logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 4 : Rahasia.

Sesampainya Raj, Mala, Nimisha dan Dev di sebuah warung makan di sana.
"Apa di sini jual nasi briyani?!"
Pertanyaan Nimisha berhasil membuat Dev terkejut.
"Nimi! Sudah berapa kali aku bilang! Jangan makan nasi briyani! Yang lain saja...." pinta Dev kesal.
"Tapi kan Dev, aku pengen nasi Briyani." gerutu Nimisha sambil memanyunkan bibirnya.
"Baiklah, Tapi kalau perutmu sakit lagi aku tidak akan perduli!" jutek Dev.
"Ih kau tega!" ungkap Nimisha semakin cemberut.
"Kenapa? memangnya kenapa kalau dia makan nasi briyani?!" tanya Raj sambil menahan tawa melihat tingkah mereka.
"Dia tidak bisa makan pedas. Nasi briyani kan pedas. Jika dia memakan itu, perutnya akan langsung sakit." jelas Dev.
"Porsi pedasnya bisa di kurangin kok kalau mau." kata Mala yang di sambut anggukan oleh Nimisha.
"Tidak! Tetap saja. Pesan yang lain!" pinta Dev.
"Mal ... Dev ku ngeselin...." rengek Nimisha.
Mala yang melihat itu pun menahan tawanya. Dia dan Raj terkejut melihat sisi lain dari Nimisha saat bersama dengan kekasihnya.
"Baiklah, makanlah apapun yang kau mau." kata Dev sambil membelai lembut kepala Nimisha.
"Benarkah?! Kalo begitu aku beli nasi briyani nya dia porsi ya. Atau empat porsi? Satu orang 1 porsi." antusias Nimisha.
"Nimi! Aku ijinin kamu makan nasi Briyani bukan berarti sebanyak itu. Tidak, dua porsi saja sudah cukup buat bersama. Satu piring buat mereka, Satu piring buat kita." kata Dev sambil mendekatkan wajahnya ke Nimisha dengan senyuman menggoda.
Nimisha pun mengangguk sambil tersenyum imut ke arah kekasihnya. Sementara Raj dan Mala tampak malu dan gugup.
***
Di sisi lain.
Rohit dan Sapna baru aja keluar dari sebuah cafe dengan mesra nya. Ternyata, Sapna sudah benar-benar sembuh. Itu sebab nya Rohit mengajak sang kekasih makan bersama.
Namun, saat mereka hendak melangkahkan kaki keluar dari cafe, tiba-tiba ada seorang gadis berdiri di depan Rohit dan Sapna sambil menatap Rohit kesal bercampur manja.
Sontak Rohit dan Sapna mendadak menghentikan langkah mereka sambil terkejut melihat gadis itu.
"Rohit ... Kemana saja sih ... Aku cariin dan nungguin kamu di rumah mu...." kata gadis itu.
"Siapa suruh kau mencari dan menunggu di rumahku? Kau tahu kan aku sudah punya kekasih?" ungkapnya sambil menggenggam kencang tangan Sapna.
Sapna menatap tajam ke arah gadis itu, sementara gadis itu menatap Sapna kesal dan tidak suka, bahkan lebih terkesan meremehkan.
"Apa dia gadis yang kau suka? kenapa Rohit.... Apa istimewanya dia sih? Cantik?! Masih cantikan aku! sexy?! Masih sexy an aku! Dia tak lebih dari seorang gadis murahan!!" kata gadis itu sambil menatap remeh Sapna.
"Esha!! Jaga ucapan mu!!" bentak Rohit kemudian mendorong Esha hingga terjatuh.
"Jangan pernah kau hina calon istriku!! Karena aku! Tidak akan pernah tinggal diam! Faham!!" lanjutnya kemudian menarik tangan Sapna dan membawanya pergi.
***
Di jalan.
"Aku.... Calon istri mu?" tanya Sapna sambil tersenyum malu.
Rohit menatap sang kekasih dengan senyuman manis, kemudian memeluknya dari samping.
"Tentu saja sayangku, kau calon istriku. Ibu dari anak-anak ku kelak." ungkapnya kemudian tersenyum lembut.
Sapna pun menyambut pelukan Rohit dengan senyuman bahagia dan penuh sayang. Tapi tiba-tiba.
Lelaki yang terbilang cukup tampan itu mendadak menghentikan langkahnya dan melihat seorang gadis yang tidak asing untuknya.
Sapna yang mengetahui hal itu tampak bingung.
"Ada apa Rohit, kau baik-baik saja?!"
"Y--ya, aku baik-baik saja. Ayo kita pergi."
Sapna sempat melihat ke arah gadis yang di lihat Rohit dan gadis itu ternyata tidak lain adalah Mala.
***
Di dalam mobil.
"Sayang.... Kau kenal gadis itu?" tanya Sapna penasaran.
"Gadis yang mana?!" tanya Rohit balik sambil menyetir.
"Gadis yang tadi kamu lihat. Kau mengenalnya?!"
"Ah, tidak.... Aku tidak kenal."
"Benarkah? Jangan bohong padaku Rohit!"
"Serius sayang, aku tidak mengenal nya."
Entah kenapa, Sapna merasa kalau Rohit sedang menyembunyikan sesuatu, karena waktu itu dia sempat melihat foto Rohit dengan Mala bersama kedua ortunya.
***
Sementara itu di rumah sakit.
Prem terkejut melihat beberapa dokter masuk ke dalam ruangan Parvani. Sontak lelaki itu pun langsung menyusul masuk ke dalam, dan melihat Priya menangis histeris di samping ibunya.
Kedua matanya membulat tak percaya dengan apa yang ia lihat. Dengan lemas, Prem melangkahkan kakinya menghampiri sang kekasih. Di rangkul nya kedua pundak Priya kemudian di peluknya erat dari samping.
"Maafkan saya. Tapi, tolong, silahkan tunggu di luar!" pinta seorang suster di sana.
"Tidak! Tidak!! Ibu! Ibu!! Jangan tinggalkan aku ibu! Ibu!!" histeris Priya sambil menangis di dekapan Prem.
Prem berusaha memeluk kekasihnya itu dari samping. Tapi, gagal karena Priya selalu berontak. Namun pada akhirnya Priya pun jatuh ke dalam pelukan Prem.
"Tidak apa-apa sayang ... Tidak apa-apa.... Aku ada di sini kan?! Aku janji akan jagain kamu. Bahkan jika nyawa ku taruhannya. Tidak apa-apa sayang ku...."
Perkataan Prem berhasil membuat Priya menghentikan tangisannya. Ia kemudian menatap kekasihnya penuh tanya. Kini kedua pipi sejoli itu tampak basah akibat air mata.
"A--apa maksud mu Prem?! Ke--kenapa kau bilang, nyawa mu taruhannya?! Apa maksudnya itu? Tidak, Aku tidak mau kehilangan mu juga...." tangis Priya.
Prem hanya terdiam menatap dalam pujaan hatinya itu sambil menahan tangis.
"Maaf, maafkan aku. Suatu hari aku akan ceritakan semuanya pada mu sayang. Tapi hari ini, maaf, aku tidak bisa cerita dulu. Aku berjanji, Oke. Ku mohon. Kuatlah. Aku mencintaimu. I Love You." ungkap Prem dengan air mata yang mengalir deras.
Prem tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang sangat di cintai. Terlebih orang itu adalah keluarga sendiri. Lelaki yang pemilik tubuh tidak begitu kekar itu pun kemudian memeluk Priya erat.
"Ibu mu, mengatakan sesuatu yang tidak terduga, dan aku belum sanggup memberitahu mu sayangku." kata Prem dalam hati sambil menangis dan memeluk Priya.
***
11.00
Malam hari.
Mala....
Saat ini ia tidak bisa tidur, tubuhnya terasa bergetar.
"Tidak ... Tidak.... A--apa salahku? Maaf ... Maaf ... Maafkan aku.... Tidak! Ini semua salahku.... Ampun!" tangis Mala ketakutan.
"Tidak, aku tidak boleh seperti ini lagi. Obat, obatku mana?" ungkapnya kemudian ia mencari obatnya di laci.
Namun sayang Mala tidak menemukan obatnya. Ia pun kemudian mencoba membuka dompetnya dan menemukan obatnya yang tersisa, dan itu hanya 1 pil terakhir.
Dengan cepat Mala pun langsung meminum obatnya. Saat ia hendak membuang bungkus obat. Dia terkejut melihat sebuah foto yang terjatuh, dan itu adalah foto dirinya dengan Rohit juga kedua ortunya.
***
di waktu yang sama.
Saat ini Nimisha dan Dev baru aja sampai di rumah Nimisha.
"Sayang, kau Istirahatlah. Aku mencintaimu." ungkap Dev sambil membelai pipi Nimisha.
"Cium dulu...." rengek Nimisha sambil mencondongkan bibirnya.
Dev yang melihat itu pun langsung mencium dalam bibir Nimisha.
5 menit kemudian, lelaki itu pun melepas ciumannya.
"I Love You...." ungkap Dev lirih penuh sendu.
"I Love You too Dev." jawab Nimisha dengan tatapan sendu sambil memegang pipi Dev.
"Yaa sudah masuklah! Tidur ya! Besok kita bisa bertemu lagi." ucapnya sambil membelai kepala Nimisha.
Nimisha pun mengangguk sambil tersenyum kemudian dia pun masuk ke dalam. Dev melihat kekasihnya itu hingga Benar-benar masuk ke dalam setelah itu dia pun melajukan mobilnya menuju pulang ke rumahnya.
Tanpa mereka sadari ada seorang lelaki yang waktu itu. Dia memperhatikan Nimisha dan Dev dari jauh di dalam mobil miliknya dengan tatapan tidak suka.
***
Di sisi lain.
Saat ini, Sapna sedang bersandar dengan nyamannya di bahu Rohit yang bidang. Entah kenapa Sapna masih saja memikirkan gadis yang tadi Rohit lihat.
"Sayang, apa kau Benar-benar tidak mengenal siapa gadis itu?!" tanya Sapna masih penasaran.
"Kenapa kamu masih tanya hal itu. Bukankah aku sudah bilang kalo aku tidak mengenal nya." ungkap Rohit dingin.
"Maafkan aku sayang...."
"Tidak apa-apa." jawab Rohit dengan senyuman yang kemudian memeluk Sapna erat dari samping.
***
Sementara itu Mala.
Dia menatap foto yang dia pegang. Tapi tiba-tiba Mala merobek-robek foto itu dengan kesal.
"Tidak, Tidak! Ke--kenapa aku masih simpan foto mereka?! Kenapa.... Tidak, Mereka ... Mereka sudah ... Sudah.... Tidak!!" teriak Mala frustasi kemudian dia langsung meminum obatnya yang terakhir.
Setelah meminum obat itu Mala pun langsung mulai sedikit tenang kemudian dia pun memejamkan matanya dan tertidur.
***
Sementara itu Priya.
Saat ini ia sedang berada di pemakaman ibu nya. Wajahnya sayu karena air matanya yang tak berhenti membasahi pipi nya.
Prem juga berada di sana mendampingi sang kekasih dengan air mata yang mengalir di pipinya sambil merangkul Priya.
Setelah semua prosesi selesai.
Priya pun di dampingi Prem pulang ke rumahnya. Sepanjang jalan tak ada sedikit pun suara yang keluar dari mulut mereka berdua.
Hingga sampai lah mereka di rumah Priya.
Priya pun turun dari mobil sang kekasih, kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya sambil menunduk, memeluk dirinya.
Sementara Prem, ia sempat ingin mengatakan sesuatu pada Priya, namun tidak sempat. Beberapa kali Prem melihat Priya menghapus air matanya.
Saat dia hendak masuk ke dalam mobilnya. Prem menatap sang kekasih dengan perasaan khawatir dan sedih.
"Aku harap, kau akan baik-baik saja di sana sayang. Aku janji, apapun yang terjadi aku tidak akan pernah meninggalkanmu dan membiarkan hal buruk terjadi padamu!" ucapnya tegas dengan matanya yang merah.
***
sementara itu Priya, setelah dia masuk ke dalam.
"Ibu ... Ibu ... Ibu,aku pulang ... Ibu aku pulang.... Ibu dimana? Ibu!!" tangisan Priya pun pecah seketika saat ia menyadari bahwa ibunya telah tiada.
Ia menangis sambil terduduk lemas.
Prem, yang memiliki perasaan tidak enak pun akhirnya membatalkan kepulangannya dan langsung putar balik menuju ke rumah Priya.
Sesampainya di sana, lelaki yang cukup tampan itu langsung turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah sang kekasih.
Rumah, Priya tak terkunci saat itu.
Betapa terkejutnya Prem saat ia melihat sang kekasih menangis lemas tak karuan sambil duduk di lantai.
"Sayang...." kata Prem yang langsung menghampiri Priya.
Ia rangkul dan peluk Priya ke dalam dekapannya.
"Ibu ... Ibu ... Kembali padaku ibu.... Ibu!!" tangis Priya yang sudah berada dalam pelukan Prem
Prem yang melihat itu pun ikut menangis sambil memeluk sang pujaan hati.
"Aku berjanji sayang, aku akan Benar-benar menjagamu sayang. Ibu.... Aku berjanji aku tidak akan mengecewakanmu! Orang-orang itu! Mereka! Mereka tidak akan pernah bisa menyakiti Priya ku! Tidak akan pernah! Aku tidak akan biarkan Priya jatuh ke tangan mereka! Aku janji ibu!" kata Prem dalam hati.

Komentar Buku (119)

  • avatar
    AriansyahTegar

    sangat mudah

    1d

      0
  • avatar
    TeaAyanknissa

    sumpah ceritanya real seru banget

    29/04

      0
  • avatar
    SuhestiAde

    kasihan priya yang selalu khawatir akan kehilangan ibu nya

    25/07/2023

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru