logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 14 Cerita Pak Ujang

Pak Ujang menghampiri beberapa dosen yang kebetulan sedang lewat. Satpam itu ingin menceritakan kejadian seram yang dialaminya tadi malam.
" Pak, Bu, " ucap Pak Ujang sambil menyalami kedua dosen yang bernama Bu Herni dan Pak Hamid.
" Ada apa, Pak? " tanya Bu Herni kemudian.
Pak Ujang akhirnya menceritakan kejadian yang menyeramkan tadi malam. Kejadian yang tidak akan dia lupakan seumut hidupnya. Pak Ujang menutup gerbang kampus seorang diri. Kebetulan satpam yang ikut jaga tidak masuk karena ada keperluan keluarga jadi Pak Ujang jaga sendiri. Akhirnya seusai kuliah malam usai, Pak Ujang langsung menutup pintu gerbang dan kembali ke pos satpam. Suasana malam itu sangat mencekam. Suara burung hantu terdengar begitu jelas, menambah aura menyeramkan. Karena belum sempat mengecek seluruh ruangan, Pak Ujang bergegas memeriksa ke seluruh ruangan dengan membawa senter. Satu per satu
ruangan tersebut dicek oleh lelaki berpakaian seragam satpam itu. Saat merasa yakin keadaan aman, Pak Ujang segera kembali ke pos satpam, tetapi langkahnya terhenti saat senternya mengarah pada seseorang yang sedang duduk di depan ruang prodi. Pak Ujang mengucek kedua mata, ternyata benar ada seseorang lelaki duduk merunduk di sana. Tak menaruh curiga apa pun, satpam itu menghampiri lelaki itu dan duduk di sebelahnya.
" Mas kok masih di sini? Saya pikir semua mahasiswa udah pulang semua. " Pak Ujang melirik jam tangan yang sudah menunjukkan pukul dua belas malam.
Tidak ada jawaban. Lelaki itu terus menundukkan kepala.
" Mas, maaf bukannya saya mengusir, ini kan udah malam, lebih baik Mas pulang saja. Gerbangnya nanti saya buka kan," gumam Pak Ujang berusaha ramah.
Hening.
" Mas kok ditanyain diam aja? Mas lagi ada masalah, kah? " Pak Ujang menepuk bahu lelaki itu. Alangkah terkejutnya Pak Ujang saat lelaki itu mengalihkan pandangan ke Pak Ujang. Wajah Pak Ujang berubah pucat pasi.
Ternyata lelaki itu adalah arwah Beno.
" Se-setan!" seru Pak Ujang langsung berlari menuju pos satpam.
" Mimpi apa saya semalam Ya Allah." Pak Ujang bersembunyi di bawah lantai. Dia benar-benar sangat ketakutan. Ditambah dia hanya berjaga sendirian. Untuk memastikan keadaan aman, Pak Ujang mengintip ke kaca jendela yang ada di pos satpamnya.
Terkejutnya Pak Ujang saat mengintip, dia melihat arwah Beno sedang melayang di depan pos satpamnya. Satpam itu menutup mulutnya, berusaha tidak mengeluarkan sepatah kata apa pun.
Pak Ujang mengakhiri ceritanya.
" Serem amat, Pak, " ucap Bu Herni menanggapi cerita Pak Ujang.
Pak Ujang mengangguk. Sungguh, peristiwa tadi malam masih terbayang jelas dalam ingatannya.
" Ya udah, Bu, saya balik ke pos dulu. " Pak Ujang berlalu menuju pos satpam sedangkan Bu Herni menuju kelas T. 3.2.
" Perkuliahan kita mulai, ya, " ucap Bu Herni lalu menyalakan laptop dan proyektor.
Dosen bertubuh gemuk itu menerangkan materi tentang dasar-dasar kewirausahaan. Banyak mahasiswa yang tertarik pada penjelasan dosen itu. Tiba-tiba Bu Herni menatap seluruh mahasiswa yang ada di kelasnya.
" Saya mau cerita sesuatu sama kalian, " ucap Bu Herni.
" Cerita aja, Bu. "
" Tadi sebelum saya ke kelas, saya bertemu sama Pak Ujang. Tahu, kan, satpam di sini itu, loh. Nah, dia tadi malam habis dihantui Alm. Beno. "
Setelah mendengar cerita Bu Herni suasana kelas menjadi tegang. Mereka terfokus pada pikiran masing-masing. Begitu pula dengan Nuno, Irwan, dan Hamdan yang pernah didatangi arwah Beno.
" Saya jadi takut kuliah malam, deh, Bu," celetuk Nuno.
" Iya, Bu. Nanti malam kami ada kuliah malam, " sahut mahasiswa lain.
Bu Herni menghela napas. " Berdoa saja supaya Beno tidak menganggu. Ya bagaimana ya, kematian Beno, kan, juga tidak wajar. Ya pantas hantunya masih gentayangan sampai sekarang."
" Bener, Bu. Dengan adanya kejadian ini kami jadi nggak bisa fokus, Bu. "
Bu Herni terdiam. Nantinya dia akan mendiskusikan dengan dosen lain.
" Sudah.... sudah..., saya lanjutkan materinya. "
Suasana kelas hening, mereka kembali menyimak mata kuliah.
Satu setengah jam berlalu, perkuliahan selesai. Bu Herni sudah meninggalkan ruangan. Ucapan Bu Herni masih terngiang di kepala mahasiswa TI-2.
" Gue jadi takut," ucap Nuno menghela napas.
" Sama gue juga."
Vina berdiri di podium dengan berani. " Kayaknya mulai sekarang nggak usah takut sama arwah Beno, deh, " ucapnya.
" Halah lo kemarin dihantuin dia aja takut, Vin. Mendingan lo nggak usah ngomong gitu, deh," celetuk Jamet yang kesal dengan ucapan Vina yang terlalu menganggap enteng.
Vina terkekeh.
" Dasar lo, Vin! " timpal yang lainnya.
Irwan hanya terdiam. Dia enggan menanggapi perdebatan antara teman-temannya. Cowok itu mulai mencari cara lagi supaya segera menangkap pelaku yang membunuh Beno. Ya, setelah semalaman dia berpikir, Irwan sangat yakin kalau dugaan Beno memang didorong dari lantai atas. Siapa yang tahu, kan? Bisa saja saat kejadian suasana kampus sepi, dan Beno bertemu dengan tersangka yang entah itu siapa.
Dugaan Irwan semakin mencuat, dia harus menemukan fakta-fakta baru. Meskipun menemukan pelaku dari ratusan mahasiswa bukanlah hal yang mudah. Untuk itu Irwan akan meminta bantuan pada Nuno, dan Jamet. Semenjak argumentnya ditolak mentah-mentah oleh Sarwan, Irwan jadi malas mengajaknya untuk menguak kasus ini. Menurutnya pemikiran Sarwan terlalu kolot! Terlalu mempercayai kalau Beno memang bunuh diri. Pikiran harus tetap meluas, apalagi di zaman era digital, membunuh seseorang dengan menghilangkan bukti bisa saja dilakukan meskipun sudah diusut polisi, bisa saja pelaku lebih cerdik. Ditambah mahasiswa di sini jago-jago terhadap teknologi. Ya bisa saja dia mempunyai cara khusus untuk menghilangkan jejak.
" Met, No," panggil Irwan yang langsung direspons oleh kedua temannya.
" Ada apa? " Jamet dan Nuno segera menyahut

" Gue tetep yakin ini emang ada yang nggak beres soal kematian Beno!" seru Irwan berbisik pada Nuno dan Jamet.
Nuno dan Jamet hanya manggut-manggut.
" Terus kita harus apa? " Jamet menompangkan jari telunjuknya di dagu. Pikirannya mulai buntu dengan semua ini.
" Kita selidikin semua ini, lah," jawab Irwan kemudian.
" Bro, apakah semudah ucapanmu? " Nuno mulai meragukan ide Irwan.
Tatapan Irwan menjadi sedikit kesal. Dia merasa diremehkan. " Lo ngeremehin gue? " Irwan menaikkan sebelah alis, membuat Nuno terkekeh.
" Bukan maksud gue gitu, Bro," Nuno merangkul Irwan erat. " Ini masalah yang agak berat, Bro. " Nuno melayangkan sebelah tangannya ke udara.
Irwan mengangguk-angguk. " Gue paham, tapi gue yakin kita bisa. "
" Oke. Misi dimulai, " ucap Jamet dan Nuno bersamaan.
Irwan mendekatkankan wajah, menatap Nuni dan Jamet bergantian. " Pokoknya cuma kita doang yang tahu ini. Oke? "
Keduanya mengangguk. " Siap, Bosku. "
Irwan mendongak, menatap langit kelas. " Awalnya gue mau ngajak Sarwan, tapi dia nggak percaya sama kata-kata gue."
" Ya semua orang bilang begitu, lah, Wan. Semua udah percaya karena polisi juga juga nggak menemukan tanda kekerasan dan sidik jari pelaku. Ya, kan?" Jamet menepuk-nepuk bahu Irwan.
Irwan membenarkan apa yang diucapkan Jamet. Mungkin agak sukar untuk menguak semua ini. Ditambah pihak keluarga enggan mengautopsi jenazah, menambah mempersulit penyelidikan.
" Tapi gue yakin kita bisa, " Irwan kekeh dengan pendiriannya.
" Yoi, Bro," sahut Nuno. " Bayangin aja kalau kita bisa menguak peristiwa ini, kita bakalan terkenal di kampus. " Nuno mulai membayangkan kalau mereka bertiga bisa memecahkan misteri ini pasti mereka akan dikenal di kampus, dan akan menjadi idola baru.
" Ngayal mulu kerjaan lo! " Jamet menoyor kepala Nuno yang mulai ke-PD-an.
" Kali aja, kan? " Nuno menaikkan kedua alisanya secara bergantian.
" Tapi kata lo bener juga, No. Kalau kita bisa menguak ini, kita terkenal dong? "
Nuno manggut-manggut. Irwan hanya menahan tertawa.

Komentar Buku (417)

  • avatar
    MoeSITI NUR SARAH BATRISYIA BINTI RIDHWAN TONG

    thankyou author , alur cerita menarik , plot twist dia memang power lah 😭💗

    11/08/2022

      0
  • avatar
    NouviraErry

    ya menarik x ngwri

    22d

      0
  • avatar
    Gorengan88Sambalpedas1989

    bagus banget

    24d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru