya dikantor Ulum langsung menyiapkan makan siang untuk Tia. 2 porsi somay sudah ada diprint beserta sendok dan garpu juga es yang dipesan. Setelah itu Ulum membawa makanan itu keruagan Tia. Karyawan yang ada di kantor heran untuk apa Bu Tia memesan 2 porsi? Sedangkan mereka tahu Pak Samsul baru saja makan diluar bersama clien.
"Selamat siang Tia, ini makanannya." kata Ulum.
"Taruh dimeja situ ya." kata Tia menunjukkan meja yang biasa digunakan untuk mengobrol.
"Saya permisi Bu," kata Ulum.
"Kamu temanin saya makan dong lum." kata Tia mendekati Ulum.
Tanpa rasa curiga Ulum nur saja denga. Tia. Mereka makan sambil ngobrol banyak layaknya teman.
"Tia...," panggil Amalia. Melihat Tia ngobrol dengan Ulum Amalia kaget.
"Ada apa lia?" tanya Tia mendekati Amalia.
"Kirain belum makan siang, mau aku ajak keluar." kata Amalia.
"maaf ya saya udah makan sama Umum, maksudku Pak Ulum." jawab Tia.
"Kamu nggak sakit kan Tia, tumben amat makan sama OB." kata Amalia curiga.
"Udah nanti aku ceritakan, jangan ganggu aku dulu." kata Tia.
"Oke aku pergi makan saja bareng yang lain." kata Amalia lalu keluar dari ruangan Tia.
"Tia saya nggak enak sama karyawan lain, saya kan baru kerja disini. Udah dapat hadiah sekarang diajak makan siang bareng. Mereka mengira pasti kita ada sesuatu." kata Ulum.
"Sudah kamu jangan fikirkan mereka ya." kata Tia melanjutkan makannya.
Ulum merasa curiga tapi dia menepis perasaan curiganya. Kata Fatma dia harus dekatin Tia biar naik jabatan lebih cepat. Jadi Ulum ngikut saja bila diperlakukan istimewa sama Tia.
****
"Lia, kamu sekarang dicuekin Bu Tia tuh semenjak ada OB baru itu." kata Susi.
"Ah nggak juga sih," kata Amalia.
"Aneh nggak sih kalau Bu Tia tiba-tiba makan bersama OB?" tanya Hana.
"Nggak ada yang aneh, siapa tahu Ulum itu dulu teman Tia waktu sekolah kan kita tidak tahu." kata Amalia. "Aku sendiri sih kaget tapi nggak berani mikir macam-macam secara Bu Tia kan atasan kita." tambah Amalia.
"Ulum itu single apa udah punya istri?" tanya Susi.
"Setahu aku sih punya istri." kata Amalia.
"Tapi masak iya selera Bu Tia suami orang sih." kata Susi.
"Udah kita makan aja jangan ngobrolin Bu Tia terus." kata Amalia.
"Iya iya," jawab Susi.
Mereka kembali ke kantor sudah pukul 1, Amalia masuk keruangan Tia ingin menagih janji Tia.
"Aku kesini nagih janji kamu, tolong jelasin kenapa kamu sekat sekali sama Ulum si OB baru?" tanya Amalia ketika duduk dihadapan Tia.
"Ada sebuah misi yang harus aku kerjakan, dan itu sangat rahasia." kata Tia.
"Ah sama aja nih nggak dikasih tahu." protes Amalia.
"Aku mah cerita asal kamu jangan bocorin ini ke siapa pun." kata Tia.
"Oke aku janji," kata Amlia.
"Kamu tahu kan kenapa tiba-tiba Pak Samsul punya anak saya." kata Tia.
"Iya aku juga bingung," kata Amalia.
"Saya dulu menikah dengan adik Iparnya ulum namanya Arman. Tapi kami belum dikarunia anak, rumah tangga kami diberi cobaan mertuaku dan Fatma istri Ulum membenciku. Mereka berusaha untuk memisahkan aku dengan Arman. Namun Arman kecelakaan dan akhirnya meninggal. Sejak itu fatma dan Ibunya mengfitnahku menjadi penggoda suami para tetangga. Sampai akhirnya aku diusir dari rumah milik suamiku." kata Tia.
"Lalu kenapa kamu bisa bertemu Pak Samsul?" tanya Amalia.
"Saat pengusiran itu aku tidak punya tempat tinggal aku kecelakaan ditabrak Pak Samsul dan Bu Salma." kata Tia.
"Lalu kalau kamu iparnya Ulum kenapa dia tidak mengenalmu?" tanya Amalia sangat penasaran.
"Akibat kecelakaan itu aku mengalami luka diajak hingga akhirnya aku menjalani operasi plastik. Makannya keluarga mantan suamiku nggak ada yang kenal sama aku." kata Tia. "Nama asli ku Mutia tapi sekarang aku ganti Tia. Identitasku semua aku ganti dibantu Pak Samsul dan Bu Salma. Aku diangkat menjadi anak mereka, dan aku ingin membalas rasa sakit hatiku pada keluarga mantan suamiku itu." kata Tia.
"Pantas saja kamu dekati Ulum jadi itu alasannya." kata Amalia.
"Jadi jangan kaget ya kalau aku tiba-tiba menjadikan Ulum korban karena dia juga dulu pernah mendekati aku saat aku jadi adik iparnya." kata Tia.
"Orang tua mu masih?" tanya Amalia.
"Bapakku udah lama meninggal, kalau Ibu meninggal saat aku operasi di singapura. Waktu itu kakakku juga kaget lihat wajahku berubah. Lalu aku cerita semua, dan ternyata Ibuku meninggal lena serangan jantung setelah dihina sama fatma dan Ibunya." kata Tia.
"Mereka jahat sekali ya," kata Amalia. "Aku akan simpan rahasia ini." kata Amalia tersenyum.
"Kalau yang lain ngomongin aku biarkan saja." kata Tia.
"Iya mereka pada kepo tadi." kata Amalia.
"Oh ya aku akan beli rumah dikampung Ulum untuk menjalankan Misi ku ini." kata Tia.
"Beruntung sekali kamu Tia mendapatkan orang tua angkat seprti pak Samsul dan Bu Salma mereka baik sekali. Dulu waktu Bapakku kecelakaan saja dia ngasih aku biaya rumah sakit. Mereka juga jenguk Bapakku sampai Bapak akhirnya dikasih modal buat usaha dirumah." kata Amalia.
"Oh ya Bapak mu usaha apa?" tanya Tia.
"Ada bengkel motor kecil modal dari Pak Samsul sekarang udah dibantu adikku yang sedang kuliah." kata Amalia. "Pak Samsul berjasa sekali sama keluargaku." kata Amalia.
Amalia lalu kembali ke megang untuk melanjutkan pekerjaannya.
****
Fatma tidak kerumah sakit karena dia ada tamu. Entah siapa tamu itu tampak akrab dengan Fatma. Padahal Bu Siti menelfon minta agar Fatma brrgantian menjaga Bapaknya.
"Kamu tenang saja, selama kamu sama aku uang akan aku kasih." kata Pria yang bersama Fatma. Tampaknya pria itu akan pulang.
"Pasti Mas, suamiku kerja malah cuma jadi OB. Gajinya paling nggak seberapa, makanya aku cari sampingan." kata Fatma.
"Aku sarankan lain kali kita ketemu diluar saja. Takut tetangga kamu ada yang lapor suami kamu. Aku pulang dulu ya." kata pria itu masuk kedalam mobil. 
Tanpa sepengetahuan mereka ada salah satu tetangga yang mengambil gambar mereka.
"Fatma kamu pasti akan dimarahin suamimu." kata Novi yang mengambil gambar itu.
****
Ulum mengendarai sepeda motornya menuju rumahnya, belum sampai rumah janda Novi menghentikan dia.
"Ulum berhenti sebentar," kata Janda Novi.
"Apa Mbak?'' tanya Ulum menghentikan sepeda motornya.
"Kamu jangan marah ya tadi aku lihat Fatma kedatangan tamu pria bawa mobil loh." kata Novi.
"Masak sih Bu," kata Ulum tidak percaya.
"Ini aku punya buktinya," kata Novi memperlihatkan foto yang tadi diambil Novi.
Ulum melihat foto iti dengan seksama, dia tidak menyangka bahwa istrinya bermain api.
"Terimakasih Bu infonya," kata Ulum lalu pulang.
Sesampainya dirumah dia sangat marah.
"Fatma...," panggil Ulum dengan penuh emosi.
"Apa sih mas pulang-pulang kok teriak."kata Fatma.
"Kamu tadi kerumah sakit nggak?" tanya Ulum.
"Nggak ah malas ketemu Bapak." jawab Fatma.
"Malas ketemu sama Bapaknya?" tanya Ulum.
"Iya nanti Bapak minta cebokin aku lan ogah." kata Fatma.
"Ogah nyebokin Bapak apa karena ada tamu?" tanya Ulum memancing pembicaraan.
"Nggak ah mas, tamu siapa kita kam nggak pernah ada tamu." jawab Fatma.
"Bukannya tadi ada tamu Pria bawa mobil ya?" tanya Ulum.
Seketika wajah Fatma pucat pasi, dia tidak tahu harus jawab apa.

Komentar Buku (259)

  • avatar
    RidwanDeden

    good job

    09/08

      0
  • avatar
    MulianiFitri

    👍🏻

    28/07

      0
  • avatar
    HusnaDamia

    best

    28/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru