logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 2 Putus

Sampailah Vindra di cafe terkenal dikalangan anak muda disana.
Brum...brum...brum.
Suara geberan dari motor Vindra ,membuat semua pandangan mata pengunjung di cafe tersebut mengarah padanya.
Ada yang berbisik kagum akan ketampanan nya, ada juga yang merasa risih bahkan memaki pelan pria angkuh tersebut.
Vindra turun dari motor nya dan membuka helm yang menempel di kepalanya. Dia menyibakkan rambut nya kebelakang yang acak-acakan karna helm tadi.
Sontak berhasil membuat para pengunjung wanita meleleh akan ketampanan yang dimilikinya.
Vindra melangkah memasuki cafe tersebut, pandangan nya menyapu satu persatu meja disana.
Sampai akhirnya berhenti di satu titik, nampak ada dua orang wanita yang cengar-cengir berbisik kearah nya. Dan satu wanita lagi yang menatap nya dengan penuh kekesalan.
Vindra menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya dengan kasar. Kaki nya melangkah dengan mantap menghampiri meja tersebut.
"Ayo pulang.... "
Ucapnya menarik paksa tangan Tasya. Tasya berdecak kesal. Tanpa menyahut dia menghempaskan tangan Vindra dan berlalu pergi.
Vindra kembali menghela nafas nya dengan kasar, mencoba menenangkan dirinya. Dia pun berjalan mengikuti Tasya, dan berhenti didepan motornya.
"Yasudah ayo pulang... " ucap Tasya ketus.
Vindra pun tak menyahut dan memilih untuk memasangkan helm untuk Tasya tanpa bersuara.
***
Setengah jam mereka berputar-putar di jalanan, Tasya hanya diam tanpa kata. Begitu pun Vindra yang enggan untuk berkata.
Bagi Vindra kemarahan Tasya, tidaklah berlangsung lama. Dia akan kembali membaik seorang berjalan nya waktu.
Namun malam itu pemikiran nya salah, Tasya tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang membuatnya begitu terkejut.
Sampailah mereka didepan rumah mewah bak istana, berwarna biru laut. Rumah itu adalah rumah Tasya.
Tasya turun dari motor, tanpa aba-aba Vindra membuka kan helm Tasya lalu merapikan rambutnya yang acak-acakan.
Tasya menepis lembut tangan Vindra. Vindra pun menggerinyit kan dahinya, dan menatap heran Tasya.
"Kita putus saja Vin.... "
Ucap Tasya lirih.
Vindra semakin menggerinyit kan dahinya, tatapan nya kini menjadi sedikit kesal.
"Gw sudah ngga kuat pacaran dengan cowok seperti loe, yang tak menghargai pasangan nya sendiri " Tutur Tasya.
Gadis itu benar-benar sudah tak tahan dengan sikap dingin kekasihnya itu.
"Kamu gak sakit kan Sya? Loe lagi waras kan? "
Vindra menaruh punggung tangan nya di dahi Tasya. Gadis itu pun kembali menepis tangan Vindra.
"Gw waras....semoga aja loe bakal kena karma Vin... " kembali Tasya berdecak kesal.
"Terserah lah....awas aja yah kalau minta balikan lagi " sahut Vindra dengan santai nya.
"Jangan harap Vin, gw gak bakal mau balik ke elo lagi!! " ucap Tasya tak kalah santai.
Dia pun berlalu masuk ke balik pintu gerbang rumah nya tanpa menolehi Vindra.
Tanpa rasa bersalah atau menyesal sedikit pun. Vindra dengan cuek nya memakai helm nya kembali dan mengendarai motornya menjauh dari rumah Tasya.
***
Sesampainya dirumah.
Vindra mendapati sosok Mamah nya sedang duduk menyantap makan malam dimeja makan. Melihat putra nya datang, Mamah pun memanggilnya untuk bergabung.
Namun Vindra yang dalam keadaan mood yang buruk, menolak mentah-mentah ajakan mamahnya. Dia malah berjalan lurus menaiki tangga menuju kamar nya.
Didalam kamar Vindra merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk nya. Dia menghela nafas dan memijit pelan keningnya yang terasa penat.
"Tasya....Tasya....Brengsek.... "
Umpat nya sembari mengepalkan tangan memukul guling yang dipeluknya.
"Aku rasa dia benar-benar serius dengan ucapan nya.... "
"....tapi sudah lah, untuk apa kupikirkan masih banyak wanita diluar sana."
Lanjutnya dengan santai, sembari beranjak masuk kedalam kamar mandi. Untuk membersihkan tubuhnya yang gerah.
Setelah selesai mandi, Vindra pun kembali menghampiri Mamah nya dibawah. Ternyata Mamah nya sedang Videocall dengan Papah nya.
"Vindra Sayang, kemari nak ini Papah kamu mau ngomong "
Panggil Mamah nya, namun dijawab gelengan kepala oleh Vindra. Dia malah berlalu kearah dapur mengambil sebotol air es dari dalam lemari es. Setelah itu kembali mendekati Mamah nya.
"Vin kapan ujian mu selesai."
Tanya Papah nya dengan antusias.
"Kenapa? Tumben Papah nanya."
"Setelah lulus papah mau kamu lanjut kuliah disini yah, pindah bersama Mamah."
"Hmm...entahlah Pah, Vindra belum memikirkan nya."
"Ayolah Vin, disini kamu bisa langsung mengurus perusahaan papah kelak."
"Terserah papah saja, Vindra sekitar tiga bulan lagi sudah kelulusan ".
"Yasudahlah kalau begitu tiga bulan lagi papah akan mengurus semua surat pindah mu ".
"Terserah....Vindra mau tidur, Ngantuk".
Malas mendengar ocehan papahnya, Vindra memilih untuk kembali ke kamar nya saja. Lagian kepalanya juga begitu pusing,
Seharian ini dia banyak mendengar kata-kata aneh. Entah dari Andra sahabatnya atau Tasya kekasihnya. Oopss....maksudnya mantan kekasihnya.
Dia merebahkan tubuhnya diatas kasur, sembari menatap langit-langit kamar nya. Berdiam diri dan akhirnya dia terlelap sendirinya, karna ra kantuk yang mendalam.
***
Pagi harinya.
Vindra terlihat sangat rupawan, telah rapi dengan balutan seragam putih abu-abu nya. Sungguh postur tubuh Vindra yang tinggi dan tegap itu. Sangatlah sempurna.
Setelah itu seperti biasa Vindra turun kelantai bawah menyapa Mamah nya dan sarapan pagi bersama sebelum berangkat kesekolah.
Diperjalanan menuju sekolah.
Vindra tak henti-henti nya memikirkan kejadian semalam. Kata-kata Tasya selalu terngiang dikepalanya.
"Semoga aja loe kena karma Vin.... "
"Semoga aja loe kena karma Vin.... "
"Semoga aja loe kena karma Vin.... "
Tiba-tiba saat diperempatan jalan...
Shhiiittt.......
Vindra tiba-tiba mengerem , saat seorang wanita menyebrang mendadak. Hampir saja ditabraknya.
Wanita itu terduduk lemas menatap kap depan motor Vindra yang sedikit lagi menyentuhnya. Dia terlihat syok.
Vindra ingin memakinya, tetapi dia mengurungkan niat nya itu. Saat melihat wajah wanita itu yang begitu ketakutan.
Vindra memandanginya dari ujung rambut hingga ujung kaki nya. Barulah dia sadar jika wanita itu satu sekolah dengan nya.
Vindra pun memapahnya untuk berdiri kembali, dengan perlahan wanita itu berdiri. Namun karna begitu syok, lututnya seakan tak berfungsi menumpu tubuh nya.
Vindra sedikit terkejut melihat wanita yang kini berdiri dihadapan nya. Wanita itu bahkan tidak mengenakan hils, tetapi tinggi nya hampir sejajar oleh Vindra.
Bisa dikatakan wanita itu juga tergolong tinggi. Jauh berbeda dari wanita-wanita yang pernah dikencani nya.
Postur tubuh sempurna dimata Vindra. Tinggi, rambut panjang, tubuh yang berisi tidak kurus, serta kulit seputih dan selembut kapas.
"Kenapa dengan kakimu? "
Tanya nya menatap kaki panjang nan indah itu.
"Ngga tau.... " Jawabnya wanita itu lirih menunduk.
"Kalau begitu biar bareng naik motorku "
"Hah?....ngga...ngga usah "
"Lagian kita juga searah..... "
Wanita itu menengadahkan pandangan nya dan menatap seragam yang dikenakan Vindra. Ternyata benar mereka satu sekolah.
Dengan perasaan masih ragu, dia pun mengangguk setuju. Mereka pun berangkat kesekolah bersama.
Benar saja, semua pandangan mata tertuju pada mereka berdua. Bahkan Tasya dan sdua sahabatnya yang centil itu melihat.
Namun dengan wajah acuh, Tasya tidak memperdulikan nya. Sedangkan kedua sahabatnya masih sibuk bergosip dengan nyinyir memanasi Tasya. Tetapi dianggap angin lalu saja olehnya.
"Terima kasih, sudah memberiku tumpangan "
Ucap wanita itu sedikit menunduk.
"Sama-sama "
Jawab Vindra dengan cuek berlalu pergi. Wanita itu tak sempat melihat dengan jelas wajah Vindra. Jadi dia hanya menatap sendu punggung tegap Vindra yang menjauh menghilang dari pandangan nya.
Tanpa disadari, dari kejauhan ada sepasang mata yang memperhatikan keduanya.
***
Andra mengerinyit heran saat melihat Vindra memasuki pintu gerbang sekolah dengan membonceng wanita cantik bertubuh jangkung itu. Yang tak lain adalah Cinta, pacarnya.
Ada perasaan cemburu yang dirasakan nya, namun lebih besar penasaran. Apa yang terjadi sampai sahabatnya itu sedang bersama pacarnya?
Andra pun menghampiri Cinta yang sedang berjalan terseok-seok dilorong sekolah yang sepi.
"Cinta? "
Andra menepuk bahu Cinta, hingga membuatnya tersentak kaget. Hampir terjatuh, namun dengan cepat ditangkap oleh Andra.
"Kamu kenapa? Kakimu kenapa? "
Andra bertanya dengan raut cemasnya. Wanita yang dicintai nya itu terluka? Bagaimana bisa?
"Hanya terkilir aja kok... "
Cinta menjawab dengan senyuman manis diwajah nya. Membuat dada Andra berdebar hebat melihat wajah cantik itu.
"Coba aku lihat.... "
Andra berjongkok di depan Cinta, dan melihat kelutut kekasihnya itu. Benar saja ternyata lututnya pun berdarah.
"Ayo ikut biar aku obati.... "
Andra menggapai tangan Cinta, dan membawa nya ke uks. Cinta tak merasa risih, dia malah merasa senang akan perhatian Andra padanya.

Komentar Buku (21)

  • avatar
    Raye Selekby

    good

    15/04

      0
  • avatar
    Dela Cruz Erika

    it so nice its so wonderful story.

    25/10

      0
  • avatar
    SquishyErik

    wow

    26/05/2023

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru