logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 24 KEVIN POV | MAKAN BERSAMA

Kevin pov
"Mie ayam gak ada ya Mbak?" Aku mengedipkan mataku dua kali mencerna apa yang dikatakan oleh Flo. Seketika aku tertawa.
Hahahaha!
Flo menatapku dengan bingung. Lalu waiters itu berkata dengan menahan tawanya.
"Maaf Mbak, di sini tidak ada mie ayam. Di sini makanan khas jepang semua."
"Ohh gitu ya."
Ya ampun Flo polos banget sih kamu?
Pengen sekali rasanya aku menarik hidung mancung itu.
"Mmm ya udah deh saya pesan ini saja," tunjuknya pada gambar menu yang dia pilih.
Waiters itu menulis pesanan Flo dan membacakan ulang.
"Ada yang mau di tambah lagi?" tanya waiters itu. Aku menatap Flo dan dia menggelengkan kepalanya.
"Itu aja Mbak!" ucapku
"Baik. Mohon di tunggu ya Mbak, Mas. Permisi!" Waiters itu tersenyum dan aku hanya menganggukkan kepala, lalu dia pergi.
"Kok tadi kamu ketawa Vin?" tanya Flo. Kemudian aku tertawa kembali mengingat kejadian tadi.
"Kamu lucu Flo. Ngapain kamu cari mie ayam di sini. Kamu ga baca di depan itu tulisannya jepun restaurant?" ucapku yang masih menahan tawa.
"Ya aku mana tau. Tadi aku gak sempat baca." Flo mendengus kesal.
Lihat betapa imutnya dia seperti itu. Akan lebih cantik lagi kalau rambut dan behelnya itu di lepas.
Aku bingung kenapa dia harus berpenampilan seperti ini. Ingin aku tanya tapi aku takut dia tersinggung dan malah menjauhi ku. Biarkan sajalah toh aku juga suka melihat tampilan dia seperti ini. Lucu dan menggemaskan.
Aku mandangi wajah cantiknya itu hingga suara dia membuyarkan menarikku ke alam nyata.
"Vin, ngapain sih bawa aku makan disini? Malah menunya gak ada yang buat aku selera udah gitu mahal-mahal lagi." Lihat betapa polosnya dia.
"Ya gak apa-apa, lagian itu harga yang normal untuk restaurant seperti ini," ucapku padanya.
"Normal apanya? Bahkan harga satu porsi makanan aja udah bisa beli mie instan lima box." Flo mendengus kesal.
Ya ampun Flo, kamu polos atau gimana sih. Itu memang harga normal bahkan terbilang murah untuk makanan khas jepang seperti ini.
Apa katanya tadi lima box mie instan?
"Mending tadi kita makan di pinggir jalan. Pecel lele, mie ayam, atau rumah makan Padang!" lanjut Flo.
Makan di pinggir jalan? Pecel lele? Mie ayam? Rumah makan Padang?
Yang benar saja, apa dia sadar berkata seperti itu? Tapi jaman sekarang apa masih ada wanita seperti ini?
Aku hanya bisa mengerjap-ngerjapkan mataku, rasanya sulit percaya.
"Ada apa? Ada yang salah dengan ucapanku?" tanya Flo kelihatannya dia sadar dengan raut wajahku yang aneh.
"Enggak! Ga salah, cuma-" lihat dia mengedik-ngedikkan kedua alisnya. Aduh ingin rasanya aku menarik kedua pipinya itu, "cuma aku bingung aja hari gini, jaman ini masih ada gadis seperti kamu?" Aku balik bertanya padanya.
"Memangnya kenapa?"
Ck Flo, aku yang bertanya malah di tanya balik.
"Ya, aku heran aja Flo. Kamu tau jaman modern seperti sekarang ini jarang sekali ada gadis seperti kamu yang mau makan di pinggir jalan. Coba kamu lihat, rata-rata pengunjung restaurant ini kebanyakan anak anak remaja. Apalagi yang seusia kamu, pasti lebih dari ini kan?" ucapku panjang lebar, tapi dia hanya tersenyum mendengar ucapanku.
"Kamu tau? Selama aku mengenal yang namanya wanita, belum pernah aku menemukan gadis seperti kamu." Aku menatap Flo dengan serius. Ya, memang seperti itu. Kebanyakan dari mereka sangat high class.
"Maksud kamu aku aneh begitu?" Flo memicingkan matanya.
Aduh Flo berhenti bersikap seperti itu, bisa bisa aku memciummu nanti. Oh Astaga! Apa yang aku pikirkan!
"Bukan, bukan aneh. Tapi unik. Belum pernah aku menemukan wanita sederhana seperti kamu. Kamu tau, semua wanita yang pernah dekat denganku itu, hidup dalam kemewahan. Mereka bahkan tidak bisa hidup tanpa harta!" ucapku padanya dan dia hanya tersenyum lalu menegakkan punggung pada sandaran kursi.
"Aku berbeda dengan wanita-wanita yang kamu kenal itu Vin," ucapnya santai.
Hm mungkin benar dia berbeda dengan wanita wanita yang aku kenal. Mungkin ini saatnya aku mengenal dia lebih dalam.
"Memang. Tapi aku punya satu pertanyaan." kKulihat Flo tersenyum mungkin itu kode untuk melanjutkan ucapannku.
"Apa sih yang bisa buat kamu bahagia. Hal apa yang paling membahagiakan bagi kamu?" Flo tersenyum lagi.
Hentikan senyumanmu itu Flo. Aku tidak kuat melihatnya.
"Sangat sederhana. Cukup aku tinggal dan di sayangi oleh orang-orang yang aku sayang, itu sudah sangat membahagiakan aku."
Good!
Benar dugaanku dia berbeda.
"Masa sih? Tapi semua wanita yang aku tanya jawabannya berbeda denganmu. Meraka bilang hal yang paling membuat mereka bahagia itu adalah ya, punya uang yang banyak, mobil mewah, rumah impian, harta dan ketenaran."
Iya benar, semua wanita yang pernah dekat denganku berkata seperti itu. Mereka mendekatiku karena aku ini pengusaha sukses di usiaku yang terbilang muda.
"Sudah kukatakan Kevin, aku berbeda dengan mereka." Dengan nada yang sangat santai Flo mengucapakannya.
"Cukup dengan aku di cintai di sayangi dan di inginkan oleh orang-orang yang aku cintai itu sudah sangat cukup membuat aku bahagia. Uang bisa dicari, kesehatan bisa dijaga. Tapi kebahagiaan apa bisa kita membeli atau menukarnya dengan mobil mewah, harta, emas, atau nafas sekalian? Tidak. Kebahagiaan itu kita sendiri yang menciptakannya. Harta dan ketenaran itu hanya Sementara Vin, itu semua tidak menjamin seseorang untuk bahagia."
Aku termangu mendengar perkataannya, Flo kamu benar-benar berbeda. Aku bangga padamu.
"Tapi itu kebahagiaan versi Flora, gak tau yang lain," lanjutnya yang kemudian mengedikkan bahunya.
Flo bisakah aku memelukmu?
Hush! Apa yang aku pikirkan, ini belum saatnya Kevin. Bersabarlah.
"Apa saat ini kamu sudah mendapatkan kebahagiaanmu Flo?"
"Aku selalu bahagia dengan caraku sendiri. Tapi di inginkan dan di cintai-" Flo menggantungkan ucapannya.
Kenapa Flo menjadi murung begitu?
Apa ada yang salah dengan ucapanku tadi? Apa aku membuatnya sedih?
"Flo maaf jika ucapanku tadi membuatmu sedih, aku tidak bermaksud-“ belum sempat aku menyelesaikan ucapanku Flo sudah memotongnya.
"Tidak-tidak. Sudahlah jangan di ungkit lagi, lebih baik kita makan. Makanannya sudah tiba." kemudian wajahnya berubah menjadi bahagia.
"Silahkan menikmati," ucap waiters yang mengantarkan pesanan kami.
Aku masih tetap menatap wajah Flo.
Kenapa dia begitu sedih saat akan menjawab pertanyaanku tadi?
Apa ada sesuatu yang dia tutupi?
Tapi apa?
Aku takut jika aku bertanya lagi itu malah membuat dia semakin sedih. Aku tidak suka melihat wajah cantiknya itu bersedih. Aku ingin selalu membuat dia tertawa bahagia.
Flora, aku menyukaimu.
••••••••••

Komentar Buku (99)

  • avatar
    HutabaratElisawati

    Trimkh,msih ada penulis novel yg mengajak pembcanya utk belajar utk bisa mengampuni masa lalu dan menerima kekurangan org laintanpa kesan mengajari atau panatik dlm suatu agama tertentu,membacanya seperti melihat alur cerita nyata bkn seperti novel2 yg lain yg mengutamakan hayalan tingkat tinggi yg kadang keluar dr fakta kehidupan

    18/01/2022

      0
  • avatar
    Jaku.Reza

    Mantap

    3d

      0
  • avatar
    Adamezza

    bagus

    22/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru