logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 7 Pesta Perpisahan

Dua bulan kemudian, pesta kelulusan di gelar. Tahun ini para siswa lulus 100%. Kebahagiaan terpancar diwajah mereka, usahanya tidak sia-sia.
"Alhamdulillah kita lulus An... aduh senangnya" bisik Diandra.
"Iya Di... Alhamdulillah" balas Aninda.
"Yang datang siapa An... orang tua kamu" lanjut Diandra.
"Bukan Di... kamu tahu sendirikan mereka sibuk. Tapi aku bersyukur, om dan tante aku yang akan mendampingiku nanti" balas Aninda sendu.
"Maaf Di... aku tidak bisa jujur sama kamu. Sebenarnya orang tuaku ingin pergi tapi keadaan yang tidak mendukung. Mau bagaimana lagi Di, masa laluku terlalu sakit untuk diingat" batin Aninda.
"Ya sudah... kita ke Aula yuk. Acaranya sebentar lagi dimulai" lanjut Diandra.
Mereka pun beriringan ke Aula sekolah yang sudah disulap bak pesta yang sangat meriah, dekorasinya sangat indah. Alhamdulillah acara berlangsung dengan hikmah.
"Acaranya keren ya An..." bisik Diandra.
"Iya Di... keren sekali. Dekorasinya juga sangat indah" balas Aninda.
Hari ini merupakan hari terakhir Aninda bersama mereka. Setelah ini tak ada lagi canda tawa teman-teman yang menemani hari-harinya. Hanya ada kenangan yang tak tergantikan.. Diandra melihat tante dan paman Aninda. O iya disini Diandra sudah tahu tante dan paman Aninda karena sudah di beritahu sebelumnya. Tapi ya mereka belum saling mengenal. Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi dia mengajak Aninda menghampiri mereka.
"Ayo kita ke sana" tunjuk Diandra ke arah Om dan tante Aninda.
"Hmm... Ayo" balas Aninda.
Aninda dan Diandra sampai di tempat om dan tantenya...
"Om... tante" sapa Aninda.
"Kamu cantik sekali sayang" balas Indri tante Aninda.
"Ah... tante bisa saja. Tante juga cantik kok" lanjut Aninda.
"Bisa aja kamu. Eh... ini siapa An" tanya Indri.
"Sampai lupa... dia teman ku tan" balas Aninda.
"Saya Diandra Cahaya Ningrum, salam kenal om... tante" ucap Diandra sopan.
"Salam kenal juga sayang. Nama tante Indriana dan ini suami tante panggil om Harlan" balas Indri.
O iya aku lupa perkenalkan tante dan om Aninda. Harlan Griel adalah saudara kandung dari mama Aninda Putri Gabriellah Wirasya sebelum menikah dengan keluarga Wirasya marga mamanya adalah Griel. Dulu keluarga mereka bukanlah keluarga terpandang... dan sang istri Indriana Griel. jadi kita lanjut aja...
"Om mengucapkan terima kasih karena kamu mau berteman dengan ponakan om ini" ucap Harlan.
"Nggak om, harusnya saya yang berterima kasih memiliki sahabat seperti dirinya. Aku sudah tahu kok om siapa dia yang sebenarnya" bisik Diandra.
"Nggak nyangkah ponakan om ini mau terbuka sama sahabatnya" balas Harlan.
"Om... kok bicaranya seperti itu" tanya Diandra.
Tersadar jika masih ada rahasia yang tersimpan rapi, dia pun mengalihkan perkataannya. Harlan mengkode istrinya, beruntungnya dia memiliki istri yang cepat tanggap seperti Indri.
"Harus terbuka dong sayang... nggak usah dihiraukan perkataan om ya... bagaimana kalau kita pergi makan sebagai perayaan kelulusan kalian berdua" ucap Indri.
"Boleh juga tan... ayo Di Aninda mengiyakan" usul tantenya.
"Terima kasih tan" batin Aninda.
"Kalau begitu ayo kita berangkat" balas Indri.
Mereka memutuskan ke restoran paling bergengsi di Bandung, Alf restoran... setelah memakirkan mobilnya mereka pun memesan makanan.
"Mau pesan apa bapak, ibu, nona-nona" sapa waiters ramah.
"Mau pesan apa sayang" tanya Indri pada sang suami.
"Samakan saja sama kamu" balas Harlan.
"Bebek bakar 2 dan jus buah naga juga 2. Kalian mau pesan apa" tanya Indri kepada Diandra dan Aninda.
"Aku steak dan jus jeruk aja tan" balas Diandra.
"Kalau aku pasta, coko lava dan jus Alpukad" lanjut Aninda.
"Baiklah saya ulangi ya, bebek bakar 2, steak, pasta, coko lava, minumnya jus buah naga 2, jus jeruk dan jus alpukad ada tambahan" tanya waiters.
"Sudah cukup" balas Indri.
"Ok... tunggu 15 menit ya bu" lanjut waiters.
15 menit kemudian pelayan mengantarkan pesanan mereka.
"Ini pesanannya... selamat menikmati" ucap waiters ramah kemudian meninggalkan meja Indri dan lainnya.
Mereka makan dengan diam, ya sudah menjadi tradisi keluarga mereka makan tak ada pembicaraan dengan kata lain fokus makan. Ya tradisi yang bagus, sesuailah dengan ajaran nabi kita guys.
"Makasih makanannya om... tante" ucap Diandra.
"Sama-sama sayang. Nggak usah sungkang ya, anggap kami keluarga kamu" balas Indri.
"Iya Di... jangan bertingkah seperti orang asing, kita kan sahabat" lanjut Aninda.
"Iya... om... tante aku mau pulang dulu ya" ucap Diandra.
"Ya sudah, hati-hati ya nak" balas Indri.
"Iya tan... Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh" pamit Diandra.
"Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh" balas ketiganya. Setelah Diandra meninggalkan restoran, ketiganya juga memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Seperti rumah mereka berjauhan saja, padahal sangat dekat kali. Ingat kan saat Diandra mengantar Aninda untuk pertama kalinya, ya rumah palsu Aninda. Itu rumah almarhum orang tua dari mama dan omnya. Dengan kata lain kakek dan nenek Aninda.
"An... kamu belum kasih tahu sahabat kamu, alasan kamu merahasiakan identitas kamu" tanya Harlan.
"Iya Om... aku belum siap Om. Dan juga takut jika sesuatu terjadi padanya suatu hari nanti karena hal ini" balas Aninda.
"Om... mengerti nak, tapi apa tidak sebaiknya kamu jujur sama dia. Om bisa lihat dia anak yang baik dan juga pasti bisa menjaga rahasia" ucap Harlan.
"Aku tahu kok Om... nanti kalau aku sudah siap, aku akan cerita semuanya" balas Aninda.
"Ya sudah nak, masuk gih... orang tuamu sudah menunggu kamu tuh" bisik Harlan.
"Beneran Om" tanya Aninda senang.
"Iya... buruan masuk" balas Harlan.
Ya mereka mengobrol di garasi, lebih tepatnya dalam mobil yang diparkir Omnya di garasi milik orang tuanya.
"Ya sudah aku masuk dulu, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh" pamit Aninda.
"Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh" balas Harlan.
Rumah Aninda...
"Selamat ya nak, yang sudah lulus jadi lulusan terbaik lagi" ucap Putri.
"Ah... mama bisa aja" balas Aninda.
"Putri papa hebat, siapa dulu dong papanya. Hansen Wirasya" puji Hansen.
"Iya... iya" balas Aninda.
"Sudah... sudah lebih baik kita makan ya. Mama sudah masakin kue kesukaan kamu, brownis coklat pandang dan jus Alpukad" antusias Putri.
"Wih enak dong ma... papa juga mau dong" ucap Hansen.
"No... ini khusus putri kebanggaan mama... papa yang lain aja" balas Putri.
"Jahat banget sih sama suami sendiri" rajuk Hansen.
"Biarin, wle..." balas Putri.
"Nggak usah berdebat, kita makan sama-sama" ucap Aninda karena lelah dengan perdebatan un-faedah orang tuanya.
"Anak yang pengertian... baru anak papa" balas Hansen.
"Jangan mulai lagi deh pa, mari kita makan" sarkas Putri.
Ketiganya pun menikmati kebersamaan yang tinggal beberapa hari ini... karena sebentar lagi putri tercinta masuk pesantren. Kalian ingatkan dengan permintaan Aninda kepada orang tuanya perihal dia ingin masuk ke pesantren... nah disinilah awal dari kisah yang panjang itu guys.

Komentar Buku (313)

  • avatar
    RintilAs

    baik

    4d

      0
  • avatar
    InnaMutmainna

    bagus

    7d

      0
  • avatar
    MlIkok

    bagus

    10d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru