logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 5 : Pergi ke Villa.

"Tidak apa-apa sayang ... Ibu mu sudah tenang di sana sayang ... Tidak apa-apa.... Ayo ke kamar, kamu harus istirahat. Aku janji akan menemanimu malam ini." ajak Prem kemudian membopong Priya yang masih menangis lemas menuju ke kamarnya.
Sesampainya di kamar.
Prem pun langsung meletakkan Priya di atas kasurnya. Di belai-belai kepala sang pujaan hatinya itu dengan rasa sedih yang mendalam.
Setelah di rasa Priya Benar-benar tertidur, Prem pun duduk melamun dan sedih sambil menunduk ke bawah di sofa kamar sang kekasih.
Dia masih benar-benar mengingat apa yang di katakan ibu Priya sebelum meninggal dunia.
Saat itu....
"Pre--prem." kata Parvina pelan.
Prem yang mendengar itu langsung menghampiri calon ibu mertuanya.
"Ya, bu...." kata Prem sambil menggenggam tangan Parvani.
"Pre--prem, A--aku mau minta to... long, to ... long jaga Priya.... A--aku tak mau dia merasa sendiri. Ka--kalau perlu ba--bawa dia pergi dari si ... ni...."
"Apa maksud ibu?!" tanya Prem bingung dengan linangan air mata.
"Priya, di--dia ... Sebenarnya Priya... Di--dia ... Dalam bahaya Prem...."
"Apa? Apa maksud ibu?!" tanya Prem makin tidak mengerti.
"Priya, Dia dalam incaran pen ... jahat ter ... nama.... Aku ... Tidak ada banyak waktu lagi.... To--tolong jaga Priya! Se--selama ini, Aku.... Aku bekerja demi ... keselamatan nyawanya.... Ka--kalau aku tolak kerja seperti ini. Maka, mereka akan mengambil nyawa Priya."
Penjelasan Parvani berhasil membuat Prem terkejut. Matanya membulat tak percaya nyawa sang kekasih ternyata sedang terancam.
"Mereka ... siapa bu...?" tanya Prem penasaran.
"Me--mereka dari keluarga ayah kandungnya Priya nak. Aku.... Tidak tahu kenapa me--mereka sangat membenci kami. Ayah tiri Priya ... Sudah.... Berhasil di bunuhnya dengan motif kecelakaan. Se--sekarang dia, ingin membunuhku agar dengan mudah mendapatkan Priya." jelas Parvani kembali.
"Priya, Dia ... Mereka.... Ingin menjual Priya, Prem. kalau mereka berhasil mendapatkan Priya, mereka akan menjualnya dan ... Di kirim ke ... Luar negeri.... A--aku tidak mau hal itu terjadi. Karena, orang yang akan membeli Priya, adalah orang yang keji. Orang yang tidak kenal belas kasihan. Please ... Prem.... Kau adalah harapanku satu-satunya!" ungkapnya sambil mengangguk dan menggenggam erat tangan Prem.
"Tolong ... Jaga Priya.... Jangan sampai, dia jatuh ke tangan keluarga suamiku! Keluarga, ayahnya sendiri.... Aku mohon ... Prem...."
"Ya ibu.... Aku janji! Aku akan menjaga Priya. Apapun yang terjadi, aku tidak akan biarkan Priya jatuh ke tangan mereka! Aku janji ibu!" tegas Prem sambil menahan dan menghapus tangisnya.
"Satu lagi.... Tolong, jangan ceritakan dulu soal ini ke Priya. Nanti sampai dia tenang karena kepergianku, baru, kau bisa ceritakan semuanya ya.... A--aku mengandalkanmu Prem!"
"Ya bu.... Aku tidak akan cerita soal ini pada Priya terlebih dulu. Aku janji akan menjaganya ibu!" tegas Prem.
"Terima kasih...." kata Parvani sambil tersenyum kemudian diapun memejamkan matanya sambil menghembuskan nafas terakhirnya.
"I--ibu. Ibu.... Tidak! Ibu! Bangun!! Tidak...." tangis Prem.
Mengingat kejadian itu, saat ini, Prem kembali menangis menundukkan kepalanya. Diapun kemudian menatap Priya yang sedang terlelap tidur.
"Aku tidak akan biarkan hal buruk terjadi padamu sayang! Aku juga tidak akan mengecewakan mu ibu! sampai kapanpun! Priya, tidak akan aku biarkan dia jatuh ke tangan keluarga ayahnya!." kata Prem dalam hati.
Dapat terbaca ketegasan dan kekesalan dari raut wajahnya. Setelah itu Prem pun bangun kemudian dia pun tidur sambil memeluk sang kekasih dari samping.
***
07.00
Pagi hari.
Mala baru saja bangun dari tidurnya. Dia terkejut melihat ada sobekan kertas di lantai kamarnya.
Ia pun kemudian membereskan sobekan itu dan terkejut melihat ternyata itu adalah sebuah foto.
"Ke--kenapa aku merobek ini?!" kata Mala terkejut.
Mala pun menghela nafas panjang dan memejamkan matanya erat. Kemudian dia pun membuang sobekan foto itu di dalam laci.
Setelah menutup laci nya, ia pun langsung melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk bersiap kerja di cafe.
30 menit berlalu.
Setelah semua siap, Mala pun keluar dari rumah nya hendak berangkat bekerja. Namun langkahnya mendadak terhenti karena ia melihat Raj sudah menunggunya di depan rumah.
"Raj.... Apa yang kau lakukan di sini?!"
"Aku ingin menjemputmu." jawab Raj sambil tersenyum manis kemudian membukakan pintu mobil untuk Mala.
Dengan senyuman malu, Mala pun masuk ke dalam mobil. Setelah gadis pujaan hatinya itu masuk Raj pun juga masuk ke dalam mobil kemudian langsung melajukan mobilnya menuju ke cafe tempat Mala bekerja.
Tanpa mereka sadari, Rohit melihat hal itu dari kejauhan dengan perasaan yang sangat sedih.
Rohit pun kemudian mengikuti mereka secara diam-diam.
***
Sementara itu Dev.
Ia, baru saja tiba di rumah Nimisha. Karena saat itu mereka sudah janjian ingin pergi bersama.
Namun saat Dev tiba di rumah Nimisha, dia terkejut melihat Sang kekasih kembali bertengkar dengan lelaki yang tak asing buatnya.
Dev pun langsung memarkirkan mobilnya dan berlari menghampiri sang pujaan hati.
Ia langsung menahan tangan lelaki itu saat hendak memukul Nimisha.
"Hei! Hadapi aku! Lelaki dengan lelaki! Jangan beraninya sama perempuan!" tegas Dev sambil menatap lelaki itu tajam.
Dev pun langsung berdiri tepat di depan Nimisha. Sementara lelaki itu menepis kencang tangan Dev.
Melihat hal itu, Nimisha pun langsung menarik tubuh Dev dan kini gadis mungil itu lah yang berdiri di hadapan kekasihnya.
"Kenapa Dev? Biar aku saja yang hadapin dia!" kata Nimisha sambil menendang lelaki itu.
"Nimi, Hentikan!! Jangan! Tetap di belakangku!" pinta Dev kesal kemudian menarik lengan Nimisha.
Nimisha pun langsung cemberut dan berdiri tepat di belakang Dev. Lelaki yang melihat itu pun langsung menahan tawanya.
"Apa ini?! Pertama kali aku melihatmu seperti ini. Kenapa kau tidak bisa melakukan hal itu padaku juga?!" tanya lelaki itu.
"Pergilah dari sini! Jangan ganggu dia!" tegas Dev kembali makin geram.
"Maaf, tapi aku sedang tidak berbicara dengan mu." kata lelaki itu.
"aku bilang pergi dari sini!!" teriak Dev.
Bukk!
Lelaki itu pun terjatuh lantaran terkena pukulan maut dari seorang Dev Shankar. setelah itu lelaki pemilik tubuh cukup kekar ini pun langsung menarik lengan Nimisha dan membawanya pergi.
***
10.00
Pagi hari.
Saat ini Sapna secara tidak sengaja masuk ke dalam sebuah cafe tempat Mala bekerja.
Dia terkejut saat melihat Mala sedang memberikan menu di hadapannya.
"Aku mau pesan es cappucino cream sama french." pinta Sapna.
"Baiklah, silahkan di tunggu sebentar!" kata Mala dengan sopannya.
Mala pun kemudian langsung membuatkan pesanan Sapna.
Setelah selesai, Mala pun memberikan pesanan itu pada Sapna di mejanya.
Sapna menoleh ke sana kemari mencari pegawai lainnya. Namun tak ia temukan satu orang pun di sana.
"Kau, hanya bekerja sendirian di sini?"
Hanya sebuah anggukan yang Sapna dapatkan saat itu.
"Benarkah?! Cafe sebesar ini kau sendirian?! Aku tidak percaya, kemana yang lain?!"
Kali ini Mala hanya menundukkan kepalanya. Ia ingin mengatakannya namun tak bisa.
"Baiklah, apa cafe ini masih baru?!"
"Tidak, ini cafe lama."
"Benarkah? Apa kau pemilik cafe ini?"
Hanya gelengan kepala yang Sapna dapatkan. Entah kenapa Sapna merasakan ada sesuatu yang aneh terjadi di cafe itu.
"Oh ya, maaf, apa boleh aku bertanya sesuatu?"
"Boleh, mau tanya apa?"
"Apa kau mengenal lelaki ini?" tanya gadis itu sambil menunjukkan foto di handphonenya.
Kedua bola mata Mala membulat saat melihat foto di handphone Sapna. Benar, itu adalah foto Rohit.
"Kenapa? Apa kau benar-benar mengenalnya?!" tanya Sapna makin penasaran.
Mala sempat melihat ke arah luar kaca, betapa terkejutnya ia saat melihat Rohit yang sedang berdiri menatap nya dengan tatapan sendu penuh air mata.
"Hei, kau baik-baik saja? Apa kau mengenalnya?!"
Pertanyaan Sapna berhasil membuat Mala terkejut.
"Kau ... siapanya...?" tanya Mala sedikit gugup.
"Aku? Aku kekasihnya, calon istrinya, namaku Sapna. Kau beneran kenal dia? Katakan jujur padaku!"
Mala kembali menatap ke arah luar kaca cafenya dimana di sana masih ada Rohit yang berdiri dengan linangan air mata.
Rohit mengetahui kalau Sapna, kekasihnya sedang berada di dalam cafe itu dan mengobrol dengan Mala. Entah kenapa ia merasa gugup dan sangat berharap kalau kekasihnya itu tidak menanyakan tentang dirinya.
"Tidak, maaf, maafkan aku. Aku tidak kenal.." jawab Mala singkat.
Dengan senyuman palsu, ia pun memutar tubuhnya kemudian melangkahkan kakinya menjauh dari tempat duduk gadis itu.
Sapna Benar-benar bingung melihat kelakuan Mala saat itu. Sementara Rohit.
"Mala.... Apa, kau Mala ku? adikku yang aku cari selama ini?!" batin Rohit sambil menahan tangis.
***
Sementara itu Priya.
Saat ini ia sedang bersama dengan Prem membeli sebuah karangan bunga di toko.
Kebetulan di sana juga ada Nimisha dan Dev yang juga ingin membeli bunga.
"Bu! Bisa kasih tunjuk bunga yang cocok untuk pemakaman?" tanya Nimisha yang langsung jadi perhatian Priya.
"Ah, baik, yang ini." kata ibu penjual bunga itu.
Priya pun langsung menghampiri sang ibu yang sedang memberikan seikat bunga untuk pemakaman pada Nimisha.
"Aku juga ingin satu bu." pinta Priya.
"Boleh." kata ibu itu sambil mengangguk dan tersenyum.
"Kau juga ingin membeli karangan bunga untuk pemakaman??" tanya Nimisha yang penasaran.
Priya hanya mengangguk dengan senyuman. Tidak lama kemudian ibu itu pun muncul sambil membawa seikat bunga yang sama seperti milik Nimisha.
"Oh, tunggu sebentar. Sepertinya aku pernah melihatmu!" ungkap Nimisha.
"Benarkah?! Dimana?" tanya Priya.
"Entahlah.... Ah, di sebuah cafe. Ya, ada seorang wanita paruh baya tertembak. Apa dia...."
"Ya, benar. Dia ibuku."
"Benarkah? Aku turut sedih. Maafkan aku."
"Tidak apa-apa." tanggap Priya dengan senyuman.
"Kalau boleh tahu dimana ibumu di makamkan?"
Priya menyebutkan sebuah tempat pemakaman.
"Benarkah?! Kebetulan, orang tua ku juga di kubur di sana. Bagaimana kalau kita ke pemakaman bersama?" ajak Nimisha.
Priya hanya mengangguk menanggapi perkataan Nimisha. mereka semua pun akhirnya pergi ke pemakaman.
***
Sesampainya di pemakaman.
Nimisha, Dev, Priya dan Prem pun turun dari mobil. Setelah itu hanya Nimisha dan Priya saja yang menuju ke kuburan orang tua mereka.
"Ibu ... ayah ... Aku merindukan kalian...." tangis Priya sambil meletakkan karangan bunga.
Sementara itu Nimisha.
"Ibu, ayah, bagaimana kabar kalian? Aku harap kalian bahagia di sana. Jangan khawatir aku bahagia di sini ibu, ayah. Karena ada Dev di sisiku.." ungkap Nimisha kemudian meletakkan bunganya di kuburan orang tuanya.
Di sisi lain.
Dev dan Prem sedang menunggu sang pujaan hati mereka di samping pohon yang tidak jauh dari Nimisha dan Priya berada mereka saat itu berdiri berdampingan.
"Aku turut sedih." kata Dev tiba-tiba.
"Ya?" tanya Prem terkejut.
"Aku mendengar semua ceritanya dari Nimisha. Aku ikut sedih dan berduka."
"Ah, ya. Terima kasih." jawab Prem.
Tiba-tiba.
Prem terpaku dan terkejut melihat ada beberapa mobil berhenti dan melihat ke arah kekasihnya. Kemudian salah satu dari mereka pun secara perlahan mendekati Priya.
Prem yang melihat itu pun langsung menghampiri Priya dan merangkulnya.
"Sayang.... Saatnya kita pergi." ajak Prem sambil merangkul Priya kemudian menatap lelaki itu dingin.
Lelaki itu pun langsung menghentikan langkahnya dan berbalik arah.
Hal yang sama juga terjadi pada Nimisha. Saat ia dan Dev hendak masuk ke dalam mobil....
"Hai tunggu! maaf, karena kita tadi belum sempet kenalan. Bolehkan kita kenalan? Aku Nimisha, Nimisha Thakur. Kalau kau?" tanya gadis itu percaya diri kemudian mengulurkan tangannya.
"Aku Priya." jawabnya kemudian menyambut jabatan tangan Nimisha dengan senyuman.
"Dia?" lanjut Nimisha lagi.
"Aku Prem. Calon suaminya."
"Ah, kalau dia Dev. Calon suamiku."
"Oh ya, Apa kalian lapar? Aku tahu cafe enak di sini." ucap Nimisha.
Prem dan Priya saling pandang.
"Ayolah.... Ikut yukk." ajak Nimisha sambil menggoyangkan tangan Priya.
"Hei sayang kau cepat bergaul ya? Baru saja kenal sudah ajak orang dengan maksa-maksa gitu?" ungkap Dev sambil mencubit pipi kekasihnya itu.
Nimisha pun langsung cemberut saat itu. Priya dan Prem yang melihat hal itu langsung menahan tawanya.
"Baiklah, kita akan mengikuti mobil kalian." kata Prem dengan senyuman manisnya.
Nimisha pun mengangguk dengan semangat kemudian langsung masuk ke mobilnya bersama Dev. Setelah itu mereka pun menuju ke sebuah cafe, di mana cafe itu adalah tempat Mala bekerja.
***
Sesampainya di cafe.
Nimisha, Dev, Priya dan Prem pun masuk. Mereka langsung melihat Mala, sedang mengobrol dengan seorang gadis yang tidak lain adalah Sapna.
Tidak hanya Sapna bahkan ternyata, Rohit juga sudah ada di sana.
"Mala!" sapa Nimisha.
Mala yang merasa terselamatkan langsung merasa lega saat melihat Nimisha.
"Hai Nimisha, oh, kau tidak sendirian?"
"Ya, kita bertemu saat di pemakaman. Namanya Priya, dan dia kekasihnya, Prem." jawab Nimisha dengan senyuman.
"Pemakaman?!" tanya Mala.
"Benar, aku berkunjung ke makam orang tua ku, dan tidak sengaja bertemu mereka di toko bunga. Dia anak dari wanita paruh baya yang tertembak waktu itu, dan wanita itu meninggal Mal." jelas Nimisha yang berhasil membuat Mala terkejut.
"Benarkah!? Maafkan aku, kau baik-baik saja?!" tanya Mala sambil memegang kedua lengan Priya.
"Ya, aku baik-baik saja, terima kasih."
Dapat terbaca kesedihan dari raut wajah Priya, bahkan ia menahan tangisnya. Menyadari hal itu, Mala pun langsung memeluk Priya dengan lembut.
"Tidak apa-apa.... Jangan menangis, duduklah! Aku akan siapkan makanan dan minuman yang enak untuk kalian semua." ucap gadis pemilik tubuh langsing itu.
Mala pun kemudian memutar tubuhnya lalu melangkahkan kakinya menuju ke arah dapur.
Nimisha, Dev, Priya dan Prem pun duduk di meja yang sama dengan Sapna dan Rohit.
"Hai, hem.... Tampaknya cafe ini cukup penuh. Bolehkah kami duduk di sini?!" tanya Nimisha.
"Tentu, kenapa tidak?! Duduklah! Oh ya, kau mengenal dia?!" tanya Sapna.
"Ya, tapi belum begitu lama sih...." jawab Nimisha.
Sorot mata Priya terpaku pada wajah gadis manis pemilik nama Nimisha itu. Di hatinya dia berpikir bagaimana bisa Nimisha setegar itu setelah orang tuanya meninggal.
1 jam berlalu, makanan pun tiba. Mala menyajikan makanan dan minuman itu untuk semua orang.
"Mal, kau tidak makan juga?!" tanya Nimisha.
"Ah, tidak. Aku kerja di sini. Jadi, kalian makan saja dulu. Aku baik-baik saja." kata Mala dengan senyuman kemudian melanjutkan pekerjaannya.
***
09.00
Malam hari.
Saat nya cafe tempat Mala tutup. Saat ia memutar tubuhnya, ia terkejut lantaran melihat semua orang berada tepat di hadapannya.
"Kaget aku! Apa yang kalian lakukan di sini?! Kenapa belum pulang?!" tanya Mala.
"Mal, kita sudah sepakat mau berlibur bersama. Kau mau ikutkan??" ajak Nimisha antusias.
"Ah, bagaimana ya ... Aku kan kerja.... Maaf."
"Ayolah Mal ... Ku mohon...." ajak Sapna juga membujuk.
"Memang kita mau berlibur kemana?" tanya Mala.
"Entahlah, masih belum tahu sih.... Tapi, kita pasti berlibur." kata Nimisha sambil mengenggam tangan Mala.
"Bagaimana kalau ke villa ku?"
Semua orang langsung menolehkan kepala mereka ke sumber suara. Ternyata, Raj mendadak muncul dan mendengar percakapan mereka.
"Villa?!" tanya Nimisha.
"Ya, aku punya sebuah villa. Lumayan besar sih.... Jadi cukup buat kita semua. Bagaimana?" tanya Raj.
"Setuju! Bagaimana semua?" ucap Nimisha.
Senyuman merekah keluar dari wajah Nimisha lantaran ia melihat semua orang mengangguk.
"Oke kalo begitu besok kita berangkat! Aku akan menjemputmu jam 8 pagi, oke." kata Raj pada Mala.
Mala tak bisa menjawab apapun kalo sudah Raj yang berbicara. Dia hanya bisa tersenyum sambil menunduk malu.
"Kalau begitu sampai jumpa besok. Kalian semua harus ikut, Oke! Kita ketemuan di rumah Mala, bagaimana?" ucap Nimisha sangat antusias.
Semua orang pun kembali mengangguk dengan senyuman kemudian mereka pun berpencar untuk pulang ke rumah masing-masing.
***
07.00
Pagi hari.
Saat ini, semua orang sudah berkumpul di rumah Mala. Gadis cantik itu tersenyum lembut melihat dan menanggapi semua orang berbincang di sana.
Tak lama kemudian Raj pun tiba. Dengan gagahnya ia pun turun dari mobil. Namun sayang, Raj tak sendirian.
Seorang gadis ikut turun kemudian langsung memeluk lengan Raj dengan santainya. Hal itu membuat senyuman Mala berhasil menghilang.
"Mal, siapa dia??" bisik Nimisha.
Hanya sebuah gelengan kepala yang Nimisha dapatkan. Padahal, sesungguhnya Mala tahu siapa gadis yang datang bersamaan dengan Raj.
"Hai, Kenalkan aku adalah calon istrinya Raj." ucap gadis itu dengan sombongnya sambil memeluk lengan Raj.
Semua orang terkejut mendengar hal itu. Sementara Raj, ia hanya diam saja.
"Aku akan ikut kalian menuju ke Villa Raj. Aku calon istrinya bukan?! Itu sebabnya aku ikut. Yaa kan sayangku.... Aku tak bisa meninggalkan calon ku pergi sendirian. Apa lagi...." ungkap gadis itu sambil melirik Mala sombong dan kesal.
Dengan langkah terpaksa, mereka pun akhirnya berangkat ke villa Raj
Di dalam mobil, Mala duduk di belakang. sementara gadis itu duduk di samping Raj yang sedang menyetir.
Gadis yang memiliki tubuh langsing dan sangat seksi itu selalu menggoda Raj dengan membelai wajah, pundak hingga berakhir ia sandarkan kepalanya di bahu Raj.
Mala yang melihat itu pun langsung memejamkan matanya erat menahan rasa sakit di hatinya.

Komentar Buku (119)

  • avatar
    AriansyahTegar

    sangat mudah

    1d

      0
  • avatar
    TeaAyanknissa

    sumpah ceritanya real seru banget

    29/04

      0
  • avatar
    SuhestiAde

    kasihan priya yang selalu khawatir akan kehilangan ibu nya

    25/07/2023

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru