logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 7 : Rahasia.

Sementara Mala.
Ia menghela nafas panjang kemudian memejamkan matanya mencoba untuk menenangkan diri.
Di hapus air mata kemudian merapikan rambutnya. Setelah itu melangkahkan kakinya menuju ke kamar.
Di kamar.
"Argh! Mengesalkan! Ngapain sih si cewek sialan itu ada di sini!? Di tambah lagi!!  Siapa tuh namanya!? Ya benar, Amira!! Sok cantik!! Pake perintah-perintah Mala lagi! Memang dia pikir, dia itu siapa!?" ungkap Sapna kesal.
"Benar banget, songong banget tuh cewek. Ihhh rasanya pengen ku buat sambal tuh cewek!" cecar Nimisha.
"Kalian benar, aku baru tahu ada ya orang macam dia. Aku jadi merasa bersalah pada Mala. Kasihan dia, seketika di anggap sebagai pembantu di sini. Padahal kan dia bukan pembantu."
Tiba-tiba.
Cklek.
Pintu terbuka dan masuklah seorang gadis yang tidak asing bagi mereka. Benar, dia adalah Mala.
Mala masuk ke dalam kamar dengan menundukkan wajahnya ke bawah menandakan kesedihan. Sapna, Priya dan Nimisha yang melihatnya pun langsung menghampiri Mala.
"Mal, maafin kita ya.... Harusnya kita tidak diam saja saat cewek sialan itu nyuruh-nyuruh kamu seperti itu. Dia tak pantas perlakukan kamu seperti itu." ungkap Priya.
"Ah, tidak. Tidak apa-apa, aku baik-baik saja kok. Lagian aku sudah biasa di perlakukan seperti itu."
"Tidak Mal!" kata Nimisha kemudian menarik lengan Mala.
"Kau jangan diam saja kalau di perlakukan seperti itu. Kau berhak menolak." lanjut Nimisha.
"Nimisha benar Mal, besok jangan mau lagi ya!" pinta Sapna.
Hanya sebuah anggukan dan senyuman yang mereka dapatkan saat itu. Kemudian, mereka pun melihat punggung Mala yang melangkahkan kakinya perlahan menuju ke kasur.
Mala pun berbaring tubuh yang terselimuti kain putih tebal. Melihat hal itu, Sapna, Priya dan Nimisha pun ikut berbaring di kasur mereka dan mulai tidur.
***
Di sisi lain.
"Raj, aku tahu kau tidak suka Mala di perlakukan seperti tadi. Tapi kenapa kau diam saja?! Kenapa kau tidak menolongnya atau melakukan sesuatu?!"
"Dev benar, kenapa kau diam saja Raj?" kata Prem.
"Aku ingin melakukan sesuatu, tapi...."
"Tapi apa!? Apa yang sudah cewek itu lakukan pada Mala sudah kelewatan batas. Sebagai lelaki kau harus berani menegurnya bro!" ungkap Rohit.
"Kau benar, aku harus melakukan sesuatu. Amira! Awas kau, jika kau mengulangi perbuatanmu! Aku tidak akan tinggal diam!!"
***
Sementara itu Amira dan Esha.
"Hei, menurutku tindakanmu sudah di luar batas."
"Apa?! Apa kau sedang berbicara padaku?!"
"Oh ayolah, dengan siapa lagi aku berbicara di sini?" jawab Esha sambil melangkahkan kakinya menuju ke kasur.
"Aku tidak perduli, aku sengaja melakukan hal itu, dan dia pantas di perlakukan seperti itu."
"Tapi kenapa?"
"Karena dia berani mendekati Raj. Aku akan menyingkirkan siapa pun yang mendekati calon suamiku. Sebaiknya kau mengikuti jejak ku. Jika tidak, maka lelaki yang kau sukai itu akan jatuh ke gadis lain."
Esha terdiam dan berpikir. Tapi kemudian, ia pun tersenyum penuh makna sambil menatap Amira.
***
Sementara itu di kediaman rumah ayah Priya.
Di sebuah ruangan yang gelap dimana hanya cahaya lampu yang menyinari sekitar dari atap.
Tiba-tiba.
Brak!!
"Dasar kalian semua bodoh!! Aku tidak mau tahu!! Bagaimanapun caranya kalian harus mendapatkan Priya!! Karena dengan begitu, aku bisa menjaga nama baikku. Selama ini aku tidak pernah gagal?" ungkap ayah Priya,
"Kalian semua tidak ada yang becus! Vijay!!" teriak ayah Priya yang bernama Prakash.
Seorang lelaki berbadan sangat kekar dan tinggi pun muncul dari kegelapan. Dia adalah kakak kandung Priya, yang bernama Vijay Malhotra.
"Baiklah ayah, aku akan melakukan sesuai perintah mu. Kenapa.... Kenapa kau selalu marah-marah yang tidak jelas?! Tenang saja ayah, serahkan semuanya pada Vijay Malhotra! Putramu ini, akan berhasil melakukan misi yang kau berikan!" ucap Vijay dengan santai bercampur tampang garang.
"Bagaimana aku tidak marah?! anak buah ku tidak becus semua! Vijay, sekarang kerjaan ini ayah serahkan kepada mu. Cari adikmu dimana pun dia berada! Bawa dia kemari!! Kau mengerti?!"
"Siap bos!" ucap Vijay sambil hormat dengan telapak tangannya.
Setelah itu lelaki pemilik tubuh sangat kekar dan tinggi itu pun pergi untuk mencari keberadaan adik kandungnya, Priya.
***
09.00
Pagi hari.
Mala pun terbangun dari tidurnya. Langkah kakinya mendadak terhenti karena ia terkejut melihat Raj bermesraan dengan Amira di sofa.
Saat itu Raj dan Amira belum menyadari kehadiran Mala.
"Apa yang kau lakukan?! aku bilang hentikan!! Yang benar saja!! ada hak apa kau menyentuhku, hah??" bentak Raj sambil berdiri.
Awalnya Amira sangat terkejut. Tapi kemudian dia tersenyum dan mendekati Raj yang sedang membenahi bajunya.
"Ayolah sayang.... Aku tahu kau menyukainya kan?! Tak usah di sembunyikan. Lagian kan aku kan calon istrimu." rayu Amira sambil memeluk tubuh Raj yang gagah.
"Hentikan! Kata siapa kau calon istriku?! Jangan asal bicara!" sambil mendorong Amira.
Namun Amira tak menyerah, ia kembali memeluk tubuh Raj yang gagah dan kembali meraba nya. Tampak kekesalan yang memuncak dari raut wajah Raj saat itu.
"Sudah aku bilang jangan menyentuhku!!" bentak Raj kembali sambil menepis kencang tangan Amira.
"Kenapa sih Raj.... Aku tahu kau juga menikmatinya."
Raj kembali menepis kencang tangan Amira yang hendak kembali memeluknya kemudian menjauh darinya.
"Awas! Kalau kau mendekatiku lagi! Aku tak akan segan-segan menyakitimu! Diriku hanya untuk Mala. Kau faham!?" cecar Raj sambil menunjuk wajah Amira bernada pelan tapi sangat tegas.
"Hah, Mala?! Apa sih istimewanya dia? Dia terlalu polos, sok, murahan lagi! Apa hebatnya dia sih Raj...."
"Tutup mulutmu!! Jangan pernah sekali kau menghina dia di depanku!!" kata Raj tajam.
Walaupun Raj dan Mala belum resmi pacaran, tapi dirinya akan sangat marah jika mendengar orang yang dia sukai dan sayangi bahkan cintai di hina seperti itu.
Saat Raj membalikkan badannya hendak pergi, ia terkejut lantaran melihat Mala telah berdiri menyaksikan adegan itu.
Mala pun langsung memalingkan pandangannya kemudian melangkahkan kakinya menuju ke dapur sambil menunduk terdiam.
"Maafkan aku Mal.... Aku tidak bisa mengkontrol emosi ku. Aku tidak tahan mendengar mu di hina. Aku mencintai mu Mal asal kau tahu...." batin Raj sedih.
***
Sementara itu Mala.
Sesampainya di dapur. Dia terkejut melihat Priya dan Sapna sudah mulai memasak.
"Hei, apa yang kalian lakukan?!" tanya Mala yang langsung mengambil panci.
"kenapa Mal.... Kita yang akan memasak hari inj. Lagian kemarin kan kamu sudah masak, jadi sekarang giliran kita." kata Sapna kemudian tersenyum.
"Tidak bisa!! Tak boleh ada yang masak kecuali Mala!! Pergilah kalian dari situ!! Lelaki kalian lebih membutuhkan kalian dari pada memasak!!" kata Amira tajam.
Prem dan Dev yang kebetulan berada di sana menatap Amira kesal. Sementara Sapna dan Priya, ada lambang ketidak sukaan dari sorot mata mereka.
"Tidak apa-apa, kalian pergilah! Biar aku saja yang masak." kata Mala sambil mendorong Sapna dan Priya.
"Ta--tapi Mal...." ucap Priya.
"Tidak, tak apa." kata Mala sambil tersenyum kemudian mulai memasak.
Dengan langkah yang berat Sapna dan Priya meninggalkan Mala sendiri di dapur kemudian menghampiri para kekasih mereka.
Amira, tersenyum licik melihat hal itu sambil menyilangkan tangannya.
***
Sementara itu Dev.
Saat ini dia sedang berada di kamar mandi. Tiba-tiba, Dev memegang kepalanya sambil memejamkan matanya erat.
Tak lama, keluarlah darah yang menetes dari hidung Dev. Ia sengaja menyembunyikan penyakitnya dari Nimisha karena dia tak ingin membuat kekasihnya itu sedih dan khawatir. Dokter juga mengatakan bahwa hidup Dev tidak lama lagi.
Lelaki yang terbilang cukup tampan itu pun kemudian menatap matanya yg merah karena menahan tangis akibat menahan rasa sakit di kepala.
"Maaf ... Nimi ... Maafkan aku...." ungkap Dev kemudian menghapus air matanya..
***
Sementara itu Mala.
Dia baru saja selesai memasak. Ia pun kemudian melangkahkan kaki dari dapur sambil membawa masakannya ke meja makan.
Pada saat itu juga kembali Mala melihat Amira sedang bermesraan dengan Raj. Namun, kali ini Raj tak menolak, ia hanya diam saja.
Mala membawa piring berisi masakannya dengan gemetar akibat menahan rasa yang dia pendam.
Sementara Rohit, ia melihat apa yang Mala lihat. Setelah itu menatap gadis itu dalam.
Sementara itu Sapna.
Ia kini duduk tepat di sebelah Rohit sambil menyilangkan kaki dan kedua tangannya. Dapat terbaca kekesalan dari raut wajah gadis yang memiliki mata sedikit lentik itu.
Ia pun kemudian menatap Esha yang kini duduk di hadapannya dengan pose menggoda ke arah Rohit.
Dengan cepat Sapna pun menolehkan langsung kepalanya ke arah Rohit dengan tatapan tajam yang mana saat itu dia sedang menatap Esha diam.
"Hei Rohit! Kau beneran tidak kasih tahu dia kalau kita ada di sini kan?!" tanya Sapna.
"Tentu saja tidak! Buat apa, tidak penting!" ungkap Rohit kesal.
"Benarkah?! Buat aku percaya!"
Sapna pun langsung mengambil handphone kekasihnya yang berada di dalam kantong celana nya.
"Hei, sayang apa yang kau lakukan?"
"Aku cuman ingin memastikan saja, kalau perkataanmu tadi benar! Awas kau ya! kalau sampai ketahuan bohong!" kata Sapna sambil menunjuk Rohit kesal.
Sapna pun membuka semua pesan yang ada di handphone kekasihnya itu. lelaki itu pun tersenyum sambil menggelengkan kepalanya kemudian melipat kaki dan kedua tangannya.
Setelah beberapa saat Sapna memeriksa handphone. Ia menatap kekasihnya itu dan mengembalikan handphone nya dengan raut wajah bete manja.
Rohit yang melihat itu menerima handphone nya sambil menahan tawa. Kemudian diapun memeluk Sapna dari samping.
"Aku kan sudah bilang.. Kau tak akan pernah bisa tergantikan oleh siapapun sayangku.... Kau hidupku, kau segalanya untukku. Tak ada yang bisa menjadi sepertimu. Kau special." ungkap Rohit sambil memanjakan Sapna di pelukannya, dan itu berhasil membuat Esha tampak kesal.
"Benarkah?"
"Hm.... Jadi jangan takut. Apapun yang terjadi, aku tidak akan pernah meninggalkan mu, aku janji." kata Rohit kemudian mencium pipi Sapna.
"Janji?! Kau juga janji jangan dekat-dekat sama cewek itu lagi dari sekarang!" pinta Sapna.
"Pasti sayang."  jawab Rohit kemudian semakin mempererat pelukannya.
"I Love You...." bisik Rohit sendu.
Hal itu membuat amarah Esha semakin mendidih. Ia pun kemudian berinisiatif melakukan hal yang sama dengan Amira. Tapi dengan caranya sendiri.
Kemudian, tampaklah sebuah senyuman sinis dari raut wajah Esha.
***
Sementara itu Prem dan Priya.
Ia menyadari kalau sang kekasih sedang duduk melamun seolah sesuatu sedang menyerang pikirannya.
"Sayang, kau baik-baik saja?" tanya Priya sambil memegang lengan Prem.
Namun, Prem hanya diam saja sambil melamun sedih.
"Sayang.... Kau baik-baik saja?!" tanya Priya kembali sambil menggoyangkan pelan lengan Prem.
Hal itu berhasil membuat Prem terkejut dan langsung menatap ke arah Priya sambil tersenyum kecil.
"Ah. Kenapa sayang? kau mengatakan sesuatu??"
"Aku tanya, kau baik-baik saja? Ada apa Prem. Apa yang kau pikirkan? Dari kemarin kau lebih Pendiam tidak seperti biasanya." kata Priya dengan raut wajah khawatir.
"Maaf sayang, bukan begitu. Kau tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja." jelas Prem kemudian memeluk kekasihnya itu dari samping..
"Tapi....  beneran tidak ada rahasia yang kau sembunyikan dari ku??" tanya Priya sambil bersandar di bahu Prem.
"Tidak ada sayang, beneran...." jawab Prem kemudian tersenyum.
"Oke baiklah." tanggap Priya kemudian kembali menyandarkan kepalanya di bahu Prem yang bidang.
Namun, raut wajahnya masih tidak yakin jika Prem telah menyembunyikan sesuatu darinya ataukah tidak.
"Maafkan aku sayang, aku masih belum sanggup cerita semuanya ke kamu. Tapi, aku janji lain kali aku akan cerita semuanya ke kamu sayang." batin Prem sambil memeluk Priya erat.
"Sayang, aku tidak menyangka bisa kenal dengan seorang gadis yang bernama Nimisha. Dia sama seperti ku, kehilangan orang tuanya. Tapi.... Dia hebat, Dia kuat. Tidak seperti aku yang masih lemah setelah kepergian ibu...." ungkap Priya sedih.
"Tidak apa-apa sayang, itu kenapa aku setuju ikut mereka kemari, karena aku ingin melihatmu tersenyum lagi. Kita hanya akan bersenang-senang di sini, oke." kata Prem sambil mencubit pipi Priya.
Priya pun tersenyum manis kemudian memeluk Prem erat
***
Tidak lama berselang.
"Ma--makanannya audah siap!" kata Mala perlahan namun masih bisa terdengar.
Semua orang pun langsung menghampiri meja makan.
"Wuaahh kau bener-benar pandai masak. Aroma nya luar biasa, pasti enak." ungkap Nimisha yang langsung duduk di kursi dekat Mala.
Mala hanya tersenyum manis menatap Nimisha. sementara Raj menatap Mala dalam dengan senyuman pula. Hanya Amira dan Esha yang menatap Mala dingin.
Esha pun kemudian menatap ke arah Rohit.
"Rohit.... Kau suka ini kan aku ambilkan ya." kata Esha yang langsung mengambil makanan untuk Rohit.
"Siapa suruh kau ambilkan makanan untukku??" tanya Rohit kesal.
Sapna hanya menatap Esha sangat kesal. Rohit pun menyadari hal itu.
"Tak apa sayang, Kau saja yang ambilkan untuk ku...." pinta Rohit.
Sapna mengangguk dengan tersenyum kemudian merebut makanan yang sudah berada di tangan Esha untuk kekasihnya itu.
Esha pun merasa kesal, ia pun kemudian duduk kembali di kursinya.
"Sayang, di depan Villa kan ada danau. Kebetulan juga ada perahu, mau naik perahu sama aku setelah ini?" ajak Prem.
Priya pun langsung mengangguk dengan cepat. Sejenak Prem melihat kekasihnya yang dulu. Mudah senyum, semangat, lembut dan juga baik hati.
Prem pun kemudian tersenyum lega melihat pujaan hatinya mulai tersenyum kembali walaupun sebenarnya di hati nya masih sangat khawatir dan takut jika Priya sampai jatuh ke tangan ayahnya.
Prem benar-benar tidak mau kehilangan Priya, gadis yang sangat ia cintai. Dia pun membelai kepala Priya dengan penuh kasih sayang.
Lalu.
"Mmm Dev, aku juga mau naik perahu. Ayo...." ajak Nimisha yang tiba-tiba memecah keheningan.
Sontak Dev pun terkejut mendengar perkataan dan tingkah Nimisha saat itu.
"Dev, naik perahu ya sama seperti mereka. Ya ... Ya...." rengek Nimisha.
Semua orang menahan tawanya kecuali Raj, Amira dan Esha. Amira memutar kedua bola matanya kesal, dan Esha menatap Nimisha kurang suka. Sementara Raj terbenam rasa sedih akibat ulahnya sendiri.
"Baiklah.... Habiskan dulu makanan mu?" pinta Dev.
Nimisha pun mengangguk dengan semangat kemudian mulai memakan sarapan paginya.
***
Sarapan pagi pun selesai.
semua orang pun langsung keluar ke depan villa. Mereka langsung di sambut pemandangan danau yang luar biasa.
Dimana terlihat dua bukit gunung yang hijau di sekitarnya danau yang tampak tenang.
Prem dan Priya pun langsung berjalan mesra menuju ke pinggir danau yang ada perahunya. sedangkan Nimisha menarik tangan Dev semangat sambil berlari tak sabar.
Sementara itu Sapna dan Rohit mereka hanya duduk di bawah tenda sambil berpelukan.
Lalu Raj, ia melihat Mala sedang berdiri sendiri di pinggir danau dengan senyuman. Saat ia melangkahkan kakinya hendak mendekati gadis yang di sukai nya. Tiba-tiba Amira muncul dan menarik Raj menjauh dari Mala.
Mala sempat menolehkan kepalanya ke arah Raj, dan dia melihat mereka pergi dengan mesra nya. Ia pun kemudian menunduk sedih kemudian melangkahkan kakinya pergi jauh menyendiri.
Esha yang melihat Mala pergi pun mengikuti nya dari belakang secara diam-diam. Saat Mala sudah berdiri di tempat lain.
"Please deh.... Jangan terlalu berharap kamu bisa dekat dengan sepupuku. Kamu tuh tak pantas bersanding dengan nya. Amira-lah yang sangat pantas bersanding dengan sepupuku. Dia sudah cantik, sexy, perhatian lagi. Tidak sepertimu!" ungkap Esha kemudian tersenyum manis.
Esha pun pergi meninggalkan Mala sendiri. Di saat bersamaan Rohit muncul.
"Rohit.... Kau datang untuk menemui ku?!"
Rohit hanya menatap dingin Esha. Ia langsung melangkahkan kakinya menghampiri Mala. Esha yang melihat itu pun menatap Rohit kesal.

Komentar Buku (119)

  • avatar
    AriansyahTegar

    sangat mudah

    1d

      0
  • avatar
    TeaAyanknissa

    sumpah ceritanya real seru banget

    29/04

      0
  • avatar
    SuhestiAde

    kasihan priya yang selalu khawatir akan kehilangan ibu nya

    25/07/2023

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru